07 - Antara Pacar dan Sahabat

34.9K 4.6K 169
                                    

Assalamu'alaikum Wrwb, aku pengen tahu, ada nggak yang nunggu cerita ini up? Komen dong...

Follow akunku ya sob, ngerasa sepi kek kuburan aja ni cerita :) 

Follow akunku ya sob, ngerasa sepi kek kuburan aja ni cerita :) 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*** 

Atlan dan Ilana berlari-lari menuju ruang Instalasi Gawat Darurat, tempat Meira sedang ditangani saat ini. Belum ada kabar pasti mengenai kondisi ibu dan bayinya. Akan tetapi, menurut laporan suster di resepsionis tadi, kepala Meira mengalami pendarahan hebat akibat benturan keras.

Setibanya di depan IGD, mereka disambut oleh pria paruh baya di depan ruang tunggu. Pria itu memangku seorang bayi laki-laki dengan memar di bagian kening. Atlan seketika bernapas lega karena keponakan satu-satunya itu selamat dan hanya mengalami luka ringan.

"Pu ... Pupu ...." Tangis bayi itu pecah. Mata cemerlangnya berlinang. Hidungnya memerah. Ia menggigit-gigit jari seraya terisak.

"Bubu!" panggil Atlan, langsung berlari ke arah bayi dalam gendongan pria tua tersebut, diikuti Ilana dari belakang.

"Alhamdulillah Bubu selamat," ucap Ilana lega. Meski kini dahi Ben atau yang memiliki panggilan kesayangan Bubu itu diperban dan kelopak matanya sedikit bengkak.

"Jadi kalian keluarga dari ibu yang kecelakaan?" Lelaki tua itu mendongakkan kepala ketika Atlan sampai di hadapannya.

Atlan mengangguk. "Benar, Pak. Ini keponakan saya. Yang di dalam kakak saya."

"Syukurlah sudah datang," jawab si Bapak seraya tersenyum lega. "Oh iya, saya yang menolong ibu dan anak tadi. Mobil mereka diseret truk pasir sejauh seratus meter. Truk itu remnya blong. Sekarang supirnya lagi diperiksa oleh kepolisian," jelas lelaki tersebut.

Tubuh Atlan terguncang hebat. Matanya memanas, bibirnya menggigil. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana kondisi Meira di dalam sana. Tapi melihat Ben selamat meskipun keningnya diperban, hatinya sedikit lega.

"Anaknya selamat. Cuma luka kecil tapi sudah ditangani dokter," ujar lelaki paruh baya itu, menyerahkan Ben pada Atlan.

Atlan merentangkan tangan, akan tetapi Ben malah mendekatkan tubuhnya ke Ilana. Hal itu membuat Atlan menipiskan bibir, cemburu sosial.

"Mumu ...." oceh Ben seraya menggigit jari. Bayi itu menangis sesegukan minta di gendong Ilana.

Ilana terdiam beberapa detik, menoleh ke arah Atlan sebelum akhirnya mengambil alih Ben dalam gendongannya. Benar saja. Ben berhenti menangis. Usapan keibuannya membuat Ben perlahan menutup mata, merelakan tubuh mungilnya ditimang-timang penuh rasa sayang.

Ben memang sedekat itu dengan Ilana. Gadis itu sering ke apartemen Atlan, hingga Ben hapal dengan wajah Ilana. Bahkan bayi itu memanggil Ilana dengan sebutan Mumu—sama seperti Ben memanggil Meira. Sementara Atlan membiasakan Ben memanggilnya dengan sebutan Pupu.

BENUA ATLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang