15. Melamarmu

33.4K 4K 226
                                    

Part gemoy nih guys. Yakin skippppp?????

Sebelum baca, yuk, kasih vote dulu. Tinggalin komen juga ya??? Itu asupan biar fast update!!!

 Tinggalin komen juga ya??? Itu asupan biar fast update!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

**** 

Ilana menimang-nimang cincin yang diberikan oleh Atlan tadi. Ia merebahkan diri di atas ranjang. Senyumnya mengembang, tidak menyangka Atlan bisa sweet seperti tadi selama dua puluh satu tahun mereka tumbuh bersama.

"Dia anggap gue cewek?" monolog Ilana sambil tersenyum. "Aaaaaa Atlan lamar gue!" Ilana menendang-nendang udara sembari terus menatap cincin Atlan dengan mata berbinar.

"Tapi tetap aja lo ngelamar sebagai ibu sambung Ben. Jahat banget, sih!" gerutu Ilana mengerucutkan bibir. Ia menjadikan cincin itu seolah-olah titisan Atlan yang bisa dibentak-bentak.

"Apa iya kamu serius sama aku, Kean?" Ilana terus berceloteh. Ia menarik napas panjang, meletakkan benda mungil itu ke atas nakas.

Walau lelaki itu melamarnya hanya menggunakan boxer, bagi Ilana hal itu sudah lebih dari cukup. Ia sangat bahagia. Saking bahagianya ... Ilana tidak menjawab apa-apa saat Atlan bertanya tadi. Ia lari pontang-panting dan langsung pulang detik itu juga demi menyembunyikan raut senangnya.

Tadi Ilana sudah berkonsultasi dengan Surti. Budhe-nya itu menyerahkan semua keputusan pada kedua orang tua Ilana. Apalagi ini menyangkut masa depan. Ilana paham jika pernikahan adalah hal sakral yang tidak bisa dipermainkan.

Mengakhiri kegelisahannya, Ilana mencoba menghubungi mamanya malam ini. Besok Ben sudah dibawa oleh Endah dan Sutrisno. Apapun reaksi orang tuanya, Ilana harus menyampaikannya pada Atlan.

"Iya, Nak? Kenapa telepon malam-malam?" sahut Puspita dari seberang saat panggilan mereka terhubung.

"Cuma lagi kangen sama Mama."

"Pasti ada alasan lain. Bilang cepat. Kamu mau ngomong apa, hmm?"

Ilana mengambil kembali cincin yang diberikan Atlan, lalu menatapnya dengan mata berbinar. "Ma ... Atlan ajakin Ana nikah."

"Hah? Nikah? Bercanda dia kali?" sahut Puspita tak percaya.

"Nggak, Ma. Atlan serius. Dia ngasih Ana cincin."

Puspita terdengar menghela napas panjang. Ilana meremas tangan gelisah, takut mendengar jawaban sang ibu. "Terus adek jawab apa?"

"Belum jawab ..."

"Meira gimana? Udah ada perkembangan?"

"Kata Kean, kondisi Kak Mei makin drop Ma. Apalagi besok Pakdhe sama Budhe Atlan mau bawa Ben ke Solo. Kasihan Kean sama Ben," lirih Ilana dengan wajah murungnya.

"Gini, ya, Na. Mama cuma mau bilangin. Jadi istri itu nggak gampang. Apalagi Atlan ada Ben yang sekarang mamanya terbaring di rumah sakit kayak gitu. Apa kamu yakin nerima Atlan? Yakin jadi ibu sambung untuk Ben?" suara Puspita terdengar pelan dan dalam.

BENUA ATLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang