11

5.2K 1.8K 129
                                    

Hari baru, tanggal baru, bulan baru. Semangat terus buat kalian.


ukepal tangan erat saat mami mengatakan akan mengembalikan uang yang digunakan Athena untuk pengobatan orang tuanya. Dia dengan segala rasa cinta pada masa lalu pasti akan berusaha membebaskan gadis itu. Buruanku tidak boleh lepas.

"Kesepakatan itu terjadi antara saya dan Athena, ada bukti rekaman bahwa dia setuju."

"Kalau kamu ingin membalas dendam melalui dia, kamu salah orang!"

"Oh ya? Dan kalau mami mau membebaskan dia dari saya, mami juga salah orang. Saya bukan orang yang mudah menyerah."

Kutinggalkan mami di ruang kerja, bergegas menuju kamar Athena. Kuketuk pintu dan tak lama terbuka.

"Pak Avram?"

"Siapkan dirimu, minggu depan kita menikah."

Dia menatapku lama.

"Orang tuamu akan tahu belakangan. Lagi pula saat ini sampai beberapa bulan ke depan mereka tidak akan bisa menghadiri."

"Tapi pak, Ibu—"

"Mami saya tidak punya urusan apapun dengan perjanjian kita. Dan satu hal yang harus kamu ingat, saya paling tidak suka pada orang yang ingkar janji. Apalagi melibatkan orang lain untuk menghindar dari kesepakatan. Kamu pasti cukup tahu konsekuensi atas sikap setuju saat itu. Saya akan menyiapkan semua termasuk surat-suratnya. Prananda akan mengurus."

"Tidak akan ada orang yang bisa menghalangi, termasuk mami. Atau kamu mau pengobatan terhadap kedua orang tuamu terhenti? Saya akan tetap memegang janji saya membiayai pengobatan sampai mereka sembuh. Apakah kamu berani terus menerus meminta pada mami kalau perjanjian kita dibatalkan? Saya hanya mau mengingatkan, kehilangan orang tua itu sangat menyakitkan, Athena."

Sengaja kuberi tekanan pada kalimat terakhir agar dia tahu apa maksudku sebenarnya.

***

Kutatap ayah dan ibu yang masih terbaring. Kondisi mereka belum pulih sepenuhnya. Membayangkan jika kelak harus pulang dari rumah sakit dan aku berhenti bekerja. Karena di rumah tidak akan ada yang merawat dan mereka pasti sangat membutuhkan bantuan dalam menjalani kegiatan sehari-hari. Bagaimana mencari biaya? Sementara pasti masih harus kontrol ke dokter. Gaji Mas Zeus cuma lima juta sebulan. Dia juga harus membayar cicilan motor. Apa yang harus kulakukan? Tidak mungkin meminta pada Bu Deswita. Apakah Pak Avram akan menjadi satu-satunya penolong? Apakah dia akan menepati janji-janjinya? Ataukah kalimat Bu Deawita benar bahwa dia hanya akan membuatku menderita.

Aku duduk di kursi plastik dekat ibu. Kuelus punggung tangannya lalu membaringkan kepala di sampingnya. Kini benar-benar menangis.

"Pilihan apa yang harus kuambil? Aku sayang pada ayah dan ibu yang sudah membesarkanku sejak kecil. Ini adalah satu-satunya kesempatan agar bisa membalas semua kasih sayang yang pernah diberikan. Tapi aku takut bu, bagaimana kalau dia benar-benar akan menyakitiku? Tidak apa-apa sebenarnya yang penting ayah dan ibu bisa sembuh. Aku sudah biasa merasakan sakit sejak dulu. Apalagi saat diejek karena menjadi anak adopsi."

Kuhabiskan rasa sesak disamping ibu. Mau mengadu ke mana lagi? Tidak ada yang kusesali. Seandainya dulu tidak bekerja pada Bu Deswita bisa saja kedua orang tuaku mengalami ini. Dan pasti aku tidak sanggup mengobati. Apakah menikah dengan Pak Avram adalah pilihan terbaik? Tapi apa sebenarnya tujuan menikahiku? Bu Zea sangat cantik, pintar dan terkenal. Aku tidak ada apa-apanya. Kututup mata lalu berdoa karena tidak sanggup berpikir lagi.

Hari sudah menjelang malam saat Mas Zeus datang menggantikan.

"Kamu masih di sini? Ayo makan, mas bawa nasi goreng tadi." Ucapnya semangat.

MASIHKAH KAU PERCAYA CINTA ITU ADA?/Versi Lengkap Tersedia Di PLAY BOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang