Bagiku, perpecahan itu sama menakutkannya seperti perpisahan. Jika perpisahan adalah ketiadaan dari eksistensi kebersamaan, maka perpecahan adalah ketiadaan dari esensi kebersamaan.
Dan sampai kapanpun, aku tak akan rela bersentuhan dengan frasa itu...
[ Ignore the typo(s). Menerima kritik dan saran dengan bahasa yang sopan. ]
Selamat membaca!
Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.
"Meow ...."
Itu adalah kata pertama yang diucapkan salah satu penghuni rumah ini, kala Jehan baru saja membuka pintu rumah. Meski Jehan tak benar-benar paham atas apa yang penghuni rumah satu ini katakan. Penghuni rumah yang dimaksud adalah, Syukur.
Omong-omong, Jehan baru tiba, kala rumah sudah dalam keadaan sunyi tanpa suara dan gulita. Satu-satunya cahaya yang ada, hanyalah berasal dari dapur. Sejauh ini hanya itu sumber cahaya yang berhasil Jehan tangkap.
Jehan sedikit menghela napas lega, karena tak ada Bunda atau Papa ataupun Bang Ran di sini, jadi tak ada yang tau kalau ia pulang larut kali ini,
atau mungkin ... tidak.
Kriett
Pintu kamar mandi terbuka perlahan, dan muncul sosok Papa dari balik pintu itu.
"Baru pulang kamu?"
"Yaiyalah."
"Tadi habis mampir ke perpustakaan, buat nyari referensi. Terus keterusan ngerjain di depan Indomaret," jelas Jehan.
Papa menghela napasnya panjang, langkahnya mengarah pada Jehan yang masih hanya berdiri pada titik yang sama, belum berpindah sejak detik pertama ia menyadari kalau ada Papa di sini.
"Boleh aja kalau kamu pulang malam sesekali, apalagi dengan alasan tugas kuliah. Tapi minimal kabari Papa atau Bunda. Bunda nge-chat kamu lho, berkali-kali, tapi nggak kamu balas."
Jehan nampak sedikit tersentak, lantas segera memeriksa handphone-nya, untuk memastikan kebenaran dari ucapan Papa.
Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.
Ia tertegun. Pesan-pesan ini tak masuk, sebab ia tak menyambungkan wi-fi Indomaret pada ponselnya, melainkan hanya pada laptopnya. Dalam sekejap ia merasa bersalah.