8

5K 1.7K 193
                                    

Kutunggu sampai hampir tengah malam di luar kamar mami hingga akhirnya Athena kembali ke kamarnya. Kutarik tangannya dan segera menutup mulutnya yang akan berteriak. Kuputuskan bicara malam ini karena tidak ingin menunggu lebih lama lagi. Perlahan kuarahkan tubuhnya menuju ruang kerja. Di sanalah baru kulepaskan. Dia menunduk dan langsung mundur mungkin karena takut.

"Apa saja pembicaraan kamu dengan mami sebenarnya?"

"Tidak ada pak."

Dia masih berani menjawab.

"Kamu mengatakan tidak mau menjadi simpanan karena tidak halal. Lalu yang kamu lakukan sekarang apa? Berusaha tidak menggoda saya, tidak berhasil lalu mencari jalan belakang?"

"Saya tidak tahu sama sekali tentang yang bapak bicarakan. Ibu juga tidak memberitahu."

"Saya tahu perempuan seperti kamu akan menjawab seperti ini. Asal kamu tahu, yang seperti kamu ada jutaan di luar sana. Apa yang dijanjikan mami padamu?"

Dia menggeleng cepat. "Tidak ada pak."

"Ah ya, dia tidak perlu berjanji karena saham yang diwariskannya padamu sangat besar nilainya. Kalian sama-sama bodoh. Tidakkah kamu tahu bahwa saya bisa saja mengubah isi warisan itu? Atau yang paling kasar saya akan menuruti keinginan mami untuk menikahimu tapi bukan seperti impianmu. Pernikahan kita akan menjadi neraka buatmu sehingga untuk bernafaspun kamu akan kesulitan. Pilihlah sekarang."

Dia menatapku tak percaya. Bola mata bening itu terlihat takut. Sekilas tidak tega, tapi ini adalah keinginannya.

"Saya bisa saja menjadi laki-laki paling baik di depan keluargamu dan orang banyak. Tapi dibelakang mereka, saya adalah musuh terbesarmu. Sehingga setiap hari kamu harus berpikir tentang bagaimana caranya untuk menghindar."

"Tapi Bu Deswita tidak mengatakan itu."

Dia masih mencoba menghindar. Aktingnya cukup bagus.

"Memang tidak, tapi itu adalah tujuannya. Lalu untuk apa memberikan saham padamu? Kamu bukan putrinya, bukan keluarganya, bukan pebisnis. Asal kamu tahu sayalah yang paling berhak, karena saya putranya."

"Pak Avram saya tidak tahu tentang itu." Dia mulai panik.

"Jangan pura-pura tidak tahu. Berapa lama kamu merencanakannya bersama mami?"

"Tidak pernah pak."

"Mami meminta kamu untuk menikah dengan saya?"

"Pembicaraan bapak semakin kacau. Biarkan saya ke luar dari sini."

"Saya peringatkan kamu, jangan pernah masuk kedalam kehidupan pribadi saya kalau tidak mau hidupmu sengsara. Saya pernah melihat penderitaan mami, jadi saya bisa membuatmu merasakan hal yang sama atau bahkan lebih. Sekarang ke luar dari ruangan saya sebelum kamu menyesal."

Dia buru-buru ke luar. Kudengar langkahnya menjauh. Apa dia tidak tahu siapa Avram? Yang akan melakukan apa saja agar yang ditinggalkan papi tidak pernah jatuh ke tangna orang lain.

***

Aku benar-benar takut pada Pak Avram. Dia bisa berubah seperti itu. Aku bahkan seperti tidak mengenalnya. Apa dia sangat tersinggung dan marah atas keputusan Bu Deswita? Apakah benar ini tentang warisan ibu? Kalau begitu wajar dia marah padaku. Kubayangkan mungkin Mas Zeus juga akan marah jika ayah dan ibu memintanya membagi warisan denganku. Lalu harus bagaimana sekarang? Atau aku harus meminta berhenti bekerja saja? Ada apa dengan Bu Deswita sehingga memutuskan melakukan ini? Aku tidak ingin apapun darinya. Cukup gaji setiap bulan agar bisa membantu ibu dan ayah.

Kumasuki kamar sambil memastikan kalau pintu dan jendela sudah dikunci rapat. Berharap Pak Avram tidak akan melakukan perbuatan nekat lainnya. Takut kalau Bu Zea tahu, bisa habis aku nanti. Kucoba berbaring tapi tidak bisa. Hasilnya semalaman aku tidak tidur. Pagi hari kembali kujalani tugas. Menemani Bu Deswita merawat bunga-bunganya. Kami berkeliling kali ini ke kebun mawar yang terletak di area kediaman Pak Avram. Kuperhatikan bunga-bunga cantik beraneka warna satu persatu. Semua sepertinya impor karena jenisnya hampir tidak pernah kulihat sebelumnya.

MASIHKAH KAU PERCAYA CINTA ITU ADA?/Versi Lengkap Tersedia Di PLAY BOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang