BAB 05 . Kakak masih disini Zia

25 5 0
                                    

Saat jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Kenzo mulai perlahan membuka matanya dn menggerakkan tangan. Ia mendapati Zia sedang tertidur pulas di sampingnya. Kenzo tau kini ia sedang berada dimana. Kenzo hanya bisa pasrah dengan hal ini, walaupun sejujurnya dirinya sudah lelah dengan infus yang sering tertancap di punggung tangannya.

Kenzo dengan perlahan mencoba untuk mengelus lembut kepala Zia agar Zia tak terbangun. Kenzo tersenyum tipis saat melihat adik nya yang tengah tertidur pulas tersebut.

"Cantik" gumam Kenzo lirih.

Kenzo terdiam, saat adik nya tiba-tiba terbangun, ia tetap tak ingin memindahkan tangannya dari tangan Zia. Zia terbangun dan melihat Kenzo yang sudah bangun dengan tatapannya yang terlihat sangat tulus.

"Kakak? Kakak gimana? Udah terasa mendingan pusingnya? Atau masih pusing?" Tanya Zia yang langsung bangun.

Kenzo tersenyum saat Zia menanyakan hal itu. "Alhamdulillah, udah mendingan. Zia gausah khawatir sama kakak" Jawab Kenzo.

"Kakak kenapa bisa ada di gudang sih? Kakak nyari apa di gudang?"

Kenzo terdiam, ia menghela nafas sejenak lalu menjawab pertanyaan Zia. "Kakak di gudang, cari foto pernikahan mama sama papa dulu. Katanya kan kamu kangen sama mereka, jadi kakak coba cari di gudang, soalnya dulu papa taruh di situ"

Zia terbungkam dengan jawaban Kenzo. Kepala nya yang pada saat itu terasa sangat pusing, masih sempat-sempatnya untuk mencari sebuah foto yang bahkan bisa Zia cari sendiri.

"Kak, Zia cuma ngomong kangen doang, bukan berarti Zia mau lihat foto mereka pas lagi bareng"

"Kakak juga mau kamu lihat mama, kamu dari lahir gak pernah ngeliat mama, pernah ngeliat tapi itu foto mama sebelum nikah sama papa. Jadi kakak mau kasih tau kamu foto mama sama papa pas udah nikah"

Zia lagi-lagi hanya bisa terdiam, tak bisa menyangka apa yang di lakukan oleh kakak nya sangat membahayakan kesehatan sendiri. Namun demi dirinya Kenzo rela mencari foto yang sudah lama di taruh di gudang tersebut hingga kepala nya pusing

"Dek, kakak besok pulang boleh kan? Kakak gak mau disini lama-lama, Kakak benci ruangan ini" Ucap Kenzo.

Zia bingung harus menjawab apa, karena kata dokter yang merawat Kenzo. Kenzo besok masih belum di perbolehkan pulang.

"Dek?"

"Ah, maaf ka. Nanti aku coba tanya dokter deh ya" Kenzo pun tersenyum tipis, saat Zia menjawab pertanyaannya tersebut.

"Makasih Zia"

"Makasih buat apa?"

"Udah jaga kakak, kakak engga bisa nyangka kalau kakak punya Adek sebaik Zia. Kakak selalu berpikir karena penyakit kakak, Zia jadi benci kakak, tapi pikiran negatif kakak itu salah, semua engga yang kayak kakak bayangkan"

"Kak... Please..."

"I'm Sorry, kakak gak bisa berhenti buat ngucapin makasih ke kamu yang sudah sayang sama kakak, kakak harap kalau kakak udah engga ada, ada cowok yang bisa menyayangi kamu dari lubuk hati terdalam dirinya seperti kakak menyayangi kamu, Zia"

===

Pagi pun tiba, Zia Kini tidak berangkat sekolah karena untuk, sebelumnya Zia sudah izin kepada gurunya untuk tidak masuk terlebih dahulu untuk hari ini.

Rasanya hari ini sangat hening bagi Zia, karena yang biasanya dia di siang bolong seperti ini bercanda dengan teman-teman nya namun hari ini tidak seperti biasanya.

Kenzo yang menyadari adik nya merasa bosan pun mengajak Zia untuk pergi ke taman yang sudah di sediakan oleh rumah sakit. Kenzo turun dari ranjangnya lalu duduk di kursi roda yang sudah di ambilkan Zia sebelumnya.

Zia mendorong kursi roda nya tersebut menuju keluar ruangannya menuju ke lift untuk pergi ke lantai 1. Sedari tadi keadaan di antara Zia dan Kenzo sedikit canggung karena keadaannya yang hening.

Sesaat sesampainya mereka berdua sampai di taman Zia mencari tempat yang teduh agar terasa sangat panas. Zia mendorong kursi roda Kenzo menuju tempat yang mereka ingin duduki. Yaitu di bawah pohon yang rindang dengan suasana yang terasa sejuk.

Zia memarkirkan kursi roda yang di duduki Kenzo di samping diri nya duduk. Awal nya suasana lagi-lagi terasa sedikit canggung namun perlahan Kenzo membuka obrolan di antara mereka berdua.

"Zia"

"Iya?"

"Habis kamu lulus kita pulang ke rumah om Tirta aja ya? Kamu bisa tetep lanjut kuliah disana. Mau gimanapun keadaannya kamu harus tetep bisa kuliah, masa depan kamu penting karena kalau kakak udah engga sama kamu lagi kamu bisa kerja buat memenuhi kebutuhan hidup kamu"

"Aku gak mau kak, aku masih nyaman sama rumah mama. Zia juga gak ada pikiran buat kuliah disana, karena Zia mau kuliah disini aja, biar sekalian jagain kakak"

"Biaya masuk kuliah engga murah dek, kakak ada niatan buat jual rumah mama buat biaya kuliah kamu"

"Engga, jangan kak. Cuma rumah yang jadi kenangan bagi Zia. Mending Zia kerja sampingan aja setelah selesai sekolah buat biaya kuliah Adek, atau engga Adek engga kuliah dulu"

"Kakak jangan kerja dulu, mending Zia aja yang kerja. Biar kakak engga kecapekan" lanjut Zia

===

Gabriel pov

Gabriel kini tengah duduk di bangku kantin seorang diri sembari menunggu Zia, walaupun sebenarnya Zia hari ini tidak masuk sekolah. Gabriel memerhatikan satu-persatu murid yang masuk ke dalam kantin, untuk mencari sosok Zia.

Bukan kenapa-kenapa namun Gabriel hanya ingin mengetahui keberadaan gadis cantik yang ia suka tersebut. Bagaimana sih rasanya seseorang di saat ada orang yang ia suka nya tak suka, pasti akan bertanya-tanya bukan tentang keberadaan nya? Mungkin sebagian dari kalian ada yang seperti itu namun ada yang tidak.

"Lo nyari siapa sih, gab?"

"Zia kali, Riel kan mulai suka sama Zia"

"Anjayyy"

Gabriel hanya diam, sembari mendengarkan obrolan teman-teman nya tanpa mengeluarkan sepatah kata.

"Zia hari ini gak masuk kah?" Ucap Gabriel dalam benak nya yang merasa sedikit sedih karena ke tidak hadirkan Zia ke sekolah.

"Lo kalau nyari Zia mending sekalian tanya ke temen sekelas nya, dia masuk apa kagak"

"Temen nya siapa? Gue gak terlalu kenal temen sekelas dia anjir" Tanya Gabriel kepada Reza

"Gania, atau gak Haura. Kadang sama mereka berdua sering di ajak makan bareng biar Zia gak sendiri mulu" Jawab Yuda yang menjawab pertanyaan Gabriel.

"Ohh, temen sekelas nya Gania sama Haura, kalau mereka mah gue tau. Ya gue kan gak tau temen deket dia siapa"

Reza hanya berdecak, sambil memutar bola mata nya malas. "Kumat lagi kan otak lo" Ujar Reza

"Ya maaf"

Kebahagiaan Arzia // Jake Enhypen [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang