♧Chapter22♧

17 13 0
                                    

Lima menit sebelum kejadian...

"Woi... Woi... Woi. Ada hot news guys."

Decakan kesal terdengar dari ketiga laki-laki yang terlihat sedang bermain game online di ponsel masing-masing. Bahkan Guanlin tidak sadar membenturkan kepalanya ke lemari nakas saat berdiri dan lantas mengerang kesal.

"Mau berita apapun itu, karakter game gue lebih penting, njir. Udah detik-detik terakhir menuju kemenangan, kenapa lu harus datang sih?!"

"Ma... Maaf. A... Gue cuman mau nyampaiin sesuatu. Giselle dan Winter berantem di kantin," ujar I.N dengan sedikit rasa ketakutannya. Keringatnya bercucuran sambil melihat kepalan tangan Beomgyu yang sudah mencengkram kerah bajunya.

Note : I.N dibaca Ayen ➡ nama orang.

Beomgyu yang awalnya memang bercanda segera melepaskan cengkraman nya. Tatapannya melunak sambil mengkerut kan alisnya bingung setelah mendengar info yang dikatakan oleh laki-laki berkaca mata di depannya.

"Hahahaha. Ngawur lo? Orang lengket kayak perangko gitu lu bilang berantem. Mata lu ditaro dimana?" Dari arah belakang, terdengar tawa Guanlin disertai dengan suara milik Jisung. Kedua laki-laki itu bahkan sudah kembali duduk lesehan di lantai sambil mengambil posisi memulai kegiatan bermain game sebelumnya.

Brakhh!!!!

Tepat setelah Jisung menyelesaikan kalimatnya, mereka yang berada di kelas itu dikejutkan oleh suara pintu yang terbuka dengan kencang. Guanlin dan Jisung kembali berdiri dan bersiap untuk berlari ke bangku masing-masing. Namun ketika melihat Giselle yang masuk, raut wajah mereka menjadi datar. Berasa kena prank.

"Yaelah. Gak I.N, gak Giselle, semua hobby bikin jantungan."

"Diam atau bangku ini melayang ke arah lo."

Guanlin kicep. Jisung dan Beomgyu juga melakukan hal yang serupa. I.N apalagi. Laki-laki itu kini sudah berada di belakang Beomgyu karena takut. Melihat raut wajah dingin dan serius dari Giselle membuat suasana kelas jadi berubah seketika.

Tidak! Hampir saja tawa Jisung kembali terdengar jika laki-laki itu tidak segera dibekap oleh Yedam. Entah sejak kapan laki-laki ambis itu berada di samping Jisung. Guanlin saja sampai kaget melihat keberadaannya yang tiba-tiba. "Sekarang bukan waktunya bercanda. Orang yang gak pernah marah, bakal gawat kalau marah," bisik Yedam di samping telinga Jisung.

Jisung mengangguk pelan. Netranya melirik ke arah tangan Giselle yang mencengkram erat ujung sandaran kursi miliknya. Tatapan gadis itu sangat menusuk dan mengarah ke arah meja nakas di belakang Guanlin, Jisung dan Yedam. Seolah-olah nakas itulah yang membuat gadis itu marah.

"Winter dan Giselle beneran berantem? Kok tumben?" batin Beomgyu.

.

.

.

.

Tok... Tok... Tok!!

Ceklek!!

Derit pintu kelas yang terbuka membuat atensi semua penghuni kelas menjadi teralihkan dari papan tulis. Semuanya memandang ke arah dua orang yang sedang berdiri di ambang pintu.

"Winter dan Asahi? Ada apa? Kenapa kalian terlambat?"

Winter menunduk sesaat lalu menghembuskan nafasnya kasar. Tepat setelah kepalanya mendongak menatap semua penjuru kelas, netra kelam miliknya tidak sengaja bertatapan dengan manik milik Giselle. Kini gadis itu sudah tidak mengenakan seragamnya lagi, dilihat dari hoodie yang dia kenakan, sepertinya itu milik Sunoo. Lirikan sinis dia dapatkan dari Giselle sebagai akhir dari tatapannya.

Cinta Penawar KutukanWhere stories live. Discover now