Chapter 29

82 18 2
                                    

Piala Dunia Quidditch adalah turnamen paling heboh yang pernah Melody hadiri, tetapi Turnamen Triwizard tidak kalah seru. Para penonton bersorak-sorak mengacung-acungkan bendera asrama atau sekolah mereka, menyanyikan lagu Hogwarts, Beauxbatons, dan Durmstrang. Sorakan penonton menjadi semakin ramai karena Ludo Bagman mengomentarinya seakan mereka juga tengah bertanding dengan satu sama lain. Dalam sepuluh menit saja, sorak-sorai penonton berubah menjadi pertandingan antar pendukung, siapa yang paling keras, ialah pemenangnya.

"Aku memang ingin mendukung kakakmu, Melody, jangan salah..." kata Pierre, wajahnya pucat, "tapi aku ingin kembali ke kamarku sekarang."

Melody tertawa, "ayolah Pierre, hanya malam ini saja!" hiburnya.

Satu jam kemudian, pertandingan antar pendukung masih berlangsung. Tetapi sorak-sorakan mereda ketika mereka melihat bunga api meluncur naik dan meledak di angkasa jauh di dalam labirin.

"Ah! Bunga api!" teriak Bagman, menunjuk ke arah bunga api, "itu adalah tanda bahwa seorang juara mengirimkan sinyal meminta bantuan! Dan sekarang para pengawas akan melihat keadaannya! Mari kita lihat siapa juara yang akan keluar terlebih dahulu!"

Semua orang memandang ke arah labirin, sorakan riuh rendah masih terdengar, tetapi mata mereka tertancap pada pintu masuk labirin, menunggu siapa yang akan muncul dari sana. Sepuluh menit menit berlalu, dan akhirnya pintu labirin terbuka. McGonagall dan Hagrid muncul, keduanya menggotong Fleur Delacour dan Viktor Krum yang tak sadarkan diri pada sebuah tandu sihir.

"Miss Fleur Delacour dan Mr Viktor Krum tereliminasi dari turnamen!" Bagman mengumumkan, "wah... ini sangat tidak diduga-duga!"

"Kenapa mereka tidak sadarkan diri?" tanya Ginny penasaran.

"Mereka tidak terluka parah, kan?" tanya Chere khawatir.

"Sepertinya tidak... tapi bukankah ini menjadikan Hogwarts pemenangnya?" kata Daniel. "Harry dan Diggory sama-sama murid Hogwarts."

"Yah... masih ada hadiah uang pribadi." Kata Pierre.

Melody menelan ludah, refleks menyentuh anting di telinga kanannya. Anting itu tidak bergetar maupun berbunyi, berarti tidak ada hal yang mengancam jiwa Harry di dalam labirin. Harry seharusnya baik-baik saja.

Ah... tapi aku tetap khawatir... batin Melody resah.

Fleur dan Viktor dibawa ke rumah sakit sekolah oleh Madam Pomfrey, sementara McGonagall menghampiri Dumbledore yang duduk di meja juri bersama Cornelius Fudge dan kepala sekolah lain. Mereka nampaknya bicara dengan serius sekali, dan ekspresi Dumbledore berubah menjadi waspada.

Apa yang terjadi? Melody bertanya dalam hati.

Setelah bicara, McGonagall dan Hagrid masuk kembali ke dalam labirin, tetapi kali ini keduanya terlihat buru-buru. Melody mencengkram lututnya, menjadi semakin cemas melihat Dumbledore waspada dan McGonagall terburu-buru.

Tetapi kendati lima menit berlalu, tidak ada yang terjadi. Hanya ada sorakan para penonton yang kembali menjadi keras memenuhi stadion. Mereka meneriakkan nama Harry dan Cedric, berlomba siapa yang lebih keras. Dari deretan anak-anak Slytherin, lencana Potter Bau terlihat di mana-mana, dari deretan Hufflepuff lencana Diggory Juara Hogwarts Sebenarnya mendominasi, deretan Ravenclaw terbagi dua antara pendukung Cedric dan pendukung Harry, sementara deretan Gryffindor penuh dengan anak yang meneriakkan nama Harry, mengangkat panji Gryffindor atau foto Harry, serta Lee Jordan yang bersorak bersama si kembar Weasley mengenakan megafon.

Lalu kejadian tiba-tiba sekali terjadi. Melody mendadak duduk tegak saat anting di telinganya bergetar dan berbunyi nyaring sekali seperti alarm. Rasanya sakit sekali, seperti disengat lebah yang sangat besar dan kuat. Jika Melody tak ingat dia memakai anting itu, dia pasti mengira dirinya digigit serangga raksasa.

Melody Potter and the Goblet of FireWhere stories live. Discover now