01. Seutas Kisah Hangat

3.2K 204 4
                                    

"Nggak perlu janji. Cukup tinggal di sini."

─── ' R A N T A I ༊ ───

play ; NCT U - From Home

.

.

.


Adrian Praditya Arkatama itu, orangnya ogahan, mageran dan sibukan. Pinter sih, tapi suka mager dekat-dekat ujian. Penurut, tapi suka ogahan kalau diajakin ke luar apalagi hari Minggu. Pokoknya Adrian selalu punya alasan buat nolak sesuatu kalau memang nggak suka--tapi, ada pengecualian untuk Bunda. Adrian bahkan bisa ke luar hari Minggu jauh-jauh untuk Bunda. Sayang, Bunda tidak mengijinkan, karena Adrian belum punya SIM.

Bagi Adrian--panggil aja Rian--hal paling pas dilakukan sepulang sekolah adalah, tak lain dan tak bukan, rebahan santai di kamar dikawani nada tinggi Ariana Grande yang menari bebas bersama kawanan oksigen di kamarnya. Sebuah refreshing singkat di tengah kesibukan hari yang tak berpenghujung, dari matahari terbit di hari ini, sampai timbul lagi di hari esok. Mangkanya, Rian ini sebetulnya bukan tipe orang yang suka nunda-nunda bila sudah waktunya pulang sekolah dan sudah tidak ada lagi urusan yang perlu diselesaikan. Tapi, kali ini, ia dibuat harus menunggu terlebih dahulu.

Itu, orang yang lagi ngantre panjang hanya demi sebungkus cilok pedas manis, padahal gempuran sinar matahari sedang kuat-kuatnya menerpa dahinya yang hanya berpayungkan poni se-alis. Tangan kanannya yang lagi menggenggam selembar lima ribu Rupiah, sesekali dipakai menyeka peluh. Lalu, setelah dapat cilok itu, ia langsung berjalan menghampiri Rian dan motornya dengan penuh kebanggaan dan rasa puas.

"Maaf ya, Yan. Buat lo nggak ada. Duit gue sisa lima ribu doang soalnya," katanya, sambil menaiki motor.

"Ya."

Rian lantas membiarkannya naik ke motor, lalu menunggu sejenak sampai orang itu men-starter motornya. Tapi, ditunggu-tunggu hingga lewat setengah menit, motor ini nggak kunjung menyala.

"Udah, 'kan? Buruan." Rian mendorong orang itu untuk segera membawanya pulang.

"Tunggu bentar kek, gue lagi makan."

Rian, lagi-lagi cuma bisa menghela napas.

Ngomong-ngomong, orang itu--orang yang buat Rian menunggu--Tirta namanya. Kalau mau tahu lengkapnya, Tirta Sagara Birulangit. Kakaknya Rian, yang kalau dibandingin sama Rian, udah kayak Rian yang jadi kakak. Lagian, daripada Rian, Tirta ini lebih bocah sifatnya. Lebih bandel dan banyak gaya. Udah mau lulus SMA, tapi kelakuannya masih kayak anak kelas 7. Jahil, suka banget ganggu Rian, apalagi kalau dari awal Rian memang lagi badmood. Nggak jarang, Rian sampai ngambek dibuatnya.

Kadang-kadang, nggak cukup sekali dua kali dalam sehari, Tirta bisa buat Rian jengkel sampai sepuluh kali sehari.

Tapi ya mau bagaimanapun ... Tirta tetap seorang kakak.

"Mau?" Tawar Tirta, menyadari ekspresi Rian yang kian kecut.

"Nggak usah."

Tirta berdecak, "Nggak usah sok-sokan nolak lo. Bilang aja pingin." Tirta memberikan bungkus cilok itu, yang isinya tinggal 3 biji. "Makan tuh. Biar cepet abis."

Yasudah, karena sudah di tangan, Rian habisin aja. "Makasih," katanya.

Tepat setelahnya, baru Tirta menyalakan mesin motor lantas tancap gas dari sana.

Dari tempatnya duduk manis saat ini, Rian bisa melihat jelas ekspresi Tirta yang seolah mengungkapkan pikirannya yang sedang kalang kabut. Ya, walaupun kelihatannya muka Tirta sama aja kayak biasanya, tapi Rian seakan-akan tahu, ada yang beda dari tampang Tirta kali ini.

RANTAI • 00L NCT DREAMDove le storie prendono vita. Scoprilo ora