BAB 20 . Kerinduan

9 4 0
                                    

Kini jam menunjukkan pukul 5 pagi. Zia masih molor di kasur, sedangkan Kenzo sudah pulang dari masjid. Kenzo menyuruh Gabriel untuk mandi, sedangkan diri nya pergi untuk membangunkan adik nya yang masih molor tersebut untuk bangun dari kasur agar tak telat melaksanakan sholat subuh

"Zia, bangun hey. Kamu kemarin tidur jam berapa masih molor jam segini"

"Iya kak, 5 menit lagi"

"Halah, 5 menit terus. Nanti jadi nya jam 8. Ayo ah bangun gak suka kakak" ucap Kenzo yang menarik kedua tangan Zia yang membuat adik nya tersebut terbangun dari tidur nya menjadi duduk.

"Ayo bangun, dari pada kamu kakak siram air dingin"

"Ihhh!!"

"Makanya ayo bangun"

"Iya ini udah bangun tuh, aku melek kan. Misi ah aku mau ke kamar mandi" ucap dia yang mendorong Kakak nya ke samping agar tak menghalangi nya turun dari kasur

Kenzo hanya geleng-geleng kepala dengan sikap adik nya yang benar-benar random. "Kamu salah arah Zia" ucap Kenzo yang melihat Zia malah belok ke kanan bukan ke kiri yang seharusnya menuju kamar mandi

"Oh iya, lupa" Zia pun berjalan kembali ke arah kiri untuk pergi ke kamar mandi yang pasti, lalu wudhu untuk sholat subuh. 

Sesaat ia ingin menyalakan air kran tiba-tiba saja ada sebuah kecoa yang berukuran sedang keluar dari plafon kamar mandi. Zia dengan refleks berteriak, membuat kakak nya dan Gabriel yang tengah mandi di kamar sebelah terbingung sekaligus khawatir dengan diri nya

"ZIA, KENAPA?!"

"KECOAAAA!!!" Rengek Zia yang menunjuk posisi kecoa tersebut. 

Kenzo menghela nafas pelan untuk meredakan emosi nya. "Kakak kira apa, Zia. Sini ah minggir. Bikin khawatir aja!" Ucap Kenzo yang langsung mengambil kecoa tersebut dengan sekantong kresek bekas untuk melepaskan nya kembali di luar rumah. 

"Iiii, jijik" ujar Zia

"Udah sana Cepet wudhu. Gara-gara kamu kebanyakan drama sih makanya ada kecoa" Ucap Kenzo yang lalu berjalan pergi meninggalkan Zia sendiri. Zia hanya menggeliat geli setelahnya. 

Dahulu Kenzo sering melihat kakek nya mengambil seekor kecoa dengan cara yang ia lakukan tadi, jadi Kenzo yang di saat dulu masih kecil, ia ikut mencoba cara kakek nya dan sampai sekarang masih ia terapkan. Zia yang merasa jijik dengan kecoa hanya bisa melihat kakak nya melakukan hal tersebut.

===

Alandra kini memilih untuk tak masuk sekolah, ia memilih berada di rumah mama nya untuk mengistirahatkan mental nya yang ia rasa sedang tak baik-baik saja. Alandra merasa lelah, tapi bukan lelah karena fisik. Ia selalu ingin marah, tapi tak tahu harus marah ke siapa.

"Lo tumben banget di rumah mama" ucap Heliza yang ikut duduk di ujung kasur Alandra.

"Gue males di rumah papa. Gue kangen lo sama mama" jawab Alandra

"Tumben banget lo. Pasti ada mau nya"

"Idih pagi-pagi usah Suudzon aja lo" Cetus Alandra. Heliza hanya menyengir lirih.

"Lo kata nya kan kangen sama gue, gak mau nganterin gue gitu ke sekolah? Lumayan tau duit nya gue tabung"

"Gak, gue males. Udah sana lo sekolah! Telat gue sukurin"

"Kurang ajar, Yaudah gue berangkat ya. Dadah abang ku tersayang"

Alandra kembali melamun menatap depan nya dengan pikiran kosong. Ia tak tahu harus bagaimana, ia bingung harus mengungkapkan perasaan nya saat ini bagaimana ke mama nya. Pikiran nya campur aduk saat ini. Bahkan semalam ia Insomnia. Ia tidur di atas jam 1, yaitu jam 4. Lalu tidur di saat ia sudah melakukan sholat subuh, dan terbangun lagi jam 7 pagi.

Jadwal istirahat nya sangat berantakan akhir-akhir ini entah apa yang ia pikirkan hingga membuat nya seperti bahkan diri nya juga tak tahu. Perasaan dan pikiran nya bertarung hebat seperti sedang memperebutkan medali emas.

Namun tiba-tiba mama nya datang membawa kan teh hangat untuk nya. Mama nya selalu ingat dan hafal, jika Alandra ke rumah nya pasti Alandra sedang tak baik-baik saja. Pasti ada suatu masalah yang membuat anak laki-laki nya tersebut selalu murung.

"Mas kenapa sih, kok kelihatan gak bersemangat gitu. Nih mama bawain teh hangat buat kamu" ucap sang Mama yang ikut duduk di samping Alandra

"Makasih ma"

"Ayo cerita ke mama, kamu kenapa, kamu jarang banget kayak gini. Ada masalah apa?"

"Mas masih bingung jelasin perasan aku ma"

"Yakinnn" goda sang mama dengan sengaja

"Beneran maaa, nanti kalau mas udah ngerasa pas, nanti mas juga ceritakan ke mama"

"Yaudah kalau gitu, mama ke cafe ya"

"Iyaa ma, hati-hati"

Mama nya pun pergi kembali meninggalkan nya setelah mengajak nya mengobrol singkat. Alandra merebahkan badan nya ke kasur. Tubuh nya terbaring di kasur, ia menatap langit-langit kamar nya.

Alandra bergumam, masih dengan mata nya yang menatap langit-langit kamar nya. Laki-laki itu tiba-tiba saja berpikir dengan keadaan Zia. Bahkan kakak nya tidak menghubungi nya atau memberi nya pesan akhir-akhir ini setelah Zia keluar kota bersama Gabriel. Perasaan nya tiba-tiba saja gelisah. Ia ingin menanyakan kabar Zia tapi ia merasa sungkan untuk menanyakan nya kepada kakak nya.

"Zi, gue kangen lo" gumam nya yang tanpa diri nya sadari.

===

Sekarang Zia, Kenzo dan Gabriel tengah berdiri di samping makam mama nya. Air mata Zia membendung di kelopak mata nya. Perasaannya tiba-tiba sesak. Kenzo hanya berdiri membaca nama sang mama yang terukir di nisan nya dengan senyuman pedih nya. Gabriel hanya diam, tangan merangkul Zia untuk menenangkan gadis itu.

Gabriel tahu Zia pasti sangat merindukan mama nya yang sudah tiada sejak lama. Tangan Gabriel menepuk pelan punggung Zia. Sementara itu Kenzo berjongkok di ikuti oleh Zia dan Gabriel. Tangan Zia mulai mengusap nisan yang tertulis nama mama nya.

"Aku gak bisa mah" ucap Zia dalam benaknya.

"Mah, nanti kakak ikut tidur di samping mama ya?"

"Tante hebat. Anak-anak tante hebat. Makasih ya tan, udah berusaha melahirkan sosok gadis cantik ke dunia ini. Aku izin mencintainya ya, tante" Ucap Gabriel dalam benaknya.

Suasana sangat hening. Mereka saling terdiam dan mengucap sesuatu ungkapan yang ingin mereka sampaikan lewat benak mereka masing-masing tanpa mengucapkan nya secara langsung. Tak lama mereka bertiga saling tatap

"Mama, maaf ya kakak sama Zia baru bisa kesini. Udah lama banget mama ninggalin kita berdua. Zia sama kakak kangen mama. Kangen banget sama mama" ucap Zia sembari mengusap nisan mama nya.

"Banyak hal yang kita lewati bersama tanpa mama, dan kita bisa ma. Kakak berhasil ngebimbing Zia, kakak berhasil ngebuat Zia bisa ngebanggain nama keluarga kecil kita ke sekolah, kakak berhasil ngebuat Zia jadi apa yang mama mau. Kakak hebat ma"

"Mereka hebat, tan" ucap Gabriel dengan nada nya yang lirih. Kenzo dan Zia pun seketika tersenyum mendengar ucapan Gabriel yang walaupun terdengar lirih tetapi tetap terdengar. 

Kebahagiaan Arzia // Jake Enhypen [ Complete ]Where stories live. Discover now