nyusulin

311 75 1
                                    

Setelah mengusir Aviva dari rumah, Satria justru di buat gelisah, kepikiran terus sama sikap dia ke Aviva yang mungkin sudah amat berlebihan ke cewek itu.

Setengah jam menggeliat tak karuan di atas kasur dengan pikiran yang tidak tenang, Satria segera bangun dari tempat tidur, duduk merenungi setiap ucapan dia ke Aviva tadi sambil memandangi cincin yang sedang dia pegang.

"Kenapa gua jadi kepikiran terus sama tuh cewek. Apa mungkin sebaiknya gua susulin dia buat minta maaf." Gumam nya dalam hati.

Satria mengalihkan perhatian nya ke luar jendela, Memandangi keadaan di luar yang terlihat mendung.

"Kira-kira dia sudah sampai di rumah apa belum ya." Satria kembali bergumam memikirkan keadaan Aviva di luar sana. Mengingat kaki Aviva yang juga saat ini masih belum pulih.

Satria menarik nafas panjang. Pikirannya semakin kacau, entah! apa sebaiknya dia pergi untuk menyusul Aviva dan mencari tau keadaan cewek itu sekarang, atau justru tetap di rumah saja dan anggap semua nya tidak pernah terjadi.

"Argg...sial_sial_sial.." Satria mengumpat kesal sambil mengacak-acak rambut dia sendiri karena frustasi.

"Tuh cewek memang bisa nya cuma nyusahin gua doang." Ucap nya.

Pada akhirnya Satria segera beranjak keluar dari dalam kamar, pergi untuk menyusul Aviva dari pada terus-terusan di landa kekhawatiran karena mikirin cewek itu.

Satria bergegas menaiki motor, dan segera melaju pergi menuju rumah Aviva dengan kecepatan tinggi, ini agar dia bisa tempat waktu sebelum hujan mulai turun.

Tak berselang lama setetes demi setetes air hujan mulai terasa, dan seiring waktu turun semakin deras, yang padahal Satria masih di tengah perjalanan menuju rumah Aviva saat itu.

"Bangsat... Sial banget gua hari ini." Umpat nya.

Mau bagaimana lagi, Satria terpaksa meneruskan perjalanan di tengah hujan deras yang mengguyur kota sore itu, demi bisa sampai ke tempat tujuan walaupun dia harus rela kebasahan.

Dalam keadaan yang sudah basah kuyup, Satria akhirnya tiba di depan gerbang rumah Aviva. Tidak perlu pakai permisi lagi Satria langsung saja membuka pintu gerbang dan berlari masuk ke halaman rumah Aviva.

"Hufff..... dingin banget."

Setelah di depan pintu Satria lantas mengetuk pintu rumah. Sambil menggigil kedinginan menunggu hingga Aviva tiba membukakan pintu.

"Siapa..!? Em..!!?" Saat Aviva keluar, cewek itu tidak menyangka ternyata yang datang ke rumah dia adalah Satria. "Satria."

"Huhh... Sorry kalau gua gangguin lu."

"Lu ngapain datang ke sini."

"Gua ke sini cuma mau mastiin lu sudah sampai di rumah apa belum, cuma gitu aja kok." Ucap nya.

Suara Satria terdengar gemetar karena kedinginan, sekujur tubuhnya pun terlihat ikut menggigil.

"Gua sudah sampai sejak tadi. Lagian lu sudah tau bakalan hujan, kenapa lu masih nekat buat datang kesini sih."

"Gua.. ya gua, khawatir saja sama lu. Kalau lu kenapa-kenapa kan jadi nya gua juga yang repo bakalan di salahin sama bunda." Jelasnya agak canggung.

Angin yang berhembus melewati celah pakaian Satria yang basah, lantas membuat tubuh cowok itu sesekali terlihat gemetaran.

Aviva memandangi wajah lesu Satria, bibir pink nya mulai terlihat agak biru ke ungguan karena menahan suhu dingin yang serasa menusuk ke tubuh dia.

Karena hujan yang juga tidak kunjung berhenti, Aviva berniat buat ngajakin Satria untuk masuk ke rumah sambil menghangatkan tubuh, namun dia juga gak yakin apa nih cowok mau.

SATRIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang