Bagian 16_Keramaian

2K 308 147
                                    

Haechan keluar dari kamarnya bersama dengan Mark, tangan kanannya menyeret anak kecil yang seenak hati masuk ke dalam kamarnya. 
"Bagaimana kau bisa masuk ke dalam kapalku?" tanya Haechan tanpa basa-basi, hal itu membuat anak itu ketakutan. 

Lantas Mark menarik mundur Haechan, "Biar aku saja." ujarnya. Mendengar itu Haechan mendengus namun tidak juga membantah. 

"Jisung!" suara seruan itu asalnya dari belakang Mark dan Haechan, terlihat sosok Chenle yang berlari menghampiri pemuda yang lebih tinggi darinya dan dia panggil dengan Jisung. Anak yang masuk ke dalam kamar Haechan tadi.

"Kau mengenalnya?" tanya Haechan sembari menatap Chenle, anak itu mengangguk cepat. Ia masih memeluk Jisung yang terlihat masih shock. 

"Dia temanku Kak, huhu....kemana saja kau beberapa hari ini Jisung?" Chenle melepas pelukannya kemudian menatap Jisung, 

"Aku pergi dengan Ayahku, lalu saat dalam perjalanan pulang aku melihat ada kapal yang masuk ke dalam gua. Lalu saat aku masuk ke dalam gua juga, aku menemukan kapal ini. Saat tidak menemukan orang disini aku malah tertidur di kamar tadi. Dan bersembunyi saat mendengar orang datang." Jisung menjelaskan bagaimana kejadian dia bisa berada di kapal ini. 

"Lalu apa yang kau lakukan disini Le?" Jisung kini menuntut penjelasan dari Chenle, tapi belum juga Chenle menjawab, Haechan sudah memotong.

"Baiklah, akan ku kembalikan kau ke rumahmu." ucap Haechan. 
"Tidak! jangannn!" Chenle berdiri di depan Jisung dengan kedua tangan yang merentang, menghalangi Haechan untuk membawa Jisung. 

Haechan menaikkan sebelah alisnya, "Chenle, orang tua Jisung akan mencarinya." ucap Haechan. Mendengar itu Chenle terdiam, tapi dia juga tidak mau Jisung dibawa pergi, dia ingin mempunyai teman juga. 

"Ayah tidak akan mencariku." ucap Jisung. 
"Bagaimana kau bisa yakin dengan itu anak kecil?" Haechan membalas, dia siap mendengarkan alasan sebelum memberikan keputusan. 

"Ayahku tidak akan peduli, dia lebih peduli dengan pacar barunya." mendengar alasan itu sedikit membuat Haechan iba, ingat, hanya sedikit. 

Cih, sialan. Perasaan dan jiwa kemanusiaan Haechan dipermainkan disini.
"Kuharap ini terakhir kalinya aku menerima orang di kapalku." ucap Haechan.

"Sako!" sedetik setelah Haechan memanggil Sako, makhluk itu muncul di sebelah Haechan. Mereka kemudian berjalan menuju ke dek depan dan berbaring seperti biasa di depan kemudi. 

"Makan malam sudah siap?" tanya Mark pada Jaemin, 

"Sebentar lagi, Renjun menyelesaikan semuanya." Jaemin menjawab, setelahnya Mark kembali ke kemudi lagi untuk memperhatikan apa yang sedang dilakukan oleh Haechan dan anak itu ternyata hanya berbaring dengan Sako yang menjadi bantalnya. 

Mark mengarahkan kemudi ke pulau yang akan mereka tuju, "Kau marah?" tanya Mark. 
"Aku terbiasa hidup sendiri, Mark." ucap Haechan. 

"Lalu kenapa kau menerimaku dan Jeno waktu itu?" tanya Mark.
"Kupikir mempunyai satu dua orang mengobrol tidak buruk." jawab Haechan.

"Kenapa tidak kau lakukan sejak dulu?" tanya Mark.
"Manusia akan mati Mark, sedangkan aku tidak, aku hanya berdiri melihat semua orang mati dan berperang, sampai tidak sadar jika hidup mereka hanya sesingkat itu." jawaban Haechan membuat Mark merenung sejenak. 

Ia jadi terpikir, bagaimana ketika dia mati nanti, apa Haechan juga akan hadir di pemakamannya dan ikut menangisinya?

"Mark, hidup abadi bukanlah sebuah keistimewaan yang bisa dibanggakan. Aku melihat banyak orang yang ku kenal mati." Haechan melanjutkan ucapannya, kemudian terdengar helaan nafas. 

SHANKA (Markhyuck) ENDWhere stories live. Discover now