16. Kepergok Bang Ran

726 82 6
                                    

play ; Sheila on 7 - Film Favorit

.

.

.

Rian merapikan rambutnya, lantas memakai helmnya dan memasang pengaman helmnya dengan benar. Ia masukkan kuncinya ke dalam lubang kunci, lalu memutarnya. Ia memutar posisi motornya, lalu hendak menghidupkan mesin motornya. Namun, sekitar sedetik sebelum itu terjadi, seseorang yang ntah sejak kapan ada di balik pintu gerbang rumah ini, menahannya.

Rian membuka kaca helmnya untuk melihat lebih jelas siapa orang itu.

"Kayak kenal, tapi siapa ya?"

Oang itu terus melambaikan kecil tangannya, meminta Rian untuk mendekat. Ia tampak berbisik, seolah tak ingin ada orang lain yang menyadari kehadirannya di sini, bila ada pun, biarlah hanya Rian orangnya. Namun, Rian di sini masih sibuk mencoba mengenali orang itu, hingga akhirnya ia mengingatnya.

Dengan rencana jahilnya, Rian memilih untuk pura-pura tidak peka dengan maksud orang itu yang berlagak seolah-olah menyembunyikan kehadirannya. Dengan sengaja, Rian berteriak, "Bang Jehan! Ada yang nyari!" Sedangkan, orang itu kini malah tepuk jidat.

"Siapa!?"

"Naya!"

Setelah membeberkan identitas Naya yang semula hendak menjenguk Jehan tanpa menunjukkan dirinya pada Jehan, kini Rian berlalu begitu saja, dengan seringai kecil.

-

"Tau dari mana?"

"Nggak tau, cuma nebak."

Jehan mengerutkan alis, "Jadi kamu nebak aku kecelakaan? Dan bener? Kok bisa? Kamu doain aku?"

"Ya, nggak gitu juga kali!" Naya berdecak kesal. Ia kesal sekali, dengan Jehan juga. Nada bicara cowok itu bahkan tak ada lembut-lembutnya sama sekali. Nggak ada bersyukur-bersyukurnya, masih mau dijenguk sama Naya, di saat Naya bisa memilih untuk pura-pura nggak peduli sama Jehan. "Jangankan doain yang buruk tentang kamu. Mikirinnya aja aku udah setengah mati."

Jehan sedikit tersenyum. Kalimat itu ntah kenapa bagaikan secercah cahaya yang timbul di sela-sela lebatnya mendung yang mendominasi harinya.

"Terus ... kok bisa?" Jehan bertanya lagi.

"Aduuuhhh! Pokoknya aku nebak aja! Nggak usah nanya-nanya." Naya menjawab. Padahal, aslinya, Naya memang suka nanya keadaan Jehan sama teman Jehan. Nggak sering, tapi kebetulan aja, semalem Naya nanya dan akhirnya Naya tahu kalau Jehan kecelakaan.

"Bukan yang itu. Maksudnya, kok bisa ke sini?"

Naya tertegun sejenak, lalu "Ohh ...."

Ia meraup wajahnya, membersihkan matanya, lalu dari sana Jehan sadar, kalau cewek ini belum mandi.

"Masih belekan," celetuk Jehan pelan.

"Aku bohong sama Papa."

"Bilangnya ke mana?" Tanya Jehan.

"Ke toilet."

Sontak Jehan menghela napas. Memang, beginilah pacaran sama orang kaya. Jehan memang sedikit mampu di bidang ekonomi, tapi Naya ini jauuuuuhhhh lebih mampu dari Jehan. Kalau kalian tahu Sisca Kohl, Naya ini versi nggak selebgramnya.

"Kam--"

"Udahlah, Han. Jangan bahas itu. Aku bosen tiap ketemu kamu, selalu ditanya tentang itu." Naya berterus terang.

Jehan kemudian mengangguk, menyetujuinya, sebab kalau diingat-ingat, Jehan memang nyaris selalu menanyai pertanyaan yang sama, saat mereka menghabiskan waktu bersama atau sekadar bertemu singkat. Bukannya bagaimana, Jehan hanya ingin tahu, sejauh mana Jehan telah mengambil hati Om Jerry, yang ternyata ... masih belum ada perubahan sama sekali.

RANTAI • 00L NCT DREAMWhere stories live. Discover now