PROLOG

396 43 15
                                    

Hawa mulai menjadi panas secara perlahan, matahari bersinar terik kendati jam masih menunjukkan pukul sepuluh pagi, dan Hagrid baru selesai membersihkan rumahnya yang selama beberapa waktu telah dijadikan kandang dadakan Buckbeak.

Hari itu adalah hari terakhir di Hogwarts untuk tahun ajaran tersebut. Para murid tengah merapihkan kembali barang-barang mereka, memastikan tidak ada yang tertinggal—yah kalau pun ada, pos burung hantu akan mengantar pulang barang tersebut.

Melody Potter telah selesai lebih awal, namun ia tak bisa duduk santai atau membantu teman-temannya sebab Ray—burung hantunya—tiba dengan sebuah surat yang memberitahunya bahwa Dumbledore telah menanti di kantornya untuk membicarakan sesuatu. Maka dari itu Melody ber-Apparate di depan gargoyle yang menjaga kantor Dumbledore, mengucapkan kata sandinya, lalu masuk.

Ketika gadis berambut merah itu tiba di depan pintu kantor, ia dapat mendengar obrolan dengan suara pelan dari dalam ruangan. Penasaran dan bukannya mengetuk, Melody malah diam di tempat. Kemudian setelah berkonsentrasi selama beberapa detik untuk mencari tahu siapa saja yang ada di dalam, Melody dapat mendengar suara Dumbledore, McGonagall, dan suara seorang pria muda.

Dia tak pernah mendengar suara pria muda itu, artinya ada orang asing di dalam. Siapa? Apakah orang itu ada kaitannya dengan Dumbledore yang memanggil Melody kemari?

Melody mengerjap dan menggeleng. Ini bukan saatnya untuk menerka-nerka sendiri apa alasan Dumbledore memanggilnya, lebih baik langsung cari tahu saja. Maka gadis tersebut pun menarik nafas dan mengetuk pintu tiga kali.

"Permisi..." ia berkata sopan.

"Masuk." Terdengar suara ramah Dumbledore berbarengan dengan mengayun terbukanya pintu.

Melody mengangguk kemudian memasuki kantor Dumbledore yang pintunya langsung menutup lagi saat gadis itu sudah di dalam.

Sesuai dugaan, di ruangan tersebut ada Dumbledore yang tengah duduk di balik meja kerjanya, senyumnya hangat saat ia berpandangan dengan Melody. Kemudian di depannya ada McGonagall yang ekspresinya sangat serius dan terlihat resah—cukup aneh untuk seorang McGonagall. Lalu terakhir pastilah si pemilik suara asing.

Ia adalah seorang pria... atau pemuda? Karena dia kelihatannya masih muda, mungkin masih berusia dua puluh tahunan. Bahkan pakaiannya terlihat muda sebab dia memakai mantel bepergian berwarna krim coklat yang sepertinya masih baru dan sangat bersih.

Pemuda ini memiliki rambut yang panjang karena ia sampai memakai kunciran kecil mencapai bawah leher dan ada beberapa rambut coklat tersebar di antara rambut pirang emasnya itu. Tubuhnya tinggi, sangat tinggi, mungkin bisa bersaing dengan Dumbledore. Dia tidak begitu berisi, tapi tidak kurus juga, hanya saja dia penuh luka.

Luka-luka tersebut nampak jelas pada tangan, leher, pipi, dan hidungnya. Semua itu memberikan kesan kendati masih muda, si pemuda pastilah telah mengalami banyak hal di dalam hidupnya. Namun meskipun lukanya banyak, hal yang paling menarik adalah matanya. Jika Melody memiliki dua warna pada matanya, pemuda ini punya tiga. Matanya memiliki perpaduan warna hijau, ungu, dan putih yang ketiganya berbentuk motif belah ketupat sehingga kedua mata itu terlihat seperti kristal yang berkerlap-kerlip, indah sekali. Dia juga memiliki tahi lalat kecil—beauty mark—di dekat mata kirinya, membuatnya terlihat tampan.

Selain itu, si pemuda memiliki senyum yang ramah dan hangat, yang mana senyum itu membuat Melody tidak begitu was-was padahal ini pertemuan pertama mereka.

"Kau datang, Melody." Kata Dumbledore, mengembalikan Melody ke kenyataan setelah gadis itu terus memandangi si pemuda.

"A-ah, iya... Profesor." Balas Melody, mengangguk sembari menoleh pada sang kepala sekolah.

Melody Potter and the Goblet of Fireजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें