13

5.7K 1.8K 245
                                    

Minggu sore aku dan mami tiba di bandara lebih dulu. Karena kami menggunakan mobil yang berbeda dengan Avram. Lagi pula dia sudah check out sejak siang. Seperti biasa kami saling tidak tahu ke mana dan di mana. Kugenggam tangan mami erat. Wajahnya sedikit pucat mungkin karena kepikiran atau terlalu letih. Sejak acara pernikahan aku tak pernah melihatnya berbicara dengan Avram.

"Mami mau kita ke rumah sakit setelah ini?" tanyaku.

"Tidak usah Thena, sepertinya saya masih kuat."

Aku mengangguk. Avram akhirnya muncul di ruang tunggu bersama seorang pria yang tingginya tak jauh berbeda dengannya. Hanya saja kulitnya terlihat lebih putih, sepertinya orang asing.

"Aunty Dewita," sapanya ramah. Pria itu membungkuk santun. Meletakkan kening dulu baru mencium dengan bibirnya.

"Apa kabar Kemal?"

"Baik, saya kebetulan bertemu Avram di sini. Aunty terlihat pucat."

"Ya, kesehatan saya sedikit kurang baik akhir-akhir ini. Bagaimana kabar orang tuamu?"

"Mereka sehat. Sudah lama tidak ke Indonesia."

Sementara Avram hanya diam sampai kemudian pria itu melirikku.

"Ini siapa?"

"Kenalkan, Athena—"

"Asisten pribadi mami." jawab Avram tegas.

Apa dia kira aku berharap diperkenalkan sebagai istri? Maaf Avram, aku juga tidak ingin. Kuulurkan tangan, pria itu menyambut lalu menggenggam dengan erat.

"Kemal, keluarga kami bersahabat." ucapnya sopan.

"Mami teman keluarganya bermain Bridge." Avram menjelaskan.

Aku hanya tersenyum sambil mengangguk. Kami masih menunggu sambil minum hingga akhirnya mendapat perintah untuk naik pesawat.

"Berapa lama di Indonesia?" tanya mami.

"Sampai hari ini saja. Nanti saya akan langsung kembali ke Singapura, setelah itu terbang ke Dubai."

"Kalian sengaja bertemu?" tanya mami lagi.

"Tidak, kebetulan saya sudah seminggu di sini. Indonesia selalu membuat saya rindu, seolah tanah air kedua. Kemarin kami sempat bertemu di Jakarta, tapi tidak lama. Saya langsung terbang ke Bali."

"Menikahlah dengan perempuan Indonesia kalau begitu. Supaya kamu bisa kembali kemari."

"Saya harap suatu saat nanti."

Jawabnya sambil melirikku. Berbeda dengan Avram, Kemal terlihat sopan terutama saat bicara dengan orang tua. Tak lama dia pindah kursi dan bergabung bersama Avram yang sudah lebih dulu menjauh. Sebelum beranjak dia tersenyum padaku.

"Orang tuanya pernah bertugas di Indonesia. Kami berada dalam lingkaran pertemanan yang sama. Ibunya sangat cantik dan pandai memasak. Mereka empat bersaudara. Sampai saat ini dia adalah salah satu sahabat terbaik Avram. Meski mereka tinggal berjauhan, setiap kali ada waktu keduanya pasti bertemu. Kemal adalah seorang chef ternama."

Aku hanya mengangguk, mami kemudian memejamkan mata. Kutatap ke arah Avram dan pria asing itu. Sejenak mata kami bertemu lalu ia tersenyum. Namun disaat yang sama Avram menatap tajam sambil melirik kami berdua. Aku tahu dia marah, karena itu segera mengalihkan pandangan ke luar jendela. Tidak ingin terjadi keributan di sini.

Sesampai di Jakarta, Kemal kembali pamit pada mami. Dengan sopan dia juga menjabat tanganku. Baru kusadari ada tato di setiap buku jemari kirinya.

"Sampai bertemu Athena, saya akan mengabari kamu kalau berkunjung kemari."

MASIHKAH KAU PERCAYA CINTA ITU ADA?/Versi Lengkap Tersedia Di PLAY BOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang