11. Rehat Sejenak

738 90 1
                                    

play ; Feby Putri ft. Fiersa Besari - Runtuh

.

.

.

Sore ini, adalah sore paling sibuk, di rumah ini.

Di mana kesibukan satu orang, malah jadi kesibukan yang lain pula. Mereka yang sudah sibuk, jadi makin sibuk karena mengurusi keperluan satu sama lain.

Di rumah ini, ada Bang Jehan yang tengah memilih-milih pakaian yang pas untuk dipakai bimbingan skripsi, ada Tirta yang sibuk menyiapkan berbagai keperluan untuk ospek dan ada Rian yang tak kalah sibuk siap-siap untuk berangkat les.

"Yan! Mau ke atas, 'kan!?"

"Ya!"

"Tolong ambilin jaket denim gua!"

Pokoknya ribet sekali!

Namun, di antara mereka-mereka ini, sejujurnya yang paling sibuk adalah Bunda. Jika nanti Bang Jehan sudah menemukan pakaian yang pas untuk bimbingan skripsi, saat Tirta sudah siap semua keperluan ospeknya dan kala Rian sudah siap berangkat les, maka percayalah, pasti ada campur tangan Bunda dalam usaha mereka masing-masing.

Bahkan, saat semuanya sudah siap dan mereka bertiga sudah bisa bernapas lega, Bunda masih dengan raut cemasnya, akan terus memantau kalau-kalau salah dari mereka mengalami kendala.

"Jangan lupa kabarin Bunda kalau udah sampai ya, Han ... Yan ..." peringat Bunda, saat kedua putranya itu mencium tangannya bergantian.

Keduanya mengangguk, menyanggupi.

"Jehan langsung mampir ke perpustakaan, ya, Bun," ucap Bang Jehan seraya memakai helmnya.

"Ya, boleh. Tapi pulangnya jangan kemaleman. Inget waktu," titah Bunda.

Jehan yang kini sudah tinggal satu langkah lagi untuk meninggalkan kawasan rumah, hanya menyahuti titahan Bunda dengan acungan jempol. Setelahnya, tak sampai setengah menit hingga Bang Jehan tak terlihat lagi dari gang, hanya suara mesin motor yang berdengung memantul di tiap dinding gang itu yang Bang Jehan tinggalkan. Bang Jehan benar-benar ngebut.

"Kebiasaan ngebut-ngebut," celetuk Bunda.

Tak hanya Bunda, Rian pun kaget oleh Bang Jehan. "Kalau nganter aku les nggak pernah sengebut itu," timpal Rian.

"Udah, udah. Berangkat, sana! Mau kamu dimarah Papa lagi gara-gara telat les!?" Kecam Bunda yang kemudian menyisakan cengiran khas Rian.

Tak lama, Rian pun menyusul Bang Jehan, tapi tentu tak sengebut itu, karena Rian anak Bunda dan Bunda tak pernah mengijinkan mereka untuk ngebut.

•✧ ──── ♪ ♬ ♪ ──── ✧•

"Suer, dah, siapapun yang nyiptain mie lidi rasa cokelat, semoga masuk surga."

Begitu, kira-kira bunyi batin Gantari di tiap gigitannya pada mie lidi rasa cokelat yang baru saja ia beli di depan toko alat tulis yang ia kunjungi setelah lari sorenya hari ini. Langkahnya saaaaangaaatt pelan, karena tiap detiknya, ia pakai untuk fokus dengan kenikmatan tiada tara dari mie lidi cokelat ini dari pada banyak menaruh atensi pada jalanan trotoar tempatnya berjalan.

Rambut bondol hitamnya, terempas beriringan dengan deru yang berlalu. Mengarungi ramainya jalanan ini, di waktu begini, antara sore dan malam. Sampai sini, masih belum ada yang mengusiknya, hingga tiba-tiba langkahnya terhenti, sebab mendengar samar-samar seseorang memanggil namanya.

RANTAI • 00L NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang