"Anak kalem kan gak pernah bikin ulah."
Aletta Florency Mahendra.
Putri kedua dari keluarga Mahendra yang melabeli dirinya dengan sebutan 'anak kalem'. Namun 'anak kalem' versi Aletta jelas berbeda.
Anak kalem mana yang sering langganan ke BK?
Kale...
Jangan lupa tinggalin jejak dengan like dan komen ya bestie. Thank You!!
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
***
Dengan setoples keripik kentang didekapannya, Aletta berjalan menghampiri kedua orang tuanya yang nampak menikmati acara yang ditayangkan oleh televisi layar datar.
"Asik banget nih diliat-liat. Nonton apa, sih?" tanya Aletta kemudian duduk di samping Yuna.
"Nonton film India. Bagus tau, kak." Jawab Yuna.
"Tumben, biasanya mami nonton drakor."
"Pengen aja, kan udah lama gak nonton film India gini."
Aletta diam tak menyaut. Gadis itu asik memakan keripik kentang yang ia bawa tadi seraya menscroll layar ponselnya.
"Kak Tta, kalo kamu nari India kaya gitu keren kali, ya." Cetus Yuna ketika film yang ia tonton tengah menayangkan adegan menari dan bernyanyi khas film India seperti biasanya.
"Hah?" Aletta mengernyit bingung kemudian mengangkat kepalanya dan melihat ke arah televisi. "Dih, paan. Enggak." Tolak Aletta setelah mengerti maksud dari sang ibu.
"Gak papa, kak. Biar kalemnya itu tersalurkan," sahut Yuna seraya menggerakkan kedua jarinya membentuk tanda kutip.
"Mami mau bikin sekte apa lagi ya Tuhan." Aletta mengerang frustasi lalu menyenderkan kepalanya di sandaran soffa.
"Skill baru, kak. Bukan sekte."
"Waktu itu disuruh belajar niup suling, sekarang tari India. Besok ape lagi?"
"Kan cuma nari india, kak, bukan niup suling."
Aletta rasanya ingin menangis sekarang. "Pi, bantu napa, pi?" ujarnya melihat Devano yang tidak mengeluarkan suara sama sekali.
"Yaudah sih, kak, ikutin aja mau mami mu. Gak ada salahnya juga nari India." Aletta melotot tidak percaya mendengar jawaban papi nya. Berbeda dengan Yuna yang bersorak gembira.
"Tuh kan, papi kamu aja udah setuju tuh."
Aletta menggaruk pipinya yang gatal. "Tapi basicnya Tta tuh di Kpop, mi, bukan India
"Dancer itu harus bisa menguasai berbagai genre, kak. Bukan cuma satu genre aja." Ujar Devano.
"Tuh, bener kata papi kamu. Terima kasih, sayang," ujar Yuna kemudian memeluk lengan Devano.
"Papi gak membantu sama sekali." Dengus Aletta.
Toples yang Aletta pegang tadi telah ia tutup dan diletakkan di atas meja. Napsu makannya tiba-tiba saja menghilang. "Ini mami kenapa random banget, sih? Tiba-tiba ngebet pengen Tta nari India."
"Mami tuh pengen liat anak mami nari India, pasti keren." Jawab Yuna tersenyum lebar, membayangkan anak kalemnya menari India.
"Mi, sekalian masukin Tta ke Paguyuban Kapak Putih dah biar sakti," kesal Aletta seraya menaikkan kakinya ke atas soffa. "Lagian yang mau ngelatih juga siapa, mi?" tanya Aletta kemudian.