Menghilang Tanpa kabar

185 37 1
                                    

"Engga. Bunda gak bakalan ngijinin kamu pergi."

"Satria mohon bund, ini juga demi kebaikan Satria, emang nya bunda gak kasihan ngeliat Satria kaya gini terus."

"Terus bagaimana dengan Aviva? Kalau kamu gak ngasih tau dia yang ada dia bakalan bingung nyariin kamu." Sahut Aldi.

"Aviva tetap gak boleh tau masalah ini. Gua janji sama lu, kalau lu bisa tutup mulut selepas ini gua bakalan bersikap baik sama lu dan gua akan Nerima lu sebagai bokap gua."

Bagaimana Aldi tidak tergiur sama kesepakatan yang di buat Satria kalau memang sudah itu yang selama ini di harapkan sama dia sejak dulu.

"Terus bagaimana bunda ngejelasin semua ini ke orang tua nya Aviva nanti, kalau mereka nyariin kamu bagaimana."

"Satria sendiri yang akan ngomong sama mereka, Satria juga gak mau Om sama Tante sampai mikir gak baik-baik tentang Satria. Tapi sekarang Satria cuma nungguin persetujuan dari bunda kalau bunda memang ngijinin Satria pergi."

Perasaan Ayunda rasanya kaya serba salah antara mau mengiyakan atau tidak sama permintaan putra dia itu. Bukan hal yang mudah buat Ayunda untuk ngebiarin Satria pergi, namun ini juga bersangkutan dengan masa depan Satria sendiri.
.
.
.
"Tante mau beli apa."

"Kecap sama teh nya satu yah."

"Oh iya tunggu sebentar saya ambilin."

Aurel tampaknya lagi sibuk melayani satu-persatu pembeli yang datang ke warung dia. Seperti biasa kebanyakan dari pelanggan Aurel tentu saja para ibu-ibu rumah tangga yang datang berbelanja untuk memenuhi kebutuhan dapur di rumah mereka.

Di saat lagi sibuk-sibuknya, Aurel kemudian kedatangan tamu spesial yang datang ke warung dia saat itu, lantas siapa lagi kalau bukan Rafael.

"Aurel." Teriak Rafael.

"Tunggu gua lagi sibuk nih."

Rafael segera turun, lalu meninggalkan motor dia untuk menghampiri Aurel yang lagi kerepotan ngeladenin semua pembeli.

"Lagi sibuk nih."

"Iya, kan lu liat sendiri." Sambil sibuk memasukkan barang belanjaan ke kantong plastik.

"Kak, beli gula pasir nya satu."

"Tunggu sebentar yah."

"Biar gua yang ngambilin." Melihat Aurel yang lagi kewalahan, sebagai pacar yang baik Rafael segera turun tangan untuk ikut membantu.

"Ini dek."

"Makasih. Ini kak uang nya."

"Neng tolong bawang merah nya sama cabe nya sekilo."

Baru akan meladeni pesanan si ibu tadi, Rafael sudah maju duluan.

"Ini buk." Aurel tampak tersenyum sambil menatap Rafael yang terlihat cekatan melayani setiap pembeli yang datang, dan merasa kebantu banget sama kehadiran Rafael saat itu.

Saat keadaan sudah mulai sepi, mereka berdua lantas beristirahat, duduk di kursi kayu yang berada di depan warung sambil menikmati sekaleng minuman dingin.

"Cape juga yah. Apa tiap hari lu selalu sesibuk ini."

"Gak tiap hari sih, terkadang nyokap gua juga ikut bantuin gua kalau lagi banyak pembeli sama kaya tadi."

"Tapi lu tadi cuma sendirian, terus nyokap lu mana."

"Dia nya lagi gak ada di sini, nyokap gua lagi ke kampung ngurusin nenek gua yang lagi sakit, berhubung lagi masih libur jadi gua sengaja buka warung sekalian nambah-nambah uang kuliah gua."

SATRIA Onde histórias criam vida. Descubra agora