BAB 24 . Kenangan

20 4 0
                                    

Zia kini tengah duduk di kursi yang sudah di sediakan di koridor rumah sakit. Ia membaca seluruh cerita yang kakak nya tulis dari halaman pertama hingga halaman terakhir. Mata Zia sedikit membengkak karena semalam menangis, Gabriel selalu berada di sisi nya kini, bahkan sekarang ia tengah terduduk di samping Zia.

"Udah, jangan kamu baca dulu Zia..." ucap Gabriel yang tau pasti pada akhirnya gadis itu menangis kembali. Namun Zia tetap bersikukuh untuk membaca halaman terakhir tersebut, ia tak memperdulikan omongan Gabriel.

Teruntuk Arzia Aurellie Ayunda. Gadis cantik yang kuat, dan hebat. Gadis tercantik setelah bunda. Arzia itu adik ku, dia cantik, lucu, pintar dan sedikit keras kepala terkadang namun aku tetap menyayangi nya. Dia sosok gadis yang sudah menemani ku hingga akhir hidup ku. Dia berharga bagi ku. Zia, kalau Zia baca ini inget selalu ya, kakak akan selalu menyayangimu sampai kapanpun itu. Karena kamu putri cantik kakak. Kamu jangan kebanyakan insecure ya? Itu engga baik buat kamu, karena Allah sudah menciptakan kamu dengan kekurangan dan kesempurnaan yang seimbang. Zia kalau ada yang nyakitin Zia di lawan ya, Zia engga boleh terlihat payah di depan mereka! Karena Zia hebat! Zia keren! Kalau kakak udah engga ada Zia harus selalu inget, Zia masih punya Allah yang pasti nya akan selalu berada di sisi Zia. Zia ceritakan semua ke Allah, biar Allah bantu dengan kekuatan nya yang luar biasa. Zia harus rajin sholat, sholat tahajud, dzikir, dan baca Al-Quran, sama harus mulai istiqomah pakai kerudung nya. Inget ya Zia, Al-Quran itu yang dapat jadi penyelamat kamu di akhirat dan alam kubur nanti. Zia, sekali lagi maafin kakak ya kayak nya kakak engga bisa nemenin Zia sampai kamu lulus SMA. Zia nanti harus tetap kuliah ya. Kalau masa depan kakak kurang bahagia berarti masa depan kamu harus bahagia, biar kakak ikut bahagia!! Oh ya, kamu harus mulai rukun sama papa ya? Mau sejahat apapun papa, papa tetap laki-laki yang masih satu darah sama kamu dan masih dari bagian keluarga kita. Sekali lagi kakak sayang Zia selalu, dan maafin kakak ya, maafin kakak kalau kakak punya salah kamu. Semoga ilmu yang kakak berikan ke kamu bermanfaat untuk kehidupan kamu ke depannya, semangat buat mama, papa dan juga kakak bangga!! I love you, Arzia

"Kak Kenzo..." lirih Zia sehabis selesai membaca kata demi kata yang di tulis oleh Kakak nya sebelum menghembuskan nafas terakhir nya semalam.

"Zia!! Turut berduka cita..." ucap Ghania yang langsung memeluk sahabat nya tersebut.

"Loh? Kata nya kalian pulang kemarin? Engga jadi?" Balas Zia yang terbingung dengan keberadaan Teman-teman nya yang tiba-tiba datang begitu saja.

"Engga, biasa lah si anak tajir, padahal niat nya cuma mau jenguk habis itu pulang ternyata ayah nya udah pesenin kita kamar hotel" jawab Ghania.

"Sumpah gue kaget banget Zia... padahal kemarin kakak lo masih ketawa bareng kita... turut berduka cita ya Zia" Ujar Yuda.

"Semangat Zia!! Lo masih punya kita, karena kita geng nya Gabriel dan kita berdua sudah satu geng menjadi geng jamet luar biasa"

"Astagfirullah..."

"Zia jangan sedih terus, harus tetap Happy. Cantiknya Kak Kenzo sama Gabriel harus bahagia... jangan terlalu merasa sedih ya, memang ini berat banget buat kamu, tapi kamu pasti bisa lewati semua nya! Pelan-pelan aja, kita bantu lewatin bareng" ucap Ziel.

"Jadi ini mau di makasih kapan?" Tanya Reza

"Habis ini, tapi aku masih bingung bayar biaya administrasi nya gimana"

"Engga usah khawatir, kita beberapa waktu lalu sempet nyisihin uang jajan kita buat bayar administrasi kakak lo, sama biaya pemakaman nya, semoga aja cukup" ucap Jaka yang lalu memberikan uang tersebut kepada Zia. Zia terdiam tak percaya.

"Lo udah banyak bantu kita semua, dan ini sebagai rasa terimakasih kita ke lo udah bantuin kita walaupun engga seberapa lo ngebantuin kita, tapi bantuan lo ber-arti banget buat kita. Terima ya? Semoga cukup. Kalau kelebihan Gausah di kembalikan, jadi pegangan lo aja" lanjut Jaka.

Entah rasa nya Zia benar-benar terharu dengan hal ini. Air mata nya menetes lagi membasahi pipi nya. Teman-teman nya hanya menatap Zia sendu, mereka tau pasti perasaan Zia kini yang tengah campur aduk dari sedih di campur dengan rasa terharu.

"Makasih banyak, makasih banyak kalian semua" Ucap Zia dengan suara nya yang gemetar.

"Sekarang lo bagian dari kita, kalau lo butuh bantuan Gausah sungkan buat minta ke kita. Kita hanya manusia sosial yang butuh bantuan orang lain" ucap Haura yang langsung memeluk tubuh Zia. Mereka semua ikut memeluk Zia. Zia benar-benar terharu dengan teman-teman nya.

"Semangat terus Zia, lo hebat!"

===

"Kalian pulang duluan aja, aku masih mau disini." Ucap Zia.

"Yaudah kita balik Jakarta duluan ya! Kita tunggu di Jakarta!"

"Hati-hati ya kalian!"

"Kamu engga ikut mereka?" Tanya Zia yang bertanya kepada Gabriel

"Engga. Aku mau kamu balik ke Jakarta, kamu boleh sementara tinggal sama keluarga aku, mereka engga keberatan" jawab Gabriel.

Zia hanya diam. Ia kembali fokus pada tulisan yang berada di atas batu nisan yang masih benar-benar baru. "Di samping mama. Ini yang kakak mau kan? Kalau aku juga nyusul kalian berdua aku mau di samping mama, jadi penjaga mama." Ucap Zia

"Kak, sekali lagi makasih ya, aku engga tau harus bilang berapa kali makasih lagi karena aku bener-bener ngerasa bersyukur banget punya kakak kayak kak Kenzo. Aku bangga sama kakak, aku janji... Insya Allah bisa buat mama sama kakak bangga! Bawa nama kakak sama mama di depan orang-orang. Ah ya kak, aku sama Gabriel besok kayak nya udah balik ke Jakarta lagi, kakak disini baik-baik ya? Jagain mama ya." Lanjut Zia.

"Kakak kamu hebat, dan juga mama kamu, tapi kamu juga engga kalah hebat dari mereka. Mereka pasti juga bangga sama kamu. Aku bantu doa ya biar kamu bisa ngebanggain keluarga kecil kamu. Tapi aku yakin pasti kamu bisa" balas Gabriel. Zia tersenyum tipis.

"Yaudah ayo balik Gabi"

"Yakin?"

"Iyaa, Gabriel Denandra..."

"Kakak, aku pamit ya, assalamualaikum" pamit Zia sebelum pergi meninggalkan makam kakak nya bersama Gabriel.

===

Hari ini Zia dan Gabriel sudah harus, pulang ke Jakarta kembali karena sudah cukup lama pun Zia dan Gabriel berada di Kediri. Rasanya masih berat untuk Zia melepaskan kakak nya namun ia ingin menerima kenyataan, walau kenyataan tersebut sakit untuknya.

"Zia? Udah siap?" Tanya Gabriel.

"Sebentar! Oke sudah ayo ke mobil!" Jawab Zia yang langsung menghampri Gabriel yang sudah menunggu nya di luar.

Zia menutup pintu rumah nenek nya yang menjadi tempat terakhir yang memiliki kenangan yang berharga di dalam nya. "Aku janji, bakal balik lagi ke rumah ini sudah dengan memakai jas dokter. Kakak, sama mama tunggu aja ya" ucap Zia dalam benaknya yang lalu menutup sepenuhnya pintu rumah tua itu

Kebahagiaan Arzia // Jake Enhypen [ Complete ]Where stories live. Discover now