4

5.5K 1.7K 290
                                    

Sudah hampir jam dua belas malam. Mataku tidak bisa tidur sepulang dari kantor. Malam ini udara terasa lebih panas. Ada beberapa hal yang menjadi fokusku sepanjang hari. Termasuk perjanjian bisnis untuk pembangunan apartemen di wilayah Tangerang yang mendapatkan perlawanan dari mami. Kuputuskan untuk menenangkan diri di taman belakang. Aku suka tempat ini karena sangat rimbun. Mami merawat tanaman dengan baik.

Dari tepi kolam kutatap ke kamar atas. Sepertinya perempuan bernama Athena itu sudah tidur. Terlihat dari lampu kamarnya yang padam. Entah kenapa aku suka menatapnya. Ada sesuatu yang menarik tapi tidak tahu apa. Mami membawanya kemari setelah sekian lama aku meminta agar dia mengangkat seorang asisten. Saat pertama menatapnya aku seperti melihat sosok mami saat masih muda. Cantik, lugu dan polos. Tubuhnya tinggi, kulitnya putih, serta rambut berombak. Dan yang paling menarik adalah bola matanya yang berwarna coklat bening. Cantik tanpa menyadari kecantikannya. Setiap kali kutatap selalu tertunduk entah karena malu atau takut.

Dari sekian banyak perempuan di luar sana. Tidak pernah ada satupun yang membuatku terpaku sekian lama. Perempuan seperti apa yang tidak pernah ditemui seorang Avram? Meski sebenarnya bukan tipe pria yang suka berhubungan dengan banyak wanita sekaligus, aku selalu mendapat yang terbaik. Kenapa sekarang justru pada perempuan berpenampilan sederhana? Ada apa dengannya? Dia membuatku selalu berusaha menghabiskan waktu berdiri di sini. Menatap jendela kamarnya sambil berharap dia muncul seperti dulu. Sudah sebulan aku selalu memperhatikannya dari jauh.

Tak ada pergerakan apapun di kamar itu, aku kembali masuk. Kunaiki tangga lantai dua lalu berhenti di depan kamar mami. Tapi akhirnya kuurungkan untuk mengganggu tidurnya. Pasti dia sudah siap untuk keberangkatan besok. Kami akan menghadiri pernikahan salah seorang sepupuku. Sebenarnya malas ke sana, tetapi harus. Keluarga kami tidak banyak. Papi tiga bersaudara, dan masing-masing hanya memiliki satu orang anak. Jadi sangat jarang ada pesta seperti ini.

Kumasuki kamar yang terkesan dingin. Zea sudah ada dibalik selimut dengan gaun tidur seksinya. Sayang malam ini aku tidak tertarik untuk melakukan apapun. Dua buah koper besar sudah ada di sudut. Kami akan berangkat pukul empat pagi. Aku memutuskan tidak menginap di sana karena ada beberapa pertemuan yang tidak dapat ditunda hari ini. Lagi pula apa yang akan dibicarakan nanti? Selain tentang bisnis dan aneka pesta. Aku sudah jenuh.

***

Kutatap dari balik jendela, Avram menatap kamarku tajam. Kupastikan sudah mengunci pintu rapat-rapat. Bukan sekali dua aku mendengar ada seorang pembantu yang diperkosa oleh majikannya. Aku tidak ingin itu terjadi, tapi siapa tahu? Meski kekasihnya sangat cantik tapi yang namanya kucing? Aku suka melihat Bu Zea kekasih Pak Avram saat melangkah. Kulitnya halus dan sangat percaya diri. Wajar dia mendapatkan orang kaya raya.

Sayang tingkah laku mereka menakutkan. Tak sengaja saat aku ke luar dari kamar Bu Deswita pernah melihat keduanya berciuman. Bergegas aku memasuki kamar karena malu. Ada ya, orang seperti itu? Tidak malu kalau ada orang lain melihat. Apa tidak ada tempat lain yang lebih tertutup? Aku tahu orang jaman sekarang memang lebih bebas.

Setiap kali menginap di sini mereka selalu satu kamar. Terbayang kalau Mas Zeus melakukan itu, pasti sudah dipukul pakai sapu oleh Eyang. Tapi kembali lagi, setelah sebulan di sini aku semakin menyadari perbedaan hidup kami. Bu Deswita tidak pernah marah, bahkan terkesan tidak peduli pada apa yang dilakukan anaknya. Apa mereka tidak takut dosa? Ah, rasanya pikiranku sudah terlalu jauh. Aku tidak pernah melihat mereka beribadah meski hiasan dinding bertema rohani terlihat di beberapa ruangan.

Kudengar sebuah langkah memasuki lantai dua. Berhenti di depan kamar Bu Deswita. Tapi kemudian menjauh lagi. Apa Pak Avram tidur selalu larut seperti ini? Beberapa hari terakhir dia sering berada di area kolam renang entah untuk apa. Semoga saja bukan karena aku. Kurebahkan tubuh di atas tempat tidur. Kulirik jam dinding sudah hampir jam satu pagi. Kuputuskan untuk tidak tidur. Karena jam dua pagi ini kami sudah harus berangkat menuju bandara.

MASIHKAH KAU PERCAYA CINTA ITU ADA?/Versi Lengkap Tersedia Di PLAY BOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang