3

3.2K 339 32
                                    

✨Jangan lupa vote dan comment✨

***

Jaemin berdiri dengan gelisah sambil terus menatap pintu kaca besar dihadapannya. Menunggu pintu itu terbuka dan seseorang yang sudah sangat ia rindukan keluar. Ujung kaki Jaemin sejak tadi ia ketuk ketukkan ke lantai, bibir bawahnya terus ia gigit. Jaemin sudah sangat tidak sabar. Ia semalam bahkan tidak bisa tidur karena menantikan hari ini.

Mata Jaemin semakin awas saat pintu kaca mulai terbuka dan orang orang dengan koper koper yang berwarna warni mulai keluar dari sana. Beberapa berlari dan memekik girang, menghampiri orang yang sudah menunggu mereka seperti Jaemin yang sekarang menunggu seseorang.

Jaemin memindai semua orang yang keluar satu persatu. Mencari sosok yang familiar untuknya. Senyum Jaemin langsung mengembang saat seseorang dengan rambut hitam dan jaket hijau mendorong koper kopernya. Meski sosok itu mengenakan topi dan masker hitam yang menutupi wajahnya, Jaemin tahu betul itu orang yang ia tunggu.

"Njuuuuuuuunnn" Jaemin berlari dan langsung memeluk sosok yang sangat ia rindukan. Renjun tertawa dan balik memeluk erat Jaemin. Sudah lama sekali ia tidak memeluk suaminya ini. Padahal saat belum menikah Jaemin selalu memeluknya setiap hari.

"Aku kangeeeen" Jaemin merenggangkan pelukannya dan menelisik wajah Renjun yang masih menggunakan masker.
Jaemin melepas masker dan topi yang menutupi sebagian wajah Renjun.

"Astaga Njuuuuuuun..." Jaemin terlihat khawatir melihat wajah lelah Renjun. Ia tidak terlalu bisa melihat dengan jelas setiap jengkal wajah suaminya saat mereka melakukan video call, namun sekarang ia dapat melihat dengan jelas wajah pucat Renjun dengan kantung mata hitam, yang menghiasi wajah suaminya.

"Kenapa sebulan tidak bertemu kau jadi seperti mayat hidup?" Tanya Jaemin sambil mengelus pipi Renjun. Biasanya Renjun memang pulang dalam keadaan lelah, namun tidak separah ini.
"Aku ingin cepat menyelesaikan pekerjaan di Beijing dan bertemu denganmu dan Jeno lagi. Jadi akhir akhir ini aku sering lembur" Renjun.

Jaemin menabok pantat Renjun dengan keras.
"Kan sudah kubilang... jangan memaksakan diri. Kalau sakit bagaimana? Tidak ada aku disana!!" Jaemin.
"Kan ada Dery hyung...." Renjun tertawa.
"Lagipula aku tidak sakit kan? Hanya lelah... setelah istirahat yang cukup dan makan masakanmu juga pasti lelahnya hilang" Renjun.

Jaemin menghela nafasnya.
"Yasudah. Ayo pulang... Nono pulang nanti sore, kita sekarang pulang dulu, aku sudah masak untukmu di rumah. Nanti makan dan langsung istirahat saja. Aku yang akan menjemput Nono nanti sore" Jaemin segera membantu suaminya membawa koper dan menarik tangan Renjun untuk segera pulang.

"Aku kangen kamarku... nanti aku tidur di kamarku dulu ya" Renjun.

***

"Na...?" Jeno masuk ke rumahnya yang sepi. Jaemin lupa menjemputnya sore ini di bandara, dan bahkan tidak mengangkat telephonenya. Jeno tahu siang ini Renjun pulang, jadi mungkin Jaemin sedang bersama Renjun dan lupa menjemput Jeno.

"Na? Njun?" Jeno memasuki rumahnya yang terlihat kosong dan bergegas ke kamar utama meletakkan koper dan menemukan kamar mereka juga kosong. Tidak ada tanda tanda keberadaan Jaemin maupun Renjun. Jeno lalu ke kamar pribadi Renjun, satu satunya tempat dimana kemungkinan kedua suaminya berada. Meski sudah menikah, Renjun masih memiliki kamar pribadinya sendiri. Jeno dan Jaemin tidak keberatan, Renjun terkadang butuh menghabiskan waktu sendirian, dan juga Renjun hanya menggunakan kamarnya sewaktu waktu untuk me time.

Rumah mereka yang sekarang tidak terlalu besar, rumah impian Jaemin. Rumah yang cukup sederhana dan tidak terlalu besar dengan 3 kamar tidur dan halaman yang luas. Jeno berfikir mungkin nantinya mereka akan butuh lebih banyak ruangan, jadi Jeno menyarankan untuk membeli rumah dengan tanah kosong yang masih cukup luas agar sewaktu waktu mereka bisa merenovasi dan menambah ruangan dengan leluasa.

EXPECTING [NORENMIN|NOMINREN | HENXIAOYANG]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora