sesuai isi taruhan

308 67 0
                                    

"Terimakasih bang atas jamuan nya, maaf kalau sudah nge-repotin." ujar aviva.

"Engga kok, makasih juga karena kalian sudah datang buat jengukin Satria."

Setelah mengunjungi satria dan sempat berbicara bincang juga selama hampir sejam lebih, mereka bertujuh lantas memutuskan untuk segera pulang sebelum hari semakin sore.

"Va, ngomong-ngomong lu pula bareng siapa nih." tanya aurel.

"Biar gua saja yang nganterin aviva pulang, lu mau kan." Sahut satria segera mengajukan diri. lupa kalau dia nya juga masih lagi sakit.

"Kalau lu mau mati, lu mati saja sendiri gak usah ngajakin aviva segala." Ucap aurel.

"Gak tau nih bocah." Cetus Langit sambil menjitak belakang kepala satria.

"Biar gua yang nganterin aviva pulang, lu di rumah saja istirahat, dari pada lu nge-bahayain anak orang nanti nya." sambung Langit.

"Hm, iya deh."

"Aurel kamu mau sekalian gua anterin pulang juga."

"Gak usah bang, biarin nanti gua yang nganterin aurel pulang." Timpal Rafael.

Cuma dengerin Rafael ngomong mau bela-belain nganterin dia pulang, Aurel sudah ngerasa canggung duluan. Tapi dia juga gak berani ngomong sih buat nolak niat baik tuh cowok.

"Kalau begitu gua pulang dulu ya, sampai ketemu di sekolahan besok, dan Sas, maksud gua Al, semoga lu cepat sembuh ya."

"Iya. makasih ya Va." Lagi-lagi dengan wajah yang sumbrigah.

"Masa ngucapin terimakasih cuma ke Aviva doang, kita-kita engga nih." Ujar Rival.

"Aah, lu semua tuh gak terlalu penting."

"Tega bener lu."

"Ya sudah gua pulang dulu ya, dah." Ucap Aviva sambil melambaikan tangan dari dalam mobil milik ayah Satria yang dikemudikan sama Langit.

"Kita juga pamit pulang dulu nih."

"Ok, hati-hati juga buat lu semua."

"Iya." jawab rafael dan yang lain.

Setelah aviva pergi, satu persatu teman Satria mulai meninggalkan halaman rumah. Begitu juga Rafael namun terlebih dulu dia harus mengantarkan Aurel untuk pulang.

"Naik." pinta Rafael. Sesaat sebelum akhirnya Aurel mulai naik ke atas motor.

"Pegangan, gua takut jangan sampai lu jatuh."

Aurel dengan malu-malu, lantas hanya memegang kedua ujung jaket Rafael, dan duduk pun agak berjauhan dari dia.

Selama di perjalanan, Aurel terlihat benar-benar canggung, diam, tidak bergeming sedikitpun.

"Terimakasih ya." Ucap Rafael.

"Apa." Aurel kurang jelas mendengar ucapan Rafael akibat suara hembusan angin dari atas motor.

"Gua bilang ' Terimakasih ' karena bantuan lu, akhirnya Aviva mau datang ke rumah Satria." Ujar Rafael dengan suara yang lebih keras agar Aurel bisa mendengarkan dia.

"Oh.. iya sama-sama." Balas Aurel.

"Dan Terimakasih juga."

"Buat apa?"

"Karena lu mau nganterin gua pulang."

"Kalau soal itu, lu ngucapin terimakasih nya pas nyampe nya di rumah saja, sekalian siapa tau bisa dapat cemilan lagi."

Aurel lantas di buat tersenyum-senyum mendengar gurauan Rafael barusan.

Dan sejujurnya Aurel beruntung banget bisa jadi cewek pertama yang bisa se-akrab itu sama Rafael.

SATRIA जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें