10

5.3K 1.7K 167
                                    

Kumasuki ruang tengah saat pulang dari kantor. Mami sudah menunggu ternyata. Dia menatapku marah.

"Kenapa memaksa Athena untuk mengikuti keinginan kamu? Jangan mempermainkan dia yang masih polos."

Aku tersenyum. "Tidak ada yang memaksanya. Saya hanya ingin membantu Mi. Pengobatan orang tuanya butuh waktu lama dan biaya besar, apa mami akan membiayai terus menerus? Saya hanya menawarkan kesepakatan."

"Saya kembalikan uang kamu."

Aku tertawa, mami sudah sangat marah. Tapi ini memang sesuatu yang kuinginkan. Melihat matanya yang seakan ingin menelanku.

"Kenapa? Apa mami menganggapnya anak sendiri karena dia putra Dion?"

"Tutup mulut kamu."

"Seharusnya mami yang tutup mulut karena berani memasukkan anak bajingan itu ke rumah ini."

"Dia bukan bajingan dan jangan pernah mengorbankan Athena!"

"Apa karena cinta mami pada ayahnya yang tidak pernah padam sehingga harus membela seperti ini?"

"Jangan mengigau."

"Saya tidak sedang tidur. Tapi mami harus tahu bagaimana sakitnya saya selama ini."

"Bagaimana kalau kenyataannya papimu yang salah menilai sehingga banyak yang tersakiti. Athena tidak ada hubungannya dengan kebencianmu. Hentikan sebelum semua terlalu jauh."

"Tapi itu bukan alasan untuk  menyelamatkan anaknya. Sehingga mami masih bisa mencintainya. Mengeluarkannya dari panti asuhan dan meminta seseorang untuk merawatnya dengan baik. Dia bisa tumbuh dalam keluarga yang utuh dan bahagia. Tapi mami lupa bahwa ada seorang anak di dalam rumah mami dengan jarak hanya sekian meter diabaikan. Saya selalu berusaha untuk menarik perhatian mami, tapi tidak ada balasan. Mata dan senyumnya persis Dion, bukan? Dan itu membuat mami menikmati saat kalian berdekatan."

"Avram, kamu salah!"

"Saya tahu semua, termasuk kenapa lima belas persen saham itu jatuh ke tangan mami! Jadi kalau tidak mau dia semakin menderita, jangan hentikan langkah saya!"

Kutinggalkan mami dengan senyum penuh kemenangan.

***

Akhirnya ayah dan ibu dioperasi. Mas Zeus sampai tidak percaya kalau aku bisa mendapatkan uangnya. Meski sebenarnya sedikit berbohong, karena kukatakan berasal dari Bu Deswita. Tidak sekalipun kusebut nama Avram. Entahlah, rasanya ada sesuatu yang mereka sembunyikan dariku. Seperti kemarin Bu Deswita datang ke rumah sakit dengan mata bengkak kebanyakan menangis. Dia memelukku erat— terlalu erat bahkan. Seakan berusaha untuk berbagi beban. Tapi tidak ada kata yang terucap.

Selesai operasi, ayah dan ibu masih berada di ruang pemulihan. Karena tidak enak pada Bu Deswita, akhirnya kami meminta seorang keluarga menjaga eyang di rumah. Sementara saat siang aku bergantian dengan kekasih Mas Zeus. Dengan begitu aku kembali bisa bekerja. Selama itu juga aku tidak lagi melihat Pak Avram di rumah. Dari pembicaraan pelayan yang kudengar dia sedang berlibur bersama Bu Zea ke Karibia. Bagiku tidak masalah.

Dua minggu kemudian Ayah dan ibu tampak semakin pulih. Kubayangkan biaya yang harus kami keluarkan. Tapi beruntung meski tidak berada di sini Pak Avram masih mengingat janjinya. Pak Pranandalah yang selalu datang ke rumah sakit untuk membayar. Sebenarnya aku menyesali keputusan yang sudah kubuat. Tapi tidak ada jalan lain, ini bakti pada ayah dan ibu. Menjelang sore hari, kutemani Bu deswita untuk minum teh. Sikapnya akhir-akhir ini membuatku bingung. Dia seperti sedang resah dan memiliki beban. Entah apa yang dipikirkannya.

"Bagaimana kabar orang tuamu?"

"Sudah lebih baik bu."

"Syukurlah, saya ingin bertemu mereka kalau keadaan sudah memungkinkan. Kemarin waktu ke rumah sakit mereka belum sadar."

MASIHKAH KAU PERCAYA CINTA ITU ADA?/Versi Lengkap Tersedia Di PLAY BOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang