6

5.3K 1.8K 96
                                    

Hari ini akhirnya mami ke kantor. Entah apa yang menyebabkan dia setuju untuk melanjutkan pembangunan apartemen yang sudah beberapa bulan terbengkalai. Perempuan berpenampilan sempurna itu sudah duduk di depanku dengan sikap anggun. Kemudian menyerahkan dokumen yang sudah ditandatanganinya.

"Terima kasih karena akhirnya mami sepakat tapi saya yakin ini tidak gratis."

Mami menatapku sambil tersenyum kecil.

"Kamu tidak pernah berubah, selalu menganggap saya sebagai musuh yang meminta imbalan. Seharusnya kamu bisa berpikir dari sisi saya."

"Karena kita akan selalu seperti itu."

"Apakah kamu tidak bisa berpikiran baik tentang saya?"

"Waktu sudah membuktikan. Jangan membuat saya mengingatkan tentang masa lalu."

"Saya sudah menebus semua kesalahan dengan tetap tinggal bersama papimu bahkan sampai dia meninggal."

"Seorang istri tempatnya memang disisi suami bukan? Rasanya saya tidak perlu mengajarkan mami tentang itu."

"Tergantung, suami yang bagaimana."

"Mami selalu menyalahkan papi. Apa sih kurangnya? Laki-laki yang baik adalah mereka yang bertanggung jawab akan rumah tangganya. Tidak membiarkan anak dan istrinya kelaparan lalu menjadikan mereka peminta-minta."

"Rumah tangga tidak sesimpel itu."

"Karena itu saya tidak akan pernah menikah."

"Bagaimana hubunganmu dengan Zea."

"Kami sepakat untuk punya anak." jawabku untuk memancing emosinya. Benar saja, wajahnya langsung berubah tak suka. Aku kini bisa tersenyum.

"Tanpa pernikahan?"

"Apa pentingnya sebuah pernikahan."

"Pernikahan adalah tentang ikatan, anakmu butuh jaminan bahwa dia akan diasuh dengan benar."

"Tidak ada hubungannya cinta dalam sebuah proses pembuatan bayi dan pola pengssuhan anak. Cinta orang dewasa bisa saja pergi dan pindah ke lain tempat kapan saja dia mau. Lalu untuk apa ada pernikahan selama Zea baik dan setia."

"Apakah tidak ada perempuan yang lebih layak untuk menjadi ibu dari anak-anakmu?"

"Siapa? Mami punya calon?"

Mami kemudian bangkit lalu berdiri dengan anggun. "Pikirkan dulu pertimbangkan dengan matang. Jangan sampai nanti kamu menyesal dan menjadikan anakmu sebagai korban berikutnya."

"Mami tidak berhak mengatur hidup saya. Hak saya untuk memilih siapa ibu dari anak-anak saya. Apa mau mengatakan kalau mami lebih baik dari Zea? Siapa yang bisa memastikan?"

"Tidak ada yang mengatur, saya tahu batasan. Hanya saja saya tidak ingin kamu salah melangkah. Meski hubungan kita buruk tapi saya tetap ibu yang ingin agar anaknya mendapat segala kebaikan. Jangan sampai anak-anakmu mengulang kehidupanmu. Kamu tahu bagaimana rasanya." jawabnya sambil melangkah ke luar. Melalui CCTV bisa kulihat Athena membimbingnya berjalan menuju lift. Seperti biasa dia meninggalkanku sebelum pembicaraan selesai. Sejak dulu memang menghindari perdebatan.

Entah apa yang ada dalam pikiran mami. Aku yakin dia tidak begitu saja membawa seorang perempuan ke dalam rumah tanpa maksud tertentu. Apakah tujuannya agar perempuan itu menggodaku? Kugelengkan kepala, dia sedikit berhasil aku memang tertarik. Tapi bukan tentang yang dia maksud untuk dijadikan istri.

"Mami kamu barusan datang?" terdengar suara Zea menghentikan lamunanku.

"Ya, kalian bertemu?"

"Beruntung kami berbeda lift. Dia bersama asistennya itu lagi, ngapain?" tanyanya sambil duduk dikursiku.

MASIHKAH KAU PERCAYA CINTA ITU ADA?/Versi Lengkap Tersedia Di PLAY BOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang