04. The Secret Three Magic Words

701 98 4
                                    

Tirta melepas helm full face-nya, lalu turun dari motor matic-nya dengan tas kain biru dongker yang dijinjing di tangan kanan. Untung saja, yang dikunjungi sedang tidak sibuk, jadi Tirta bisa bertemu dengannya di waktu yang tepat.

Tirta melangkah masuk ke pekarangan kost-kostan itu, pintu-pintu pada masing-masing kamar nampak tertutup rapat, kecuali satu kamar--kamar yang letaknya paling ujung itu, yang jadi tujuan Tirta ke mari.

Setelah mengucap salam dan diperbolehkan masuk, tanpa banyak basa-basi, Tirta langsung melangkah masuk.

"Kenapa, Tir? Kamu kangen sama aku, yo?" Tanya orang itu.

"Bukan, lah, Sen." Tirta menunjukkan tas kain itu, lalu mengeluarkan isinya. "Ini, gue mau minta tolong."

"Minta tolong opo?"

Segera ia menjelaskan maksud kedatangannya dan apa hubungannya dengan kamera ini. "Kamera Iyan 'kan rusak kemarin--"

"Iyan sopo?"

"Adikku, adikku."

"Ohh ... terus?"

"Lo bisa bantu benerin, nggak?"

Seno kelihatan menyorot intens kamera itu. Sementara itu, Tirta membiarkan Seno melakukan apa yang ia bisa dengan kamera itu. Tirta tidak paham, jadi lebih baik jika Tirta diam saja, mengangguk saat Seno menjelaskan dan mengulurkan Seno barang-barang yang diperlukan saat ia memintanya.

Tirta sudah siap jadi asisten Seno untuk hari ini saja, bahkan jika itu menghabiskan waktu seharian, demi kamera adiknya. Tapi, bukannya sebuah kesiapan yang pasti, Tirta justru mendengar keragu-raguan dari Seno.

"Rusak parah ini. Aku ora kendhel."

"Kendhel?"

"Berani."

Tirta mengerutkan alis, "Kenapa? Lo coba aja dulu, Sen. Siapa tau bisa."

"Aduh ... maaf, Tir. Takute sama aku rusake makin parah. Aku lagi kere, Tir, ora iso ganti rugi kalau kenapa-napa," tolak Seno dengan santun lantas mengembalikan kamera itu.

"Tapi 'kan lo anak teknik, Sen."

"Ospek aja belum."

Tirta menghela napas, benar juga. Lalu selepasnya, Tirta pun tak bisa memaksa Seno untuk membantu. Tirta juga takut Rian malah makin ngambek setelah tahu kalau kameranya malah makin rusak nanti.

"Yaudah, nggak pa-pa, Sen. Makasih, ya. Gue pamit."

Dengan kecewa, Tirta mengambil kamera itu kembali lantas memasukkannya ke dalam tas kain tadi. Ia melangkah pergi, menuju motornya.

"Seno nggak bisa benerin. Mau bawa ke tukangnya, lagi nggak ada duit, apalagi buat ganti baru?"

•✧ ──── ♪ ♬ ♪ ──── ✧•

"Habis dari mana?" Tanya Bang Ran pada Tirta yang sepagi ini sudah ke luar.

Tirta terkejut, kemudian menanyai balik Bang Ran, "Bang Ran nggak kerja?"

"Masuk siang. Kamu dari mana? Mukamu sedih banget gitu." Bang Ran bertanya lagi. Namun, Tirta malah tak menjawab. "Jangan nunggu Bang Ran nyabet kamu pake sapu lidi, Tir."

"Hah, kenapa?" Tirta tersentak. "Dih, kenapa Tirta disabet pake sapu lidi?"

Bang Ran berucap "Hadeh ....", lalu kembali pada kegiatannya, berolahraga kecil.

"Ngomong-ngomong, kamu lagi berantem ya sama Iyan?" Tanya Bang Ran, lagi. Kali ini Bang Ran berharap pertanyaannya akan dijawab.

"Nggak ..."

RANTAI • 00L NCT DREAMWhere stories live. Discover now