BAB 23 . Kepergian nya...

27 4 0
                                    

Kini Zia dan Gabriel tengah bersiap-siap kembali untuk ke rumah sakit. Mereka sudah kenyang sehabis makan cukup banyak porsi. Bagaimana tidak nasi yang mereka dapatkan cukup banyak. 

"Sini rambut nya di kuncir dulu habis itu pakai kupluk nya biar rambutnya engga kelihatan banget" Gabriel mengambil kunci dan Zia yang melingkar di tangan nya. Ia menyuruh Gadis itu membelakangi nya, agar lebih mudah untuk menguncir rambut Zia yang panjang.

"Lihat aku sebentar" perintah Gabriel yang langsung di turuti oleh Zia.

Gabriel mengambil beberapa helai rambut rambut Zia lalu membiarkan helai rambut itu tak ikut terkuncir. "Pretty" Lirih Gabriel yang masih fokus dengan rambut Zia. Setelah selesai merapihkan helai rambut Zia. Gabriel memasangkan kupluk dari hoodie yang di pakai Zia ke kepala nya.

"Biar engga kelihatan banget. Ayo balik" ajak Gabriel yang lalu bangkit dari kursi, ia pergi membayar terlebih dahulu. Di susul oleh Zia yang ikut berdiri menunggu Gabriel di luar.

Setelah selesai diri nya membayar pesanan nya laki-laki itu pun bergegas keluar menyusul gadis pujaan nya yang sudah menunggu nya. Gabriel menggandeng tangan Zia untuk kembali menyeberang.

"Mau beli camilan dulu engga?" Tawar Gabriel. Zia menggelengkan kepala nya, akhirnya mereka melanjutkan langkah nya untuk pergi ke rumah sakit

"Gabi, kok aku takut ya"

"Takut kenapa?"

"Sama omongan nya kak Kenzo. Aku takut"

"Di saat kita kehilangan orang tersayang, itu tanda nya Tuhan lagi menguji ke ikhlasan kita karena kepergian nya. Semua butuh waktu untuk mengikhlaskan nya. Bagaikan air laut yang menabrak bebatuan di pinggir pantai. Air sebagai takdir dan batu sebagai kita. Kita di tabrak oleh takdir, tapi kalau kita bisa melewati cobaan itu berarti kita hebat. Dan kamu jangan takut dengan diri mu ke depannya setelah kepergian seseorang yang kamu sayang, sikap baik mu yang pernah kamu terapkan ke orang lain dapat membantu mu, dan sikap baik mu akan selalu di kenang oleh orang lain yang merasakan kebaikan kamu. Mereka akan membalas kebaikan mu dengan cara nya masing-masing"

Zia terbungkam dengan balasan Gabriel. "Kamu juga jangan takut. Aku ada disini, yang mungkin nanti bisa menggantikan posisi kakak kamu" lanjut Gabriel yang membelai rambut Zia.

"Udah ah, ayo ke ruangan. Kasihan kak Kenzo nunggu" ujar Kenzo yang lalu mengajak Zia sedikit berlari.

Sesampainya mereka di depan ruangan inap Kenzo, mereka sedikit terbingung dengan keberadaan sandal-sandal yang pasti nya bukan milik mereka yang berada sedikit berantakan di depan ruang inap Kenzo. Namun mereka pikir itu adalah teman-teman Kenzo saat Gabriel membuka pintu tangan nya masih menggenggam tangan Zia. Mereka langsung mendapati teman-teman nya ramai-ramai berkumpul didalam.

"Ehhhhh, akhirnya kalian berdua sampe" ujar Ziel.

"Tangan nya hayo tangan nya... apakah sudah jadi official" celetuk Samuel yang menyadari Gabriel masih menggenggam tangan Zia.

"Aduh offical nih" ucap lainnya yang ikut memanas-manaskan suasana. Kenzo hanya tersenyum menatap Zia dan Gabriel secara bergantian

"Lucu banget sih kalian" ujar Haura.

"Kagak. Kita tadi habis nyebrang jadi biar engga ketinggalan Zia nya, jadi gue gandeng"

"Ngeles mulu lo bisa nya"

"Anjir"

Gabriel menatap Zia sekilas. Lalu menghembuskan nafasnya perlahan. "Oke. Kalau memang beneran jadian kenapa?" Ucap Gabriel

"Ya traktiran lah!"

Kenzo dan Zia hanya diam menyimak perbincangan Gabriel dengan teman-teman nya, hingga mereka semua membahas soal keberadaan Alandra yang tiba-tiba menghilang bagaikan telah di telan bumi.

Kebahagiaan Arzia // Jake Enhypen [ Complete ]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें