09 - Haruskah Menikah?

32.7K 4.1K 132
                                    

Aku balik, nggak ada yang rindu ya gapapa.

Part ini asem banget. :( :(

Ayo guys, mana nih yang minta #KEANJADIPAPA? Apa cuma gue ya?

Jangan lupa vote dan komen saat baca, maaacihhh

Kean mode stresssssss!!!!

Kean mode stresssssss!!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌻🌻🌻

🌻🌻🌻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌻🌻🌻

"Bu, kenapa tadi bilang cari ibu sambung untuk Ben, toh? Wong Bapak suruh menikah yo maksudne ndak sekarang. Kenapa Ibu malah nekan Atlan?"

Sutrisno mengajak istrinya bicara di dapur dengan dalih ingin melihat isi apartemen. Terdengar tawa sinis dari bibir Endah. Wanita ber-lipstick merah merekah, dengan bedak yang sudah berdompol di pipi dan dagu itu lantas menepuk lengan suaminya keras-keras menggunakan kipas.

"Ibu ya cuma ancam wae lho, Pak. Mana mungkin si Atlan iyain." Endah kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Sutrisno. "Ini semua supaya Atlan ndak ada bantahan soal kita bawa Ben ke Solo. Dia itu cuma anak ingusan. Wong kuliah aja belum beres. Disuruh nikah ya mana mau dia. Percaya sama ibu."

Sutrisno berdecak lidah, lalu melepas blankon di atas kepalanya. "Yo tapi ndak gitu carane. Mereka biar gimana pun kerabat kita. Kita udah salah karena ndak peduli sama Meira waktu Dewita dan Bagaskara meninggal. Terus sekarang-"

"Ssst! Udah, bapak ikutin aja kata-kata Ibu. Wong ini demi kebaikan mereka juga." Endah bersikeras, membuat Sutrisno terpaksa mengalah.

Defenisi suami takut istri.

••••

"Mimpi apa gue semalam, Na? Badan gue lemes kayak habis diinjek tujuh gajah sekaligus," keluh Atlan dengan wajah frustrasi. Suaranya berat seperti menahan kantuk. Matanya memerah, bahkan terdapat cekungan di bawah pelupuknya.

BENUA ATLANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang