MPB(s)-OO9

9.1K 766 34
                                    

🍜Happy Reading🍝

Matahari sudah bergantung di langit. Pagi menyapa setiap manusia termasuk ketiga manusia yang tampak terganggu dengan sinarnya.

Tiga orang yang melakukan malam yang panjang, malam yang memuaskan bagi mereka. Pastinya kalian tahu mereka sudah melakukan apa.

Seorang perempuan terbangun setelah mendengar suara dering alarm yang besar.

Kiana bangun lalu mengucek matanya sebentar. Dia melihat ke arah jarum jam yang menunjukkan pukul 6 pagi.

Kiana beranjak dari kasurnya menuju kamar mandi yang letaknya tak jauh dari sana.

Dia membersihkan diri dari kegiatannya semalam, kegiatan yang menguras energi. Sembari menggosokkan sabun, Kiana juga berpikir bagaimana kondisi baby dan calon babynya.

Kiana keluar setelah memakai pakaian seragam di dalam walk in closet. Dia melihat kedua baby besarnya yang tepar di atas tempat tidur, sepertinya mereka sangat kelelahan.

Potongan ingatan tadi malam melewati pikiran Kiana. Dia tersenyum kala memikirkan itu

"Aahhhh... aaaaaahh... ughhhh... b-bu-bunahh.."
"Hiksss.. huaaaa.. buna!! Sakit!!"
"Lagihh buna.. lagihhh"

Begitulah kilas balik desahan Aaron dan Theo yang menggema di ruangan ini, kemarin.

Setelah berpikir panjang, akhirnya Kiana memutuskan untuk pergi ke sekolah.

Dia tak membangunkan babynya itu karena pastinya mereka akan rewel meminta ikut, lubang ayam sama buwungnya saja pasti masih sakit.

Siapa yang bakal kerepotan nanti? Jawabannya ya pasti Kiana.

***

Di perjalanan Kiana mengingat tentang kehidupannya sebagai Rica dulu.

'Apa di kehidupan sekarang gue masih punya batas waktu?' Pikirnya sedikit resah.

Resah belum menikahi dan akan meninggalkan para calon suaminya kelak.

'Kai! Kai' Kiana mencoba memanggil Kaiden yang entah mengapa akhir-akhir ini tak muncul di dalam pikiran dan bantinnya.

[Yo nona! Kenapa manggil saya? Rindu ya?]

Suara menyebalkan Kaiden memasuki relung batin Kiana.

'Gak, gue gak rindu. Gue cuma mau nanya, di dunia ini gue punya batas waktu gak?' Tanya Kiana to the point dan ucapannya sedikit nyelekit.

[Yahh, saya pikir nona rindu saya]

Kiana hanya menatap datar di depannya. Walau Kaiden tak ada di depannya, Kiana tetap memberikan tatapan itu.

[Ahh iya nona, anda punya batas waktu disini]

Kaiden agak takut dengan Kiana saat ini.

'Berapa lama lagi waktu gue?'

Sisa Waktu
[My Beautiful Boys]

540:18:36:20

'Masih lama ya?'

[Iya nona, semua waktu itu sudah dijumlahkan seperti kehidupan anda sebagai Rica]

'Oke. Thanks Kai' ucap Kiana sembari tersenyum tipis, gini-gini dia orang yang tahu berterima kasih.

[Iya nona]

Kaiden terpesona dengan senyum manis Kiana. Ahhh, dia sudah tak sabar ikut dalam kehidupan Kiana yang terakhir.

Mudah-mudahan Kiana mengenalinya nanti.

***

Suara decitan ban mengalihkan perhatian Ano yang resah sejak kemarin. Buna Lala yang tiba-tiba menghilang dari sekolah sampai Bunanya itu belum membalas pesan Ano pagi ini.

Ano pikir Buna Lala menghilang karena musuh bisnis keluarganya yang mungkin sudah mengetahui identitas Lala.

Sumpah, Ano panik banget kemarin. Dia terus mencari mulai dari sekolah dan sekitarnya tapi Lala tak ketemu.

Ano juga memanggil asistennya untuk melacak lokasi Lala tapi tak juga kunjung ditemukan.

Terpikir di otaknya, gimana kalau dia telepon saja Lala. Dan pemikirannya benar, Lala mengangkat. Untungnya bunanya itu tidak apa-apa.

Sudah semalaman Ano menahan rindu yang bergejolak di hatinya ini. Dia tak tahan! Dia harus melampiaskan ini pada Lala. Lala harus bertanggung jawab!

Ano sudah berada di sekolah pukul 6 pagi, disaat sekolah masih sepi dia sudah duduk di koridor dekat parkiran.

Mengapa? Ya untuk menunggu sang pujaan hati dong.

Ano melamun sembari menatap kosong parkiran. Teman-temannya juga takut dengan aura di sekitar tubuhnya. Tapi Ano tidak mempedulikan itu semua. Dia hanya fokus menatap parkiran yang mulai ramai.

Sebuah mobil yang dikenalinya walaupun baru sekali lihat memasuki parkiran. Ano mendadak berdiri tegak, senyum sudah mengembang di bibir merahnya.

Orang yang melihat itu kebingungan, kenapa si pangeran es kayak gitu?

Seorang perempuan keluar dari mobil itu membuat senyuman Ano semakin mengembang. Dia berlari menghampiri perempuan yang sedang menutup pintu mobilnya.

Kiana tak melihat keadaan di sekitarnya. Hingga seseorang memeluk tubuhnya dengan erat membuat Kiana hampir memukul orang itu.

Untung saja tak ia pukul ternyata orang yang memeluknya Ano.

Tangannya yang bergantung di udara diturunkan. Kiana memeluk Ano balik tak kalah erat.

"Hikss.. bu-buna kemana hiks.. aja kemarin? Hiks.." isakan kecil terdengar dari Ano.

"Buna cuma di rumah kok. Ada sedikit masalah baby" jelas Kiana sambil mengelus rambut Ano lembut.

Mata Ano terpejam, dia menjadi tenang saat disentuh Buna Lala. Dia sangat merindukan ini walau ditinggal sehari. Rasanya semua resah gelisahnya langsung terangkat.

Kiana terkekeh saat melihat Ano menikmati sentuhannya. Haa.. dia tak tahan untuk memerawani Ano.

'Apa boleh di sekolah? Tapi gak dulu deh, kan gue mau jadi anak teladan' pikir Kiana.

Karena tak enak dengan semua tatapan menusuk di sekitarnya, Kiana akhirnya membawa Ano pergi dari parkiran. Mereka akan bermanja manjaan di taman belakang sekolah.

3 jam kemudian..

Tujuan Kiana menjadi siswa teladan sepertinya tak bisa dicapai. Sejak tadi dia harus meladeni kemanjaan Ano yang tidak berakhir.

Hingga bel istirahat berbunyi baru Kiana bisa beranjak dari duduknya. Dia dan Ano pergi ke kantin untuk mengisi perut tetapi sepertinya Kiana juga tak diizinkan untuk beristirahat dengan damai.

'Huftt.. rasanya anjing banget' batinnya sembari menatap tajam orang yang terjatuh di depannya. Orang itu adalah si Asu.

☆☆☆

TBC
...
VOTE, KOMEN, SHARE YE KRN ITU GRATISSSS✊✊
FOLLOW miemercon JUGAA😣

Ma Pretty Boy(s) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang