Chapter 6

113 17 0
                                    


Setelah mengumpulkan cukup banyak kayu, Melody dan yang lain pun kembali ke kemah mereka kemudian mulai membuat api unggun untuk memasak. Sayangnya Mr Weasley yang kelewat bersemangat jadinya malah bermain-main dengan korek api, tapi tak ada yang cukup tega untuk mengganggu kesenangannya. Maka dari itu mereka baru menyalakan api saat Harry, Hermione, dan Ron kembali dari mengambil air.

Karena mereka membuat api secara Muggle, butuh waktu satu jam sampai api itu bisa digunakan untuk memasak. Saat apinya siap, dan mereka baru saja mulai memasak telur serta sosis, Bill, Charlie, dan Percy berjalan keluar dari hutan ke arah mereka.

"Baru saja ber-Apparate, Dad," kata Percy keras-keras. "Ah, makan siang yang enak!"

Mereka sudah setengah jalan makan telur dan sosis ketika Mr Weasley melompat bangun, melambai dan tersenyum pada seorang laki-laki yang berjalan ke arah mereka. Rupanya pria yang memakai jubah Quidditch panjang bergaris-garis horizontal kuning cerah dan hitam itu adalah Ludo Bagman. Ialah yang memberikan tiket Piala Dunia kepada Mr Weasley dan Mrs Ferrour.

Setelah memperkenalkan anak-anaknya, dan Daniel serta Pierre memberikan sapaan formal seperti biasa, Mr Weasley mengobrol cukup lama dengan Bagman—sedikit direcoki si kembar yang ingin ikut taruhan Piala Dunia—lalu Barty Crouch muncul, katanya mencari Bagman untuk membantunya mengatasi pihak Bulgaria yang ingin menambah dua belas tempat duduk di boks utama.

Melody tidak begitu mendengarkan percakapan mereka, ia sibuk menikmati sarapannya dan toh gadis itu tidak tertarik dengan urusan Kementerian Sihir. Mr Crouch dan Bagman pergi setelah beberapa obrolan lain, dan Mr Weasley pun memerintahkan mereka untuk merapihkan sisa-sisa sarapan.

.

.

Kegairahan meningkat seperti awan yang tampak jelas di bumi perkemahan selewat tengah hari. Sorenya, bahkan udara musim panas yang tenang serasa bergelora dengan antisipasi, dan saat kegelapan menebar seperti tirai di atas ribuan penyihir yang menanti, kepura-puraan yang tersisa pun lenyap. Para petugas Kementerian tampaknya sudah menyerah pada hal yang tak dapat dihindari dan berhenti melawan tanda-tanda sihir yang sekarang bermunculan di mana-mana—Melody jadi simpati saat Daniel berkata bahwa ibunya pasti sedang kerepotan sekali sekarang.

Para pedagang ber-Apparate setiap beberapa meter, membawa nampan dan mendorong kereta penuh berisi dagangan luar biasa. Ada mawar-mawar yang menyala—hijau untuk Irlandia, merah untuk Bulgaria—yang meneriakkan nama-nama para pemain, topi kerucut hijau dihiasi shamrock yang menari-nari, syal Bulgaria berhias singa yang betul-betul mengaum, bendera-bendera kedua negara yang menyanyikan lagu kebangsaan masing-masing jika dilambaikan. Ada juga sapu Firebolt mainan kecil-kecil yang benar-benar bisa terbang, dan boneka-boneka para pemain terkenal untuk koleksi, yang bisa berjalan-jalan dengan bergaya di atas telapak tanganmu.

"Kau mau beli itu?" tanya Daniel, mendapati Melody tengah memandangi boneka-boneka para pemain terkenal dengan dahi berkerut.

Melody menggeleng, "tidak..." katanya.

"Kukira kau tertarik?" Daniel mengangkat kedua alisnya.

Melody mengerjap dan menggeleng lagi, "aku hanya berpikir akan mengerikan jika mereka kusimpan di meja atau nakasku dan saat aku tidur, mereka pergi entah ke mana..." katanya.

Daniel tertawa mendengarnya, "imajinasimu luar biasa!" katanya.

"Hey, bagaimana kalau kita beli itu?" Ginny menarik lengan kemeja Daniel, menunjuk ke arah pedagang yang menjajankan mawar hijau untuk dipasang sebagai bros.

"Oh, kita mendukung Irlandia?" tanya Daniel sembari mengikuti Ginny menghampiri si penjual bunga.

"Entahlah, aku hanya ikut saja." Kata Melody, mengikuti keduanya.

Melody Potter and the Goblet of FireWhere stories live. Discover now