♧Chapter24♧

20 15 0
                                    


"Lo emang biasa ketemu sama teman lo dalam keadaan begini?"

Dalam keadaan bagaimana? Dia kan masih pakai baju. Lantas, apa yang perlu di permasalahkan?

"Gue kan emang selalu kayak gini kalau ketemu temen. Kenapa? Gue cantik ya meski bedak gue udah kehapus?" gurauan gadis itu membuat Yoshi berdecak pelan. Selagi tangannya menerima helm yang disodorkan oleh Winter, tangan yang satunya lagi menarik dasi gadis itu sampai wajah Winter tepat berhadapan dengan kaca spion miliknya.

Awalnya Winter hendak murka, namun setelah memakan beberapa detik untuk memerhatikan pantulan dirinya di balik kaca spion itu, bola matanya seketika melotot dengan tangan yang menutup mulutnya sebagai bentuk refleks. "Se... sejak kapan?"

"Apanya yang sejak kapan?" Sungguh, Yoshi benar-benar bingung dengan tingkah kepolosan dan kebodohan gadis di depannya saat ini. Antara polos dan bodoh benar-benar beda tipis. Untung saja suasana kawasan jalan di daerah rumah Winter agak lumayan sepi kali ini. Meski terhitung ada banyak rumah yang saling berdekatan, tak memungkinkan untuk membuat suasana kawasan daerah itu menjadi ramai. Dengan begitu, Yoshi tidak perlu cemas dengan orang-orang yang mengiranya telah menganiaya gadis di depannya setelah apa yang dilakukannya tadi terhadap gadis itu. Terlebih lagi sekarang mereka berdua tepat berada di depan gerbang rumah Winter.

"Gue udah berubah kayak gini sebelum lo datang?"

Hening sesaat, Winter yang sedang menunggu jawaban Yoshi dan laki-laki itu yang terlihat begitu enggan untuk menjawab. Hanya helaan nafas kasar. Laki-laki itu sudah berniat untuk naik ke atas jok motornya jika
Winter tidak dengan cepat menarik pergelangan tangan kiri laki-laki itu untuk kembali turun dari motor. Raut wajahnya begitu serius. Yoshi bahkan sudah menyetujui pendapatnya beberapa hari yang lalu di saat terakhir dirinya bertemu dengan gadis di depannya ini. "Winter benar-benar mempunyai kepribadian ganda."

"Jawab dong!"

Tanpa sadar, Winter mengeluarkan suara bentakannya. Meski tidak bermaksud, namun dia kembali melunakkan tatapan matanya lalu menyatukan kedua tangannya di depan wajah. Refleks sebagai tanda permintaan maaf untuk Yoshi.

"Iya. Makanya tadi gue tanya lo. Gue pikir gak ada teman-teman sekolah lo yang tau soal diri lo yang lain. Tapi si kerdil itu tampaknya biasa ajah tadi. Dia pacar lo ya?"

Belum sukses mengusir rasa terkejutnya mengenai kalimat pernyataan Yoshi, gadis itu kini tambah terkejut setelah mendengar kalimat terakhir yang di ucapkan laki-laki di depannya kini. Apa? Pacar? Oh tidak... tidak. Winter tidak marah, sungguh. Gadis itu hanya, salah tingkah, maybe? Terbukti ketika rona merah tercetak dengan jelas di wajahnya seperti efek terbakar bara api. Yoshi dapat melihatnya. Namun raut wajahnya biasa saja seolah-olah hal itu bukanlah hal yang patut dipermasalahkan. Bukankah pemikiran Yoshi memang benar?

"Dia bukan pacar gue. Tapi...."

"Tapi?"

Oh lihatlah ekspresi malu-malu gadis itu. Tanpa sadar senyum tipis tercetak di bibir Yoshi. Entah kenapa, melihat gadis di depannya saat ini membuat dirinya tidak bisa untuk tidak tersenyum. Namun dengan cepat laki-laki itu kembali melunturkan senyumnya menjadi tampang datar ketika Winter mendongak menatapnya masih dengan raut wajah malunya.

"Do'ain aku bisa pacaran sama dia ya." Yoshi tidak menyangka kalau Winter akan dengan percaya dirinya mengatakan kalimat tersebut. Bisikan tadi mampu membuat bola mata sipitnya terbuka lebar. Terkejut? Jelas. Tapi tidak heran kalau Winter yang melakukannya. Kan sudah Yoshi pikirkan sebelumnya. Gadis di depannya ini gadis yang berbeda dengan gadis yang lain. Aneh dan gak gampang ditebak. Coba ingat perubahan cara bicara Winter saat membisikkan kalimat terakhirnya tadi. Gadis itu bahkan tidak malu-malu untuk mengganti kata "gue" yang biasa dia pakai menjadi kata "aku".

Cinta Penawar KutukanWhere stories live. Discover now