05 - Pelecehan Reino

37.1K 4.8K 529
                                    

Bab ini panjang, jadi aku bagi dua aja. Greegeeett banget sama part ini :) 

Vote dan komennya jangan lupa ya guys! 

Vote dan komennya jangan lupa ya guys! 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*** 

Hujan sore itu benar-benar menjadi latar suasana romantis untuk pasangan pada umumnya. Ada yang berteduh dengan payung satu berdua, ada juga yang saling lempar jas hujan untuk pasangan mereka, contohnya—

"Udah, Yang, kamu aja yang pake mantelnya, aku gapapa."

"Ah, kamu aja Yang. Aku berlindung di punggung kamu."

Dua orang itu membuat Atlan yang sedang berteduh di depan mini market usai menemai Urmila membeli minum mengerutkan dahi. Bayangkan saja. Sudah satu jam, pasangan tersebut masih saja saling tolak jas hujan. Padahal, jas hujan dari harga lima ribuan sampai seratus ribuan pun tersedia di dalam jika mereka memang niat membeli.

Berbeda dengan mereka, Atlan justru sibuk memandangi langit, menunggu hujan reda agar bisa melanjutkan perjalanan. Sementara gadis di sampingnya justru mencuri-curi kesempatan untuk bersandar di bahu Atlan.

"Mil, jangan dekat-dekat—"

"Kenapa? Abang malu, ya?" Urmila senyum-senyum seraya mengarahkan tangannya ke lengan Atlan.

Atlan melirik kiri kanan. Lelaki itu memang sedang menahan malu karena di sebelahnya berdiri nenek-nenek dan kakek-kakek memakai baju bertuliskan 'yayasan panti jompo'. Segan saja rasanya bermesraan di depan orang tua.

"Mil, agak jauhan dikit bisa nggak?" Atlan menepis tangan Urmila secara halus.

"Nggak bisa. Maunya deketan terus. Kangen banget udah beberapa tahun nggak ketemu," sahut Urmila mengiba.

Alhasil, Atlan hanya bisa pasrah daripada Urmila tersinggung. Baru juga hari pertama jadian, masa udah putus?

"Augh! Augh!" suara gonggongan tersebut berasal dari anjing liar yang lari pontang panting menuju mini market untuk berteduh.

"ANJING! MATI ANJING. GUE TRAUMA SAMA ANJING!" pekik Atlan histeris, menunjuk-nunjuk anjing liar itu seraya bersembunyi di belakang tubuh Urmila.

"Hahahah!" Urmila mati-matian menahan tawa, sementara Atlan meremas pinggang baju Urmila karena ketakutan. "Bang, udah. Nggak akan digigit kok. Buktinya pas lihat abang anjingnya langsung kabur, tuh."

Memang. Anjing liar tersebut buru-buru pergi dari teras mini market saat mendengar jeritan histeris Atlan. Ah, untung saja Atlan tampan. Jadi, berteriak sampai suaranya cempreng sekali pun, tidak akan membuat wajahnya menjadi jelek di mata orang-orang.

"Maaf ... aku nggak bermaksud nyandar—"

"Ih, Mila senang tahu, Bang. Semoga abang sering-sering dikejar anjing biar bisa nyandar di bahu Mila terus, hehe." Urmila cekikikan karena ucapannya membuat Atlan melebarkan mata.

BENUA ATLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang