39

2.3K 233 182
                                    

Udah berapa lama ya?
Hehehehe

✨Jangan lupa vote dan comment✨

***

"BUGH"

"JOHNNY!!" Ten berteriak saat Johnny melayangkan tinjunya ke wajah Hendery yang langsung jatuh tersungkur di lantai.

"APA YANG KAU LAKUKAN??!!" teriak Ten kembali, ketika melihat Johnny menarik kerah baju Hendery, memaksa putra sulung mereka itu untuk bangun.

"JOHNNY!! LEPAS!!" Ten langsung menarik tangan Johnny dan berdiri di depan Hendery yang kembali jatuh lemas ke lantai dengan ujung bibir sudah berdarah.

"Minggir." Johnny menarik Ten, berusaha menyingkirkan Ten yang sejak tadi terus melindungi Hendery.

"Dia putraku. Kau tidak boleh melukai putraku." Ten terus bertahan, sama sekali tidak mau menyingkir. Johnny sangat marah saat tadi Ten dan Mama Liu memberitahu Johnny hasil dari kunjungan mereka ke rumah keluarga Xiao saat mereka masih di rumah sakit.

Johnny marah sepanjang perjalanan ke rumah, dan terpaksa Ten yang harus menyetir. Ten kira amarah Johnny sudah mulai reda saat mereka sampai rumah, tapi Johnny justru langsung melayangkan tinjunya pada Hendery yang hanya bisa pasrah dan diam.

"Ten minggirㅡ" Johnny kembali mencoba melewati Ten untuk kembali menghajar putra sulungnya.

"Johnㅡ" Ten menggelengkan kepalanya. Johnny jelas sedang sangat emosi sekarang. Johnny tidak pernah memukul dan bahkan tidak pernah mencubit kedua putra mereka tanpa alasan. Namun kali ini, sepertinya Johnny sudah kelewat marah dan kecewa pada Hendery.

"Johnny." Ten terus menghalau Johnny yang kini tangannya sudah terkepal. Siap untuk memukul Hendery lagi.

"JOHNNY SEO BERHENTI ATAU AKU PUKUL KAU!!" Teriak Ten, mulai kehilangan kesabarannya juga.

Johnny melepas kepalan tangannya dan menatap Ten dengan wajah merah padam dan air mata yang saat itu juga langsung mengalir deras. Hendery hanya bisa diam, baru kali ini ia melihat Daddynya sangat kecewa dan marah kepadanya.

Johnny menarik nafasnya dalam-dalam dan mundur dua langkah sebelum kemudian menatap Hendery yang masih saja diam, tidak bergeming.

"KAU BILANG TIDAK ADA LAGI YANG DISEMBUNYIKAN DADDY DAN PAPA?!! TAPI APA INI??!! SAMPAI KAPAN KAU MAU MENYEMBUNYIKAN DARI KAMI KALAU ITU BUKAN ANAKMU??!! SAMPAI KAPAN??!!!" Johnny berteriak keras pada Hendery, lalu mengusap wajahnya yang berlinang air mata dengan kasar. Jelas sekali kalau Johnny sangat marah dan kecewa pasa putra sulungnya sekarang.

"KAMI HANYA INGIN KAU JUJUR HEDERY!! HANYA INGIN KAU CERITA PADA KAMI AGAR KAMI BISA MEMBANTUMU!! BUKANNYA MEMBUAT KEADAAN SEMAKIN RUMIT DAN TERUS MENYEMBUNYIKAN KEBENARAN SEPERTI INI!!"

"KAU ITU EGOIS!! EGOIS SEKALI!!" Amarah Johnny semakin meledak.

Hendery bahkan tidak berani lagi menatap wajah Daddynya yang kini menendang sofa ruang tengah hingga sofa itu bergeser beberapa centimeter dari posisinya dan kemudian Johnny masuk kamar utama, membanting pintu. Meninggalkan Hendery dan Ten yang hanya bisa diam di ruang keluarga. Terkejut dengan amarah Johnny.

"Hikss... Hikss..."

Ten langsung duduk di lantai dan memeluk Hendery yang saat itu juga langsung menangis sesegukan. Ten juga baru kali ini melihat Johnny sangat marah pada anak mereka. Johnny bahkan tidak semarah ini saat Jaemin ketahuan menjalin asmara dengan Jeno dulu.

"Daddy akan tenang sebentar lagi. Nanti kita bicarakan lagi ya? Kita obati bibirmu dulu. Oke?" Bisik Ten membelai ujung bibir Hendery yang pecah dan berdarah. Pipi Hendery juga mulai kelihatan memarnya. Johnny pasti tadi memukul Hendery dengan sangat keras.

EXPECTING [NORENMIN|NOMINREN | HENXIAOYANG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang