BAB 17 . Rencana

10 4 0
                                    

Malam pun tiba. Kini jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Zia masih sibuk belajar di meja belajarnya. Sementara kakak nya sedang ingin bersiap-siap untuk tidur. Kenzo berusaha untuk memejamkan mata nya agar bisa terlelap dalam tidur nya, namun hal itu selalu gagal.

Sembari belajar ia mendengarkan musik yang ia putar dari handphone nya. Tak berselang lama Gabriel memberi pesan kepadanya. Tanpa pikir panjang pun Zia segera membalas pesan tersebut.

Besok Gabriel mengajak nya untuk berangkat bersama. Sebelumnya Zia menolak tapi Gabriel memaksa nya dan pada akhirnya Zia hanya bisa pasrah akan paksaan Gabriel kepadanya.

Tak lama tiba-tiba Kenzo masuk ke kamar Zia. Zia yang menyadari itu pun langsung menengok ke belakang. "Kakak? Kok belum tidur?" Tanya Zia

"Kakak kangen bunda, Zi. Kakak mau ketemu bunda, kakak mau nyusul bun-"

"Kak cukup. Aku juga kangen bunda. Kita sama-sama rindu sama bunda, tapi jangan sampai mau berniat nyusul bunda ya kak? Kakak dulu janji sama Zia kalau engga akan ngomong gitu lagi. Zia sayang kakak. Zia sayang bunda. Zia sayang kalian berdua, tapi bunda pergi ninggalin kita demi kebaikan kita. Kakak jangan ikut ya? Zia gak tau harus tinggal sama siapa lagi selain sama kakak"

"Kakak udah capek Zia. Kakak udah capek di suntikkin terus, kakak udah capek ke rumah sakit, kakak udah capek sama semua nya. Kakak disini berasa engga hidup Zia. Kakak capek, kakak muak"

Zia menggeleng. "Kakak, kakak kuat. Ayo, Zia yakin penyakit kakak pasti hilang, kakak pasti bisa sembuh"

"Jangan ngeharapin kehidupan kakak, Zia. Kamu harus bisa cari kebahagian mu yang lain selain kakak. Kakak engga bisa di dunia terlalu lama lagi"

===

"Kak, Zia berangkat sekolah dulu yaa, assalamualaikum"

"Sama siapa?"

"Gabriel kak"

"Yaudah, hati-hati Zia, Waalaikumsalam"

Zia pun segera berlari ke teras untuk menghampiri Gabriel yang sudah menunggu nya di dalam mobil. Ia memasang sepatu nya lalu masuk ke dalam mobil Gabriel. Setelah Zia naik, baru Gabriel kembali melajukan mobil nya keluar dari perumahan tempat tinggal Zia

Setelah menempuh perjalanan beberapa menit akhirnya mereka berdua sampai di parkiran sekolah nya. Gabriel memarkirkan mobil nya di parkiran dekat lift naik ke koridor kelas.

"Kamu turun duluan aja" perintah Gabriel. Zia pun mengangguk, lalu membuka pintu mobil Gabriel untuk keluar masuk ke kelas nya lebih dahulu.

"Eh Zizi. Nanti pulang tunggu aku di taman ya kayak biasa nya" ucap Gabriel sebelum Zia menutup pintu mobil nya. Zia mengangguk lagi, dengan senyum yang terukir di wajah nya.

"Aku duluan yaa, dadahh"

Gabriel tersenyum tipis. Lalu Zia pun berjalan pergi meninggalkan Gabriel yang masih berada di mobil nya. Zia masuk sudah di sambut oleh Alandra dan teman-teman nya hang tengah duduk di lobby sekolah nya. Zia tersenyum lalu sedikit menunduk menyapa mereka semua.

"Oh jadi itu cewe yang lagi lo deketin"

"Kemarin lo ngajak dia telat kan? habis itu ke ruang bapak lo. Ngapain kagak sama Aurel? Atau Rachel, lebih cakep itu dari pada tuh cewe"

"Mulut lo dijaga ya asu!"

"Loh? Kok lo jadi kayak gitu? Lo suka sama dia? Najis banget. Culun aja di sukain"

Plakk

"Urusan gue suka sama dia atau engga juga bukan urusan lo! Perasaan juga perasaan gue! Hidup lo Gausah belibet kayak tali rafia. Lo juga gak punya hak ngurusin perasaan gue. Gue tinggal dulu"

"Idih Baperan amat lo"

Alandra tak menggubris omongan teman nya ia justru hanya diam. Tangan nya mengepal sangat ingin menonjok wajah temannya yang sangat membuatnya sangat marah dengan ucapan teman-teman nya.

Alandra pergi ke kelas Zia. Ya seperti yang Pak Dio bilang, dia di usir oleh guru nya karena perbuatan nya. Bukan di usir sih, tapi di hukum ke kelas yang guru nya lebih galak, tegas, dan menyeramkan dari pada Pak Dio.

"Sorry ya Zia" ucap Alandra tiba-tiba sesaat dirinya sampai di kelas nya

"Hah? Sorry kenapa?" Tanya Zia yang kebingungan dengan ucapan Alandra

"Soal tadi di lobby. Temen-temen gue memang setengah gak waras makanya mereka ngomong gitu"

"Ah itu, gak papa. Aku juga engga ngerasa apa-apa"

"Makasih. Btw nanti lo pulang bareng siapa?"

"Gabriel"

"Gabriel Denandra maksud lo?" Tanya Alandra yang memastikan karena nama Gabriel di sekolah nya tak hanya satu namun ada 2 tetapi dengan panggilan yang berbeda. Gabriel Denandra memiliki nama panggilan Gabriel sedangkan Cristian Gabriel Malvin memiliki nama panggilan Malvin. Zia mengangguk menjawab pertanyaan Alandra.

===

"Arzia, lo mau ke kantin bareng engga?" Tanya Haura yang sudah bersiap-siap untuk pergi ke kantin bersama Ghania.

Zia menggeleng. "Kalian duluan aja, makasih buat tawaran nya" jawab Zia dengan nada nya yang selalu lembut.

"Yaudah kalau gitu, kita duluan ya Zia. Dadahh!!"

"Dadahh!" Zia melambaikan tangan nya sebentar lalu menurunkan nya kembali. Tak lama dari situ Gabriel datang menghampiri nya yang masih sibuk dengan tugas nya.

"Eh? Gabi, ngapain kesini?" Tanya Zia

"Gak papa. Aku mau nemenin kamu. Tadi aku ke kantin beli nasgor ke sukaan kamu. Aku yakin pasti kalau udah mepet jam masuk pasti kamu gak akan ke kantin" jawab Gabriel sembari membukakan Nasi goreng yang ia belikan untuk Zia.

"Makasih, Gabi"

"Sama-sama. Makan dulu gih, biar nanti bisa fokus"

Zia pu memakan Nasi goreng yang tadi sudah di bukakan sekalian oleh Gabriel. Mereka makan bersama di kelas, Alandra yang saat itu ingin masuk ke kelas untuk mengobrol dengan Zia memilih untuk mundur dan membiarkan gadis itu yang asik mengobrol dengan Gabriel.

"Gabi aku mau cerita boleh?"

"Tentu nya, boleh. Cerita aja"

Zia terdiam sebentar untuk memikirkan mau di mulai dari mana cerita nya. "Aku bingung, Gab. Kakak aku mau ngajak aku ke balik ke kampung. Tapi aku nggak tau harus sama siapa, bahkan aku punya uang buat beli tiket bus aja juga engga ada. Tapi kakak aku juga akhir-akhir ini sering drop, sering bolak balik rumah sakit karena sering drop itu, dia minum obat juga udah engga teratur, bahkan makan pun juga. Kakak aku pasti lagi ada banyak pikiran, tapi setiap aku deketin dan aku ajak mengobrol soal apa yang menghambat pikiran nya dia selalu bilang 'kakak baik-baik aja Zia' aku bingung. Tapi kemari malam kakak ke kamar, dia cerita ke aku cuma sedikit. Dia ngomong ke aku kalau dia mau ngajak aku balik ke Kediri. Kakak ngomong ke aku tujuan dia ke Kediri karena mau ke makam mama. Dia rindu mama, sebenarnya aku juga. Tapi aku cuma bisa mendem itu semua. Aku nggak tau harus berbuat apa Gab, aku bingung"

"Kediri itu dekat banget sama kampung aku juga. Aku tau. Gimana kalau kamu sama kakak kamu pergi sama aku? Aku nggak keberatan. Aku juga mau lihat makam mama kamu"

"Kapan sih mau kesana? Nanti aku ngomong ke mama aku juga"

"Masih belum tau soalnya kakak aku baru kemarin malam kakak aku ngomong. Besok aku kasih tau. Kalau kakak aku mau"

"Yaudah. Ayo lanjut makan! Bentar lagi bel"

Kebahagiaan Arzia // Jake Enhypen [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang