BAB 15 . Hujan

13 4 0
                                    

"Assalamualaikum, Bu" ucap Alandra sembari mendudukkan diri nya ke kursi yang terdapat di warung Bu Ria

"Waalaikumsala. Eh Alandra. Pesen nggak, le"

"Pesen kayak biasa ya Bu"

"Siap le"

Sehabis itu Alandra kembali fokus kembali dengan Ponsel canggih nya tersebut. Ia memakai EarPods nya namun hanya satu sisi. Di sisi kanan. Karena jika ada yang memanggil nya jadi tidak terdengar jika ia pasang di kedua telinga nya 

Hingga pandangan Alandra beralih pada sepeda yang berwarna krem di dekat pintu warung Bu Ria. Ia berpikir sebentar itu sepeda milik siapa. Sebelum bertanya kepada Bu Ria soal sepeda tersebut Bu Ria yang tengah membuatkannya Teh Hangat pesanan nya.

"Ini le." Ucap Bu Ria

"Makasih Bu. Ngomong-ngomong itu sepeda di luar punya siapa?" Tanya Alandra yang mengamati sisi demi sisi dari sepeda itu.

"Itu sepeda nya, Arzia. Dia sering nitip disini" jawab Bu Ria. Alandra hanya mengangguk paham. Selama ia sering nongkrong disini Alandra baru kali ini melihat sepeda Arzia terparkir di depan warung Bu Ria.

"Ngomong-ngomong Arzia dimana ya? Kok tumben belum pulang dia" tanya Bu Ria. Arzia biasanya sehabis bel sekolah ia langsung pulang.

"Dia tadi terakhir Alandra lihat lagi di taman sekolah, mau ketemu sama temen nya" jawab Alandra.

"Ohh, begitu ya"

"Tadi ibu dapet info dari salah satu murid yang kesini. Kata nya tadi ada ibu nya Aurel buat kegaduhan ya?" Ucap Bu Ria yang menghampiri Alandra lalu duduk di samping laki-laki itu.

Bu Ria hampir mengenali semua murid di sekolah Alandra. Semua nya di kenalkan oleh Alandra. Bahkan anak baru juga ia kenalkan kepada Bu Ria, adek kelas nya saja juga ia kenalkan. Alandra hampir mengenal semua murid di sekolah milik ayah nya.

"Haha, biasalah Bu. Tante Wina gimana kelakuan nya, hampir 11/12 sama anak nya" balas Alandra sembari meneguk teh hangat nya

"Kata saya, ibu nya keterlaluan sih" ujar Bu Ria dengan lirih.

"Banget Bu. Arzia aja di katian sama tante Wina miskin lah, kurang ajar, bodoh. Padahal justru yang bodoh itu anak nya bukan Arzia"

===

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 7 malam. Dan kini Zia tengah berada di minimarket untuk membeli camilan ringan yang akan ia makan bersama kakak nya.

Di luar udara nya lebih segar di banding ia hanya berada di rumah saja. Zia pergi ke minimarket jalan kaki, tidak menaiki sepeda nya. Lagi pula, Jarak rumah nya dan minimarket yang ia tuju tak terlalu jauh

Gadis itu mencari beberapa camilan kesukaan nya dan camilan kesukaan kakak nya. Ia hanya membeli camilan tanpa membeli sebuah soda dan lain sebagainya. Zia ingin membeli sebuah sosis yang sudah bisa di makan langsung namun terdapat di rak paling atas, membuat nya sedikit kesusahan untuk mengambil nya.

Namun tiba-tiba ada seorang laki-laki dari belakang nya yang ikut mengambil sosis siap makan tersebut. Zia menghadapkan diri nya menatap laki-laki tersebut, dan ternyata ia adalah Alandra Harsa.

"Alandra?"

"Pendek. Gitu aja gak sampai" ujar Alandra sementara tangan nya menyodorkan sosis yang ingin Zia ambil sebelumnya.

"Diem kamu!" Balas Zia yang tak terima di ejek pendek. Tangan nya sedikit mencubit pinggang Alandra.

"Ini mau gak"

"Mau dong, hehe. Makasih ya, Alan" balas Zia yang menerima sosis yang di ambilkan oleh Alandra. Zia ingin langsung pergi begitu saja, namun tiba-tiba tangan nya di tarik oleh Alandra

"Di luar hujan nya lumayan deras. Lo yakin mau pulang langsung?" Tanya Alandra dengan tatapan nya yang terlihat tajam karena bentuk mata nya yang sipit.

Zia mengangguk. "Kakak aku pasti nunggu" jawab Zia

"Dan kalau aku neduh dulu, aku takut kakak aku jadi khawatir. Aku gak mau buat kakak khawatir cuma karena aku" lanjut nya.

Alandra berdecak. "Bareng gua. Rumah lo di Cluster Arana kan?" Tanya Alandra. Zia sedikit menganggukkan kepala nya.

"Kebetulan rumah gue juga disana. Bareng gue ya? Gue bawa payung. Kakak lo pasti bakal lebih khawatir kalau lo hujan-hujanan" lanjut Alandra. Zia hanya diam tak berkata apapun, bahkan ia juga tak mengangguk ajakan Alandra.

Tangan nya seketika di tarik oleh Alandra menuju kasir untuk membayar belanjaan nya. Zia masih diam, membiarkan Alandra menarik tangan nya tersebut. Setelah keluar dari minimarket mereka meneduh sebentar sembari menunggu Alandra untuk membuka payung nya.

Alandra melepas resleting jaket hitam polos nya yang terlihat sedikit tebal. Memasukkan badan Zia yang pasti nya terasa sedikit kedinginan karena suhu di malam itu cukup dingin dan di tambah dengan hujan yang cukup deras ini.

"Biar lo anget. Ayo jalan" Alandra melangkahkan kaki nya pergi meninggalkan minimarket, di ikuti oleh Zia. Alandra terkena air hujan cukup banyak, hampir membuatnya basah kuyup karena hampir seluruh payung itu sengaja ia berikan kepada Zia lebih banyak ruang agar gadis tersebut tidak terkena basah akibat air hujan.

Diantara mereka hanya ada keheningan. Hanya terdengar suara rintisan hujan yang terdengar sangat menggelegar. Satu persatu air tersebut turun dari atas membasahi aspal, dan tanah-tanah yang mereka hujani begitu saja. Dan suara petir yang kadang menggelegar menimbulkan rasa ketakutan Zia akan sebuah suara petir tersebut. Namun terkadang Alandra yang menyadari kegelisahan Zia saat petir menggelegar ia diam-diam menutup telinga gadis tersebut dengan kedua tangan nya.

"Gak apa-apa, sebentar lagi sampai kok" Ucap Alandra di setiap saat ia menenangkan kegelisahan gadis cantik itu.

Sesampainya mereka berdua di rumah Zia. Zia mengajak Alandra untuk menunggu hujan reda di rumah nya. Dan ternyata kakak nya dan Alandra sudah saling mengenal dan terlihat sudah cukup akrab. Padahal kelihatannya Zia tak pernah melihat kakak nya berinteraksi dengan Alandra namun entah jika di saat berada di luar rumah. Mungkin bisa saja Kenzo berinteraksi dengan Alandra.

Mereka mengobrol selayaknya teman seumuran padahal umur mereka berbeda beberapa tahun. Mungkin karena mereka sudah dekat maka cara mengobrol mereka benar-benar santai seperti orang biasa. Tak terlalu kaku ataupun canggung.

"Gimana penyakit lo bang? Udah mulai baikkan?" Tanya Alandra sembari mengaduk-aduk teh hangat yang Zia buatkan sebelum ia meneguk nya.

"Gimana ya, kemarin terakhir kontrol sama aja, gak ada update baru" jawab Kenzo

"Semangat terus ya lo. Disini yang ngedukung lo gak cuma satu, tapi ada gue dan orang-orang di sekitar lo yang sayang sama lo bang" ucap Alandra. Kenzo tersenyum tipis.

"Makasih lan"

Sudah tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Setelah juga sudah terasa hujan mulai reda. Alandra pamit pulang agar tak mengganggu waktu istirahat Kenzo dan Adik nya. 

Kebahagiaan Arzia // Jake Enhypen [ Complete ]Where stories live. Discover now