BAB 08 . Buku Catatan

15 4 0
                                    

Pulang sekolah pun tiba, Gabriel cepat-cepat pulang karena janjian bersama Zia. Ia tak mau Zia jadi menunggu di luar untuk menunggu Gabriel pulang dari sekolah. Pada awalnya sebenarnya Gabriel di ajak nongkrong tepat sehabis pulang ini namun Gabriel menolak karena ada urusan yang ia ceritakan tadi pagi kepada teman-temannya. 

Untungnya saat Gabriel sampai di rumah nya, masih belum ada Zia. Jadi ia masih bisa ganti baju lalu istirahat sebentar. Setelah Gabriel melakukan itu semua, tak lama Zia datang. Ia menaiki sepeda kesayangan nya. Ia memencet bel rumah Gabriel, lalu tak lama Gabriel membuka pintu putih dengan hiasan pohon Natal kecil yang di tempelkan di pintu nya.

"Eh zia, bentar zi. Aku ambil dulu buku nya!" Setelah Gabriel menyadari bahwa yang datang adalah Zia, ia langsung cepat lari ke kamar nya untuk mengambil buku catatan yang ia susun di kamar nya.

Gabriel keluar kembali dengan sudah membawa buku catatan nya menghampiri Zia yang sedari tadi berdiri di teras menunggu Gabriel. "Ini" Gabriel menyerahkan buku catatannya yang berwarna hitam dengan gambar astronot yang tengah terbang di luar angkasa. 

"Thank you, Gabi. Insya Allah, hari Senin aku kembalikan!" Ujar Zia. 

"Oh ya sorry, boleh minta kontak nya engga? Biar enak kalau mau ngobrol" Gabriel sedikit terkekeh kecil, ia tau ini terasa aneh dan sedikit mengganggu kenyamanan Zia juga, tapi dari pada jika Gabriel meminta nya dari teman, akan terasa lebih mengganggu privasi Zia.

"Boleh-boleh!" Zia pelan-pelan menyebutkan satu-persatu angka nomor kontak nya agar tidak terjadi kesalahan. Setelah urusannya bersama Gabriel selesai, Zia pun izin pamit untuk pulang 

"Sekali lagi makasih ya, Gabi!!" Seru Zia dengan senyuman manis nya hingga hampir menghilangkan mata nya yang cantik tersebut. Ia melambaikan tangan nya, lalu setelah itu pergi semakin menjauh meninggalkan Gabriel di rumah nya sendiri. 

###

Malam pun tiba. Selesai Zia melaksanakan sholat isya ia segera pergi ke kamar nya untuk mulai belajar, dan kembali menyalin catatan dari buku Gabriel agar nanti Senin bisa langsung ia kembalikan kepada Gabriel. 

Di saat Zia membuka buku catatan milik Gabriel tanpa sengaja Zia menjatuhkan sebuah kertas kecil dari dalam buku Gabriel. Ia pun segera mengambilnya, ia membaca isi dari note tersebut yang berisikan 

To : Zizi (Zia)
Hai, semangat ya nyalin nya, wkwk. Kalau ada yang gak paham tanya ke aku aja, nanti aku jawab. Jangan sungkan-sungkan yaa kalau mau nanya. - Gabii

Zia terkekeh kecil membaca isi dari note kecil tersebut, ia pun menempelkan nya ke tembok nya yang penuh dengan tempelan note harian nya, dari teman nya dan lain sebagainya. Zia merasa sayang jika ingin melepaskan nya. 

Saat jam menunjukkan pukul 11 malam, tiba-tiba Kenzo membuka kecil pintu kamar adik nya tersebut. Ia melihat adiknya yang tengah sibuk menenulis di meja belajar nya sembari mendengarkan lagu melalui earphone nya. 

Kenzo tersenyum kecil, lalu masuk menghampiri adik nya tersebut. "Baa!!" Kenzo dengan sengaja mengejuti Zia dari belakang. "ALLAHUAKBAR! ASTAGFIRULLAH!! KAKK!!" Kenzo hanya tertawa renyah melihat respon adik nya. Zia bergumam kesal, seraya menatap kakak nya sinis. 

"Gausah gitu lain kali bisa gak sih?!" Gerutu Zia yang masih sebal dengan kakak nya. 

"Iya-iya, maaf deh. Lagian ngapain belum tidur? Besok juga libur, nanti gak bisa bangun buat sholat tahajud loh" Ucap Kenzo sambil melihat-lihat apa yang Zia tulis, hingga ia masih belum tidur sampai semalam ini. 

"Zia lagi nyatet rangkuman yang nanti adek kembaliin lagi buku nya Insya Allah hari Senin. Lagian Kakak juga ngapain belum tidur?" 

"Gatau, kakak lagi banyak pikiran jadi susah mau tidur, makanya kakak ke kamar kamu" 

Zia terdiam sebentar, sambil mengerutkan keningnya. "Banyak pikiran gimana? Kenapa gak cerita ke adek? Biasanya kakak sering banget cerita ke aku" Zia sangat bertanya-tanya akan hal ini, sangat jarang sekali kakak nya berperilaku seperti ini, makanya mungkin karena ini kakak nya sering melamun. 

"Kakak beberapa waktu lalu di chat papa, kata nya kita di ajak ketemuan dimana gitu, tapi kakak belum jawab 'bisa', karena kakak belum tanya kamu bisa apa engga, karena waktu nya pun juga belum pas, makanya kakak diemin terus" 

"Terus?"

"Terus papa tadi ngechat kakak lagi kayak gini, 'gimana, Ken? Bisa apa engga, sebenarnya engga penting banget, cuma papa mau ketemu kalian, papa rindu kalian berdua'. Pesan itu cuma kakak baca gak kakak tanggapin dulu, karena kakak belum tau jawaban kamu gimana" 

"Gak. Tolak aja, Aku udah muak ketemu papa" Jawab Zia dengan ketus. Dari dulu setelah papa  nya menikah, bahkan Zia dan Kenzo tidak si undang, hanya di beri kabar jika papa nya sudah memiliki keluarga yang baru. Itu membuat Zia sangat kesal dengan ayah nya sendiri. 

Zia selalu di beri tau seperti 'Ayah mu cinta pertama mu, Zia'. Namun Zia tak memperdulikan omongan itu, bagi dia cinta pertama nya adalah kakak nya. Yang selalu ada di sisi nya. Cinta pertama kalau mereka tidak di sisi kita selalu, tidak bertanggung jawab atas kita nama nya bukan cinta pertama, kata Zia

Bagi Zia, mau setua apapun orang tersebut, kalau papa nya yang salah terlebih dahulu, ia yang harus nya meminta maaf terlebih dahulu karena perilaku nya sendiri yang sangat membuat Zia marah, dan benci dengan papa nya sendiri. 

"Zi? Kamu masih marah sama papa?"

"JELAS! Dan seharusnya papa kalau mau ketemu itu minta maaf biar gak malu"

"Zia, gak boleh gitu!"

"Apa?! Zia udah benci papa! Papa bajingan! Papa aja tega ninggalin kita pas kita butuh kasih sayang dia! Dia tega ngelepas kita sama nenek, dan sama sekali gak pernah jenguk kita! Sedangkan kakak gak tega ngasih imbas yang masih belum setara sama apa kita alami selama ini karena papa?! Kakak boleh baik ke orang! Tapi kakak juga tau diri ada kala nya kakak buat marah dan benci ke orang!"

"Adek lupa ya pesan nenek? Mau sejahat-jahat nya orang itu kita harus bisa maafin mereka. Apa lagi papa, papa itu papa kandung kita dek. Papa cinta pertama kamu, bukan kakak" 

"Papa jahat! Pokoknya papa jahat! Papa bajingan! Stop! Jangan bahas papa!" 

Kenzo diam, seperti apa yang di perintah oleh Zia. Zia menghela nafas menenangkan amarah nya, menenangkan pikiran nya yang seketika jenuh. Zia kesal, sangat kesal, hanya karena kakak nya sedari tadi menyebut nama ayah nya itu sudah sangat membuat Zia kesal, apa lagi jika ia di ajak untuk pergi menemui wajah bajingan dari ayah nya tersebut.

Kebahagiaan Arzia // Jake Enhypen [ Complete ]Where stories live. Discover now