Chapter 30

71 20 0
                                    

Melody melongo bingung memandangi laki-laki di lantai yang baru saja Harry sebut sebagai putra Barty Crouch. Ia tidak bisa benar-benar memahami situasi ini, sebab Sirius berkata anak itu seharusnya sudah meninggal. Tetapi dia ada di sini, hidup.

Kematiannya dipalsukan? Pikir Melody, tetapi Sirius melihat proses pemakamannya.

Terdengar langkah-langkah bergegas di koridor di luar kantor. Snape telah kembali bersama Winky. McGonagall di belakang mereka.

"Crouch!" celetuk Snape, langsung berhenti di ambang pintu. "Barty Crouch!"

"Astaga!" kata McGonagall, juga berhenti dan memandang laki-laki di lantai.

Kotor, berantakan, Winky mengintip dari balik kaki Snape. Mulutnya terbuka lebar dan dia mengeluarkan jeritan menusuk. "Tuan Barty, Tuan Barty, apa yang Tuan lakukan di sini?"

Dia melempar dirinya ke dada si pria muda. "Anda membunuhnya! Anda membunuhnya! Anda membunuh anak Tuan!"

"Dia cuma pingsan, Winky," kata Dumbledore. "Tolong minggir dulu. Severus, kau bawa ramuannya?"

Snape menyerahkan botol kecil berisi cairan sangat bening kepada Dumbledore, itu pasti Ramuan Kebenaran yang tadi Dumbledore sebutkan. Dumbledore bangkit, membungkuk di atas pria di lantai, dan menariknya duduk bersandar ke dinding di bawah Cermin Musuh, di dalam mana bayangan Melody, Dumbledore, Snape, dan McGonagall masih memandang mereka semua. Winky tetap berlutut, gemetaran, tangannya menutupi wajahnya. Dumbledore membuka paksa mulut si pria dan menuang tiga tetes ramuan ke dalamnya. Kemudian dia mengacungkan tongkat sihirnya ke dada si pria dan berkata, "Enervate."

Putra Barty Crouch membuka mata. Wajahnya kendur, pandangannya tidak terfokus. Dumbledore berlutut di depannya, sehingga wajah mereka sejajar.

"Bisakah kau mendengarku?" Dumbledore bertanya tenang.

Mata si pria berkejap, "ya," dia bergumam.

"Aku ingin kau menceritakan kepada kami," kata Dumbledore pelan, "bagaimana kau bisa berada di sini. Bagaimana kau kabur dari Azkaban?"

Crouch bergidik, menarik napas dalam-dalam, kemudian mulai bicara dengan suara datar tanpa ekspresi.

"Ibuku menyelamatkanku. Ibuku tahu dia sudah hampir mati. Dia membujuk ayahku untuk membebaskanku sebagai permohonan terakhirnya. Ayahku mencintainya. Tak pernah dia mencintaiku seperti dia mencintai ibuku. Dia mengabulkan permintaan itu Mereka datang mengunjungiku. Mereka memberiku Ramuan Polijus yang mengandung sehelai rambut ibuku. Sedang ibuku meminum Ramuan Polijus yang mengandung sehelai rambutku. Kami berganti penampilan."

Winky menggelengkan kepala, gemetar. "Jangan bilang apa-apa lagi, Tuan Barty, jangan bilang apa-apa lagi, kau membuat ayahmu dalam kesulitan!"

Tetapi Crouch menarik napas dalam lagi dan meneruskan bicara dalam suara datar yang sama, "para Dementor buta. Mereka merasakan satu orang sehat dan satu orang yang hampir mati memasuki Azkaban. Mereka merasakan satu orang sehat dan satu orang yang hampir mati keluar lagi dari penjara itu. Ayahku menyelundupkanku keluar, menyamar sebagai ibuku, untuk berjaga-jaga kalau-kalau ada napi yang mengawasi dari balik pintu mereka. Ibuku meninggal tak lama kemudian di Azkaban. Dia berhati-hati selalu meminum Ramuan Polijus sampai akhir hayatnya. Semua orang mengira dia aku."

Pelupuk mata pria itu berkejap.

"Dan apa yang dilakukan ayahmu denganmu, setelah dia membawamu pulang?" tanya Dumbledore pelan.

"Bersandiwara ibuku meninggal. Pemakaman pribadi, tanpa dihadiri siapa pun. Makam itu kosong. Peri rumah merawatku sampai aku sehat kembali. Kemudian aku harus disembunyikan. Aku harus di kontrol. Ayahku harus menggunakan beberapa mantra untuk menaklukkanku. Saat kekuatanku pulih, aku hanya berpikir untuk mencari tuanku... kembali melayaninya."

Melody Potter and the Goblet of FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang