♧Chapter15♧

27 29 3
                                    

Brakh!!!

"Ibu!!"

Wanita yang terlihat sedang merapikan beberapa kertas dari atas mejanya sekilas menengok ke arah pintu, di sana terdapat Winter yang sudah bercucuran keringat di dahinya. Nafasnya terdengar tersendat-sendat.

Dengan dahi yang sedikit berkerut lantaran bingung, wanita berumur hampir memasuki kepala empat itu memerhatikan putrinya yang kini berjalan dengan tertatih-tatih menuju ke arahnya.

"Ada apa denganmu?"

Gadis itu tidak langsung menjawab pertanyaan sang Ibu. Dirinya lebih memilih mengambil salah satu majalah yang terkumpul di atas meja di depan sofa yang sedang dia duduki sekarang.

"Kenapa Ibu menelfon tadi?" Wina terdiam sejenak. Mencerna baik-baik pertanyaan putrinya barusan. Selang beberapa detik, dirinya mengangguk di sertai gumaman tidak jelas.

"Ibu salah pencet."

Tiga kata itu mampu membuat Winter memberenggut kesal. Sangat amat kesal mendengar respon Ibunya. Dirinya sudah kelelahan untuk ke sini dengan terburu-buru dan dengan perasaan panik namun ternyata maksud dari telfon tadi lantaran sang oknum tidak sengaja menekan kontak miliknya.

"Terus kenapa telfon Winter gak Ibu angkat?"

Wina kembali menatap putrinya yang kini membaringkan badannya ke badan sofa empuk yang berada tak jauh darinya. "Ibu tadi lagi ngerjain proposal pengeluaran butik, jadi Ibu gak bisa angkat karena takut ganggu konsentrasi Ibu."

Hening. Winter sudah tidak berminat untuk menanggapinya. Dirinya lebih memilih menyibukkan diri kepada ponselnya. Jaringan seluler yang tak sengaja dia aktifkan membuat handohone-nya menimbulkan bunyi notifikasi chat dari sebuah aplikasi di dalamnya.

Tampilan pop up chat dari grub nya yang memiliki tiga puluh pesan tak terbaca membuat dirinya mendesah malas.

Wanita yang terlihat kembali berkutat pada kertas-kertas dokumen di mejanya sempat menoleh ke arah Winter. Menyadari tatapan Wina, gadis berambut sebahu itu berdiri lalu meregangkan otot-otot tangannya. Sejenak dirinya ikut menatap manik sang Ibu lalu kemudian pamit dan berjalan keluar dari ruangan.

"Mau sampai kapan kamu tidak masuk sekolah?"

Pertanyaan itu keluar dari bibir ranum sang Ibu membuat Winter yang masih berada di ambang pintu seketika berhenti melangkah. Kepalanya menunduk dan lagi-lagi helaan nafas panjang keluar dari bibirnya. Entah sudah keberapa kali dia menghela nafas panjang pada pagi hari ini. Namun yang paling dihindari Winter saat ini adalah pertanyaan tadi. Pertanyaan yang dirinya pun tidak ketahui jawabannya.

Gadis itu juga tidak tahu harus berbuat apa. Dirinya juga tidak ingin mengambil resiko untuk datang ke sekolah di dalam keadaan dirinya yang selalu berubah tanpa dia prediksi seperti dahulu. "Sampai kutukan ini berakhir, mungkin. Winter pun tidak tahu Bu."

Sang Ibu tersenyum tipis lalu berjalan menghampiri putrinya. Dibaliknya badan yang kini sudah kembali seperti Winter yang orang-orang kenal sebelumnya. Tubuh kurus yang tadi terlihat, kini sudah berubah menjadi lebih berisi. Dan yang harus kalian tahu, sang pemilik raga belum mengetahui perubahannya. Tadinya Wina terkejut ketika dengan mata kepalanya sendiri melihat raga putrinya berubah hanya dalam waktu seperkian detik untuk menjadi Winter yang bertubuh gemuk. Selama hampir delapan belas tahun putrinya hidup bersama dirinya, baru kali ini wanita dewasa itu melihat langsung perubahan tubuh sang putri satu-satunya.

"Kamu harus bersabar. Ibu yakin, suatu saat nanti akan ada suatu hal indah yang menantimu. Terlepas dari kutukan yang selalu mengikutimu ini hampir selama kamu hidup, kamu harus percaya untuk sembuh. Sembuh dari kutukan ini. Fighting baby!!"

Cinta Penawar KutukanWhere stories live. Discover now