Bagian 15_Kembali

1.8K 311 84
                                    

Haechan membawa buku dan batu milik Octo ketika keluar dari kamar, ia melihat Mark dan Chenle sedang bermain mainan kayu di ruang tamu.

"Bagaimana keadaan Ayah, paman?" Chenle yang menyadari kehadiran Haechan langsung menoleh padanya. Haechan tersenyum, ia melanjutkan langkahnya mendekati Chenle kemudian memberikan batu milik Octo pada Chenle. 

"Jaga baik-baik Ayahmu." ucap Haechan. 
"Ayah kemana paman? kenapa dia tidak memberikan ini padaku secara langsung?" tanya Chenle.
"Ayahmu sudah berkumpul dengan leluhurmu diatas sana." ucapan Haehan membuat Chenle terdiam, Mark menatap Haechan untuk memastikan apa yang diucapkan oleh anak itu benar atau tidak dan Haechan memberikan anggukan kecil.

"Jangan bohong paman, Ayah masih punya janji dengan Lele untuk mengajak Lele naik kapal dan menjelajah dunia!" Chenle bangkit dan berlari ke arah Haechan, memukul tubuh Haechan yang jelas tak berpengaruh apa-apa. Anak itu mulai menangis dengan tangan yang tak henti memukuli tubuh Haechan. 

"Aku yang akan mengajakmu naik kapal dan menjelajah dunia, Chenle." ucap Haechan sembari menahan kedua tangan Chenle, wajah anak itu sudah sembab karena air mata. 

"B-bagaimana dengan Ayah?" tanya Chenle, 
"Ayahmu selalu ada bersamamu Chenle." Haechan mengusap kepala Chenle,
"Ayah pernah bercerita kalau Lele punya kakak, apa itu kau, paman?" Chenle menatap Haechan dengan penasaran, dalam hati Haechan tertawa, bisa-bisanya Octo mengatakan bahwa dia adalah anaknya. Ya...walaupun Haechan juga menganggap Octo sebagai Ayah, bagaimanapun juga saat Haechan kesusahan mengendalikan kekuatannya, Octo merawatnya dan membimbingnya. Lebih ke hubungan guru dan murid sebenarnya.

"Ya, anggap saja seperti itu." jawab Haechan, ia bisa melihat Chenle sudah lebih tenang sekarang. Lantas ia menggandeng tangan Chenle dan mengajaknya keluar rumah. Mereka akan melakukan upacara penghormatan untuk Octo sebelum kembali ke kapal. 

"Kau yakin membawa anak ini?" pertanyaan Mark membuat Haechan mendengus,
"Aku tidak membunuhmu karena membawa manusia ke dalam kapalku, sekarang aku sendiri yang membawa anak ini ke kapal kau ingin menentang?" tanya Haechan.

"Tidak Haechan, bukan begitu." Mark mengusap bahu Haechan dengan lembut.
"Baiklah kalau itu keputusanmu, aku mendukungnya." lanjut Mark.

Untuk melakukan penghormatan pada Octo, mereka harus membeli bunga dan juga beberapa buah dan makanan kecil sebagai persembahan sebelum pergi ke lembah Nefora, tempat orang-orang di kota Temblin melakukan upacara persembahan bagi mereka yang meninggal tanpa dikebumikan, tubuhnya tidak ditemukan atau meninggal dalam perang. 

Lokasi lembah Nefora lumayan jauh dari tempat tinggal Octo, tapi searah dengan pasar dan toko tempat mereka akan membeli persembahan. 

"Penjagaan disini ketat sekali." ucap Mark saat melihat banyak prajurit yang berlalu lalang dengan persenjataan lengkap.
"Banyak kota dan negara lain ingin belajar disini atau paling tidak menculik kepala prajurit untuk mendapatkan rahasia militer kota Temblin, makanya penjagaan disini diperketat untuk berjaga-jaga ada penyusup." Haechan menjelaskan dan Mark menganggukkan kepala mengerti. Ia belum banyak belajar, tak seperti Haechan yang sudah berpengalaman sampa beratus tahun. 

"Fakta menariknya adalah, sebenarnya Temblin adalah kota yang paling dihindari oleh semua orang dulu." ucap Haechan.

"Benarkah? kenapa?" Mark bertanya, ia membukakan pintu untuk Haechan dan Chenle agar masuk ke dalam toko bunga. 

"Berikan aku bunga persembahan dan satu ikat bunga daisy." ucap Haechan, 
"Baik Tuan, silahkan ditunggu." ucap si pelayan. 

"Karena Temblin dipimpin oleh raja psikopat yang menjual wanita, memperbudak wanita, dan anak anak dijadikan sebagai pesuruh. Semua orang berbondong-bondong untuk pergi dari Temblin." Haechan menatap bunga lilly yang terpajang didekat jendela. 

SHANKA (Markhyuck) ENDWhere stories live. Discover now