♧Chapter10♧

42 40 3
                                    

Pagi hari sudah datang. Saatnya matahari muncul untuk melakukan tugasnya menggantikan sang bulan. Sang malam telah berganti menjadi pagi hari. Begitupun rutinitas para manusia yang hidup di planet bumi ini.

Saatnya bangun dan beraktifitas. Jalanan kota Seoul pada pagi hari ini lumayan padat oleh pejalan kaki. Halte bus juga sudah penuh dengan orang-orang berpakaian kantoran dan juga seragam sekolahan. Salah satu yang berada di sana tak lain dan tak bukan adalah si gadis gembul Giselle. Badannya terhimpit oleh orang-orang dewasa berpakaian jas di masing-masing samping kiri dan kananya. Pengap rasanya namun dia takut untuk bergerak dan protes. Tatapan serius mereka seakan-akan membuat Giselle mati kutu dan tak mampu bergerak. Perutnya kembang kempis bernafas dengan irama dua kali lebih cepat.

Tak lama kemudian bus yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Tak membuang kesempatan, gadis itu segera berlari dan masuk ke dalam bus. Tidak peduli dengan tatapan protes orang-orang yang sempat tersenggol dan hampir terjatuh akibat bertabrakan dengan badannya. Kini Giselle sudah bisa bernafas lega sambil tersenyum lebar ke arah luar jendela bus yang dia naiki. Dirinya memang bukan anak unggulan dan sangat rajin namun mood untuk berangkat sekolah harus selalu full agar menambah semangat dalam belajar nanti. Ya meskipun pekerjaan rumah yang diberikan oleh Pak Kai minggu lalu belum dia kerjakan, padahal nanti di jam pertama, Pak Kai akan menagihnya.

"Nyontek punya Sunoo aja deh entar."

Bus pun berjalan membelah jalanan kota Seoul. Mengantar orang-orang yang ditumpanginya menuju tujuan masing-masing.

.

.

.

"Selamat pagi, good morning babuku!!!" teriakan menggelegar milik Winter membuat beberapa murid yang masih berada di kawasan depan gerbang seketika terarah ke arah gadis itu.

Giselle yang mendengar teriakan Winter hanya bisa tersenyum paksa dan menunggu Winter datang menghampirinya. Rangkulan menjadi hal pertama yang dilakukan oleh gadis bersuara melengking itu terhadap salah satu sahabatnyaㅡ Giselle.

"Babu... Babu. Gak sekalian lu manggil gue babi?"

"Eiiii jadi lo mau gue panggil babi?"

Langkah kaki mereka bersamaan menuju ke gedung sekolah mereka. Berjalan bersama dengan murid-murid lainnya. Suasana sekolah sudah mulai ramai oleh murid-murid. Namun belum terlihat satupun guru yang muncul. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 6.45 AM.

"Terserah Ter. Lu mau manggil gue apapun itu terserah lu. Lu mau cungkir balik juga gue bodo amat. Gue mau nunggu contekan PR dari Sunoo. Lu pasti belum ngerjain kan?"

Cengiran yang ditampilkan Winter membuat Giselle tersenyum sabar. Hmmm dia harus banyak-banyak bersabar mempunyai sahabat seperti Winter, namun dia juga sangat bersyukur. Terlepas dari sikap gadis itu yang jail dan agak random, dirinya juga merasakan energi positif yang dikeluarkan oleh Winter.

"Tapi kan Sunoo gak masuk."

Dengan gerakan cepat, kepala Giselle yang tadinya sudah menyembul dari balik pintu untuk mengecek keadaan kelas langsung berbalik dan melotot kaget ke arah Winter.

"Buset, tuh mata biasa ajah dong melototnya. Kayak liat setan ajah lu."

"Dapet info gak jelas dari mana lo? Kok lo bisa tau Sunoo gak masuk hari ini?"

Winter mengerjap beberapa kali akibat goncangan Giselle dan juga ucapan Giselle yang sudah seperti rapper tadi. Jujur, Winter gak nangkap satu katapun ucapan Giselle saking cepatnya gadis itu berbicara.

Plakk!!

"Heh! Kok lu nampar gue sih? Wah, harus gue laporin nih ke pihak keamanan siswa. Kekerasan dalam persahabatan," ucap Winter dengan sedramatis mungkin.

Cinta Penawar KutukanUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum