20. Pertanyaan Tentang Rasa

31.6K 3.2K 145
                                    

Im back, Bestiiiieeee!!! absen jam berapa baca cerita ini?

Aku fast update 'kan???? Makasih untuk 113 komen di bab sebelumnya. Aku lagi ada  keperluan aja makanya pending sehari up nya. Gapapa kan yaa???? 

Masih sama. Kalau mau fast update, komennya harus 50 dulu, ya? Mweheheeh. Kalau enggak gapapa. Aku up sekali seminggu. 

Di part ini kita main serius dulu yaa? Adakalanya dalam hidup kita harus serius. Dan itu ada di part ini. Gregeeettt dijamin. Kuyyyy! 

 Kuyyyy! 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*** 

Setelah selesai mengganti seprai dengan bed cover warna biru—kesukaan Ilana, mereka berdua sama-sama merebahkan diri ke atas ranjang—dengan posisi setengah badan di atas kasur—sementara bagian lutut hingga ujung kaki menjuntai ke lantai.

Selesai juga akhirnya kerja keras mereka berbenah. Kini kamar bujangan Atlan telah disulap dengan gaya baru. Atlan sadar, di kamar ini ia tidak lagi sendirian.

"Besok kita harus masuk kuliah. Jatah udah banyak banget keambil. Kalau nggak salah di minggu pertama Kak Mei koma kita ambil full cuti seminggu. Dan lo nggak masuk di minggu kedua waktu kita berantem itu. Hati-hati, jatah libur lo kalau lewat batas nanti nggak bisa ujian."

Ilana membuka percakapan. Atlan yang tengah melipat kedua tangannya ke belakang kepala menoleh dengan dahi berkerut dalam.

"Iya juga, ya? Kalau dihitung-hitung, sejak Kak Mei koma gue yang paling sering bolos kuliah."

"Gue juga kok, Kean."

Hening sesaat. Atlan merasa bersalah karena gara-gara dirinya Ilana ikut-ikutan jadi pemalas begini.

"Maafin gue, Na. Gue ... terlalu banyak ngerepotin lo sejak dulu."

"Kalau gitu jangan ngerepotin gue lagi. Bisa?"

"Hah?" Atlan mengerjapkan mata. Tadinya ia sangka Ilana akan menjawab 'nggak repotin kok, Kean' atau sejenisnya. Tapi kenapa ....

"Hah-hoh-hah-hoh. Gini, ya, Kean! Kalau orang minta maaf, seharusnya di kemudian hari dia nggak akan lakuin kesalahan lagi. Right? Tapi mulai sekarang dan seterusnya lo akan repotin gue tiap hari. Gue jamin. Jadi buat apa minta maaf? Klise tahu nggak!"

Atlan mengangguk setuju. Ya, benar. Bahkan mereka akan saling merepotkan mulai saat ini sampai entah berapa lama. Karena ... Atlan tidak tahu pernikahan ini bertahan sampai kapan.

"Bentar lagi semester ini akan berakhir kok, Kean. Minggu depan udah ujian semester. Dan kita harus rencanain ke depannya bakal gimana. Ada Ben sekarang di hidup kita. Susah buat sekelas bareng kayak dulu." Ilana kembali bergumam.

"Iya, sih. Tapi semester tujuh jadwal kita paling cuma satu atau dua. Gue mau susun proposal penelitian biar cepat ajuin skripsi. Kita bareng, ya?" ujar Atlan, meraih sebelah tangan Ilana dan menggenggamnya erat, mengangkatnya ke udara, memperlihatkan cincin perkawinan mereka yang berkilau diterpa lampu langit-langit kamar.

BENUA ATLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang