BAB 13 . Hoodie & Topi

11 4 0
                                    

Pulang sekolah tiba, dan hujan sudah mulai reda. Zia keluar dari rooftop, iya. Dia bolos sedari tadi, menunggu hujan reda di bawah seng tua tersebut. Ia segera pulang untuk menemui kakak nya, menceritakan seluruh rasa gelisah nya kepada kakak laki-laki nya.

Zia berlari menuju kelas nya untuk mengambil tas nya. Di samping tas nya masih ada Alandra yang terduduk sembari menulis. Entah menulis apa, Alandra menatap mata Zia yang memerah. Ia mencegat Zia.

"Lo habis dari mana? Di cari Bu Indah" Tanya Alandra menatap Zia tajam. Zia menggeleng dengan menundukkan kepala nya.

"Mata lo merah. Lo habis nangis dimana? Rooftop? Soalnya sebelum hujan gue disitu dan denger suara orang masuk tapi gue gak peduli"

"Pakai topi gue. Biar gak kelihatan habis nangis. Terserah lo kembaliin kapan" lanjut Alandra yang lalu memasangkan topi milik nya ke kepala Zia.

"Makasih" lirih Zia.

"Iya gak papa, gak masalah. Hati-hati, Arzia" balas Alandra yang ia akhiri dengan senyuman tipis nya. Alandra jarang tersenyum kepada orang lain, namun baru kali ini ia mengukir senyum kepada Zia.

"Aku duluan ya. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

===

Di warung Bu Ria. Zia melepaskan Topi yang ia kenakan. "Bu Ria, maaf ganggu. Ibu kenal sama Alandra engga?" Tanya Zia secara tiba-tiba.

"Kenal dong, dia sering nongkrong di sini. Kenapa Zia?" Jawab Bu Ria sembari menata minuman ke kulkas.

"Aku nitip boleh engga Bu? Nitip topi dia hehe. Nitip kata makasih juga ya Bu" ucap Zia

"Oke-oke siap Nduk. Hati-hati ya Zia pulang nya" balas Bu Ria.

"Siap Bu, aku pulang ya Bu. Assalamualaikum" pamit Zia yang menyalami Bu Ria sebelum pergi meninggalkan warung nya.

"Waalaikumsalam"

Zia menghampiri sepeda nya lalu menaiki. Di rasa siap, gadis tersebut mulai mengayuh nya meninggalkan area sekolah dan juga warung milik Bu Ria. 20 menit kemudian Zia sudah sampai di depan rumah nya, ia membuka gerbang rumah nya. Lalu memarkirkan sepeda nya di dalam halaman rumah nya.

Ia membuka sepatu nya, setelah itu membuka pintu rumah nya berlari menghampiri kakak nya. Zia sangat merindukan kakak nya. Sangat amat merindukan nya. Zia memeluk tubuh jangkung Kenzo, yang membuat bingung dengan adik perempuan nya tersebut.

"Loh Zia? Kenapa?" Tanya Kenzo. Zia menangis di dalam kedapan kakak nya.

"Zia takut" jawab adik kecil nya tersebut.

"Takut kenapa? Ada apa?" Tanya Kenzo yang tak paham maksud Adik nya. Zia menelan ludah nya kasar. Lalu mulai menceritakan segala hal yang ia lewati di sekolah hari ini.

"Sttt, gak papa Zia... Gak papa. Zia Gausah nangis. Cara Zia udah bener kok, ngehadepin temen kamu itu" Ucap Kenzo yang berusaha menenangkan adik nya tersebut.

"Zia takut jadi Deja Vu buat Zia kak" balas Zia.

Kenzo terdiam sementara. Ia menatap wajah Zia. Netra mereka saling bertemu hingga pada akhir nya Kenzo berkata. "Lihat kakak. Selagi ada kakak, ada papa, ada om Tirta, ada Allah, ada orang yang sayang kamu, semua nya akan baik-baik aja. Trust me, Zia"

Zia mengangguk, ia paham akan apa yang di katakan Kenzo. Gadis itu kembali memeluk tubuh kakak nya. Pelukannya di balas oleh Kenzo dengan hangat. Rasa nya sangat nyaman di saat Zia menceritakan semua nya ke Kenzo, ke kakak nya. Jika tidak ke kakak nya ke bunda nya jika tidak ke bunda nya, ya ke Tuhan nya.

Kedapan hangat Kenzo membuat Zia merasa nyaman dan tenang. Memeluk satu sama lain rasa nya seperti melindungi mereka berdua. Zia melindungi Kenzo dan Kenzo melindungi Zia. Itu yang mereka rasakan. Kata nenek mereka, mereka harus saling melindungi, menyayangi, dan saling mendukung pendapat satu sama lain walaupun mungkin tidak sama

Namun bagaimana cara nya, seorang saudara harus tetap saling merangkul, memeluk. Jika ingin melupakan nya pun juga tak mungkin, saudara akan tetap selama nya saudara, mereka akan terus menjadi satu darah dan satu daging. Dan ingat hanya seorang saudara yang pasti akan menjadi pendukung kita secara langsung di saat orang-orang membenci mu

Sejahil-jahil nya Zia kepada kakak nya. Dan sejahil-jahil nya Kenzo kepada Adik perempuan nya. Di situ rasa sayang mereka tersalurkan secara tidak langsung. Dan mereka yakin, saudara adalah rumah ketiga bagi mereka setelah Tuhan mereka, Dan bunda mereka.

===

Sore hari tiba. Zia kini sudah berpakaian rapih, dan juga Kenzo. Mereka ingin pergi ke taman kota untuk menyegarkan pikiran mereka sembari mengobrol ringan. Entah ini sangat tiba-tiba mereka ingin ke taman kota, padahal sebelum nya mereka tidak ada niatan untuk pergi-pergi

"Ayo kak!!" Teriak Zia di depan pintu kamar kakak nya.

"Sabarr!!!" Balas Kenzo yang masih sibuk memakai baju nya.

Sesaat sudah siap, Kenzo keluar dari kamar nya, saat Zia melihat pakaian Kenzo ia tertawa sangat kencang karena style nya yang begitu random tidak jelas. Kenzo sontak terlihat bingung dengan Zia yang tertawa melihat nya.

"Baju nya kalau kekecilan ya ganti lah kakkkk" ucap Zia yang masih tak bisa berhenti tertawa.

"Memang kekecilan?" Tanya Kenzo.

"BANGET!! ITU PUSER NYA HAMPIR KELIHATAN. HAHAHAHAH!!!!" Jawab Zia yang menunjuk bagian perut Kenzo. Kenzo menunduk lalu melihat nya, dan ternyata benar. Ia langsung segera berlari ke kamar untuk berganti pakaian.

Zia masih tertawa membayangkan style kakak nya yang tak jelas tersebut. "Heh Zia stop, nanti kesambet!!!!" Teriak Kenzo

"Iyaa!!"

Setelah semua nya siap, Mereka pun segera keluar dari rumah nya. Kenzo bertugas mengunci pintu dan Zia bertugas untuk mengeluarkan sepeda nya. Kini Kenzo yang membonceng Zia dan nanti pulang berganti, Zia yang membonceng Kenzo.

"Ayo naikk!" Seru kakak nya tersebut. Di saat Zia merasa sudah siap, Kenzo pun mulai mengayuh sepeda kesayangan adik perempuan nya itu.

Mereka benar-benar merasa menikmati waktu bersama berdua dengan penuh keceriaan dan senyuman yang terukir di wajah mereka. Seakan-akan dunia mereka baik-baik saja, walaupun nyata nya tidak sepenuh nya baik-baik saja. Canda tawa mereka membuat orang-orang yakin bahwa mereka baik-baik saja

Sesampainya mereka di taman kota, dua saudara tersebut turun dari sepeda nya. Kenzo mengunci sepeda nya ke sebuah besi agar tak di curi. Setelah dari situ, mereka mencari tempat duduk yang nyaman lalu duduk di situ. Depan mereka terdapat kolam ikan Koi yang bersih.

"Ikan-ikan nya lucu" Ujar Zia dengan tersenyum tipis.

"Zia, kakak mau ngomong sama Zia boleh? Ini berkaitan sama papa" Kenzo menanyakan hal itu sedikit ragu, karena Zia seperti nya sampai kini masih membenci ayah kandung nya tersebut.

"Boleh aja" jawab Zia.

Kenzo tersenyum kecil. "Kamu kapan mau nerima papa lagi, Zia?" Tanya Kenzo. Zia terdiam, entah mengapa rasa nya Zia masih marah kepada papa nya, namun di sisi lain, ia juga merindukan papa nya.

"Mungkin sekarang mulai aku coba buat nerima papa lagi" jawab Zia sembari menatapi langit cantik yang berwarna jingga tersebut.

"Papa kangen kamu Zia. Uang yang beberapa waktu lalu yang kakak kasih ke kamu, itu uang dari papa. Bukan dari om Tirta. Maaf kakak bohong sama kamu"

"Papa juga kata nya mau menafkahi kita lagi walaupun beliau punya keluarga baru" lanjut Kenzo. Zia hanya terdiam menyimak omongan Kakak nya, ia tak tahu harus berbuat apa.

"Hari Sabtu aku mau ketemu papa bisa nggak, kak?" Tanya Zia.

Kebahagiaan Arzia // Jake Enhypen [ Complete ]Where stories live. Discover now