Chapter 12

81 22 0
                                    


Melody dan kawan-kawannya duduk di lantai koridor Hogwarts di dekat kelas yang saat ini mereka gunakan untuk pelajaran Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam. Chere duduk di tengah dengan buku pelajaran terbuka di pangkuannya. Gadis itu membacakan materi mengenai Boggart kepada teman-temannya, dan bersama-sama mereka pun melatih pelafalan serta gerakan tongkat mantra untuk melawan Boggart, selagi menunggu giliran dipanggil oleh Moody.

Kelompok pertama yang selesai dengan praktek, mereka keluar sembari mengobrol dengan penuh antusias tapi menolak untuk memberitahu apa yang terjadi di dalam. Mereka hanya mengatakan bahwa praktek tersebut cukup pantas, kemudian sembari berseri-seri, kelompok pertama diizinkan untuk meninggalkan kelas lebih awal.

"Aku sebenarnya tak ingin bicarakan ini karena sepertinya akan membuat kita tambah gugup," kata Ginny, memandang kelompok kedua keluar dari kelas, berbisik-bisik seru sembari meninggalkan mereka di koridor, sementara kelompok ketiga masuk ke dalam kelas—Pierre berkata bahwa ia menuliskan kelompoknya sebagai kelompok pertama, tapi rupanya Moody memanggil mereka secara acak.

"Menurut kalian... Boggart kalian nanti apa?" tanya Ginny kemudian.

"Hm..." Daniel memandang langit-langit koridor. "Apa ya..."

"Melihat kau bingung bagaimana bentuk Boggartmu membuatku iri..." kata Ginny, menyipitkan mata pada Daniel. "Entah kau memang tidak tahu atau hal yang kau takuti terlalu banyak."

Daniel tertawa sembari menoleh pada Ginny, "aww~ apa kau penasaran, Ginny?" katanya, menggoda. "Aku akan beritahu kalau kau bilang 'please'~"

Ginny berdecih pada pemuda tersebut, "tidak usah." Katanya, dan Daniel pun tertawa lagi.

"Aku juga tidak tahu..." kata Chere, memandang lantai dengan serius. "Aku takut pada beberapa hal tapi tidak bisa menentukan apa yang paling kutakuti."

"Ah... bisa juga seperti itu ya..." kata Ginny, mengangguk mengerti.

"Selain itu, aku juga bingung harus memikirkan hal lucu apa agar bisa menghadapi Boggart-ku nanti." Lanjut Chere. "Bagaimana kalau aku jadi terlalu panik dan akhirnya kalah?"

Melody mengerjap, "ngomong-ngomong, apa yang akan terjadi kalau kita kalah dari Boggart?" tanyanya.

"Kau akan menderita," kata Pierre. "Kau akan harus terus dihadapkan dengan Boggart itu sampai ia puas atau sampai seseorang datang menyelamatkanmu."

Melody bergidik pelan, "itu akan jadi mimpi terburuk yang pernah seseorang alami." Katanya.

"Maka dari itu, saat bertemu dengan Boggart, kau harus tenang. Ketahuilah bahwa yang ada di hadapanmu hanyalah Boggart, bukan wujud asli dari ketakutanmu." Kata Pierre.

"Selain itu, Boggart juga bisa jadi latihan yang bagus untuk kita yang ingin melawan rasa takut," kata Daniel, tersenyum. "Jika kita terus berlatih menghadapi ketakutan kita dan melawannya, mungkin jika nanti bertemu langsung dengan ketakutan itu, kita sudah punya sedikit bekal keberanian untuk melawan."

Melody, Chere, Ginny, dan Pierre mengangguk setuju. Setelah itu mereka pun menunggu lagi, sesekali melirik ke arah pintu kelas, berharap-harap cemas kapan pintu itu akan membuka.

Sekitar sepuluh menit kemudian, pintu akhirnya terbuka. Kelompok ketiga keluar, tidak seceria kelompok-kelompok sebelumnya, tapi mereka tersenyum tipis sebelum mengucapkan sampai nanti pada Melody dan teman-temannya.

"Kelompok terakhir!" panggil Moody dari dalam kelas.

Melody, Chere, Daniel, Ginny, dan Pierre pun segera masuk ke dalam kelas. Moody tengah duduk di balik meja guru, menyerong ke arah lemari di sudut ruangan, yang tidak bergerak sama sekali seakan tak ada apa-apa di dalamnya. Di samping Moody, ada sebuah mesin pemutar kaset tua yang memutarkan lagu riang tanpa lirik, menjadi satu-satunya hiburan di dalam ruangan yang menegangkan tersebut.

Melody Potter and the Goblet of FireWhere stories live. Discover now