28. Pembully-an Ilana

19K 2.4K 165
                                    

Assalamualaikum guys! Im back!!

Senang nggak Benua Atlana Up? Yang kemarin nagih mana nih??????????

Ada yang kangen sama Benua Atlana?

Spill kota asal kamu sebelum kita mulaiii!!!!!

Spill kota asal kamu sebelum kita mulaiii!!!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

"Tidur di kamar Kak Mei semalam, Na?"

Suara Atlan memecah lamunan Ilana yang tengah mengoles selai ke rotinya. Pagi ini ia bangun lebih cepat. Atau bisa dibilang, tidurnya yang kurang pulas semalaman. Beban pikiran yang menyergap benak Ilana membuat gadis itu menangis dalam diam. Belum lagi rasa ngilu di lututnya akibat jatuh kemarin.

"Iya. Udah bangun?" sapa Ilana.

"Udah."

Ilana hanya ber-oh ria sebagai jawaban. Setelahnya, Atlan duduk di kursi meja makan, mengambil roti yang telah disiapkan Ilana untuk ia masukkan ke mulutnya. Tidak ada percakapan lagi setelah itu. Hati Ilana makin teriris. Bahkan Atlan tidak bertanya alasannya pindah kamar.

"Ben ... kangen kayaknya," ujar Ilana hati-hati. Diliriknya Ben yang tadi ia dudukkan di baby walker.

"Ntar pas berangkat gue kecupin," ujar Atlan sembari menoleh ke arah telunjuk Ilana. Lelaki itu sempat melempar senyum pada Ben yang menggigit-gigit jarinya seraya berceloteh.

"Oh gitu," ujar Ilana mengangguk lemah.

"Duduk, Na. Kenapa berdiri?"

Buru-buru Ilana mengalihkan wajah. Sebisa mungkin ia berusaha menyembunyikan raut sedihnya agar tidak mengusik kenyamanan Atlan pagi ini. Sesuai titah Atlan, Ilana meraih kursi sebelah suaminya untuk ia duduki.

Atlan mengambil roti untuk ia olesi selai blueberry-kesukaan Ilana. Melihat hal itu hati Ilana sedikit menghangat. Ternyata Atlan masih mengingatnya? Ia kira lelaki itu hanya peduli pada dirinya sendiri belakangan ini.

"Nih, makan yang lahap," gumam Atlan sambil menaruh roti di piring Ilana.

Detik itu juga, air mata Ilana menetes. Gampang sekali ia terharu karena perlakuan sederhana ini. Mungkin karena sudah lama tidak diperhatikan Atlan, Ilana jadi rindu masa-masa itu.

Tak ada lagi suara. Hanya bunyi kunyahan dari mulut Atlan dan juga Ilana yang silih berganti bersahutan di udara. Sesekali Ilana menoleh pada Atlan. Sama sepertinya, wajah sang suami juga kelihatan lelah. Ilana menerka-nerka dalam diam. Apa yang terjadi pada Kean-nya di luar sana?

"Na, nanti ujiannya-eh, kenapa nangis?!"

Atlan mengerutkan dahi begitu mendapati sang istri berurai air mata. Namun yang terjadi setelahnya, Ilana buru-buru menyeka cairan bening itu, lalu tersenyum lebar pada Atlan.

BENUA ATLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang