Cari perhatian

211 50 10
                                    

Aviva perlahan mulai sadar. Lantas memandangi setiap sudut tempat itu yang terlihat seperti kamar rumah sakit.

Dengan Kepala yang masih terasa pening, ia melirik ke samping dan mendapati ibunya yang berada di sebelah dia tengah melamun, sambil menemani Aviva sejak dia tiba di rumah sakit.

"Mama."

"Aviva, kamu sudah sadar sayang."

"Aviva di mana ma?"

"Kamu sekarang ada di rumah sakit. Langit yang sudah bawa kamu sama Satria ke sini setelah dia nemuin kalian pingsan."

"Hah, Satria." Aviva tersentak bangun, ia baru teringat sama Satria. "Ma, keadaan Satria bagaimana?"

Riska segera berdiri, lalu membuka tirai yang berada di samping tempat tidur Aviva. Tepat di sebelah Aviva, terlihat Satria dengan balutan perban yang melilit luka di kepala dia, masih terbaring dalam keadaan belum sadar sampai saat itu.

Aviva segera beranjak dari tempat tidur, lalu berjalan mendekati Satria. Memegangi tangan Satria yang dingin, dengan raut yang tampak cemas dan khawatir.

"Satria. Maafin gua karena sudah buat lu kaya gini." Apa yang menimpa Satria saat itu, Aviva pikir itu karena ulah dia.

"Ini bukan salah kamu kok Va." Ujar Riska segera merangkul putri nya itu.

"Satria bakalan baik-baik aja kan Ma."

"Iya, Satria pasti baik-baik aja kok, kamu gak usah khawatir yah. Kalau begitu mama mau keluar buat manggil dokter dulu buat ngecek kondisi kamu, kamu tidak apa-apa kan kalau mama tinggalin dulu sebentar."

Aviva mengangguk mengiyakan.
.
.
.
Di luar. Teman-teman Satria terlihat sudah tiba di rumah sakit, mereka datang untuk menjenguk Satria dan Aviva sambil membawa aneka buah-buahan segar. Aurel juga baru sampai di sana beberapa saat kemudian dan bertemu sama Rafael dan juga yang lain.

"Aurel, lu datang buat jengukin Aviva yah." Tanya Rafael.

"Iya, sekalian jengukin Satria juga sih."

"Emang nya Satria itu teman lu." Timpal Bima.

"Ya iyalah. Satria itu kan teman sahabat gua, jadi dia sekarang juga teman gua dong. Masalah kaya gitu aja kenapa harus di pertanyakan sih."

"Betul tuh, kaya gitu aja kaga paham lu."

"Aduh."

Rafael segera menggeplak kepala Bima yang berdiri di belakang. Biar otak dia sedikit agak encer.

"Woi."

Mereka serentak menoleh. Rupanya Morgan juga sedang berada di tempat itu.

"Si bapak Paramex datang." Ucap Aariz.

"Anjir Bapak Paramex, hahaha." Ryan terkekeh geli mendengar panggil yang di berikan Rafael ke Morgan.

"Lu semua kok ada di sini."

"Kita datang mau jengukin Satria sama Aviva. Lu sendiri ngapain di sini." Tanya Rafael balik.

"Gua habis nganterin makan siang buat Abang gua barusan. Kebetulan dia nya salah satu dokter di sini."

"Ooh."

"Boleh sekalian gua ikut buat ngeliat Satria."

"Boleh, yuk."
.
.
.
Dari hasil pemeriksaan dokter tentang kondisi Aviva, keadaan dia sudah di nyatakan sehat dan bahkan sudah diperbolehkan untuk pulang hari itu.

Bersama keluarga Satria yang berada di sana setelah kembali dari luar. Aviva yang sudah berganti pakaian pun lantas kembali ke samping Satria seraya megenggam tangan cowok itu. Sebelum akhirnya Rafael dan yang lain tiba dan langsung mengetuk pintu kamar.

SATRIA Where stories live. Discover now