PART 1

569 95 24
                                    

Happy Reading

"KALIAN SEMUA LULUS!" Kata Bu Tina yang sudah memegang surat kelulusan siswa kelas XII MIPA 2 di tangannya.

"YEAYYY." Semua murid bersorak sekencang-kencangnya. Suara tepuk tangan memenuhi ruang kelas..

"Hanya satu orang yang tidak lulus di kelas ini," lanjut Bu Tina dan sontak membuat semua murid terdiam dengan raut wajah yang sudah pucat pasih.

"Siapa, Bu?" Dea bertanya dengan suara yang bergetar karena sangat takut dan gugup.

"Arzan Nauval Abraham," jawab Bu Tina. Guru wanita itu menatap lurus ke arah laki-laki yang duduk di paling belakang itu.

Semua murid pun langsung menolehkan kepala mereka dan menatap Arzan yang hanya mengeluarkan ekspresi wajah dingin dan datar saat mendengar namanya disebutkan sebagai anak yang tidak lulus tahun ini.

"Arzan, nanti ikut saya ke ruang kepala sekolah," ucap Bu Tina.

Laki-laki itu hanya mengangguk kecil. Setelah itu ia kembali fokus pada ponselnya. Tidak peduli dengan sekelilingnya.

***

Saat Arzan memasuki rumah, terdengar suara laki-laki yang memanggilnya. "Arzan!"

Arzan pun langsung menghampiri seseorang yang memanggilnya. Dia Rendra, sang Papa.

"Iya, Pa?"

"KENAPA, ZAN?!" teriak Rendra pada anak laki-lakinya.

"Kenapa apanya, Pa?" tanya Arzan dengan wajah datarnya.

"Kenapa kamu bisa gak lulus?" Rendra menatap Arzan tajam.

Arzan hanya mengangkat bahunya singkat.

Rendra menarik napasnya dalam-dalam."Terus sekarang kamu mau gimana?" tanyanya berusaha untuk tetap tenang.

"Pindah sekolah," jawab Arzan singkat.

"Tidak akan ada sekolah yang menerima kamu lagi, Zan!" ucap Rendra dengan suara yang meninggi.

"Kata siapa? kalau Papa sogok pasti banyak kok yang bakal nerima Arzan," ucapnya enteng. Tak merasa ada yang salah dengan perkataannya.

"Sogok? kamu mau bikin Papa malu?" tanya Rendra kembali meninggikan suaranya.

"Papa gak habis pikir sama kamu." lanjutnya seraya menggelengkan kepalanya. Ia benar-benar emosi pada anak semata wayangnya itu.

"KAMU AKAN TETAP SEKOLAH DI SEKOLAH LAMA KAMU!" ucap Rendra dengan suara lantangnya.

Mendengar itu Arzan langsung menggeleng kuat. "ENGGAK! LEBIH BAIK ARZAN GAK USAH LANJUT SEKOLAH DARIPADA ARZAN HARUS SEKOLAH DI SITU LAGI. ARZAN MALU, PA!" ucapnya dengan suara yang tidak kalah keras.

"Malu? masih punya malu kamu? Papa kira urat malu kamu sudah putus," kata Rendra sarkas.

"Kamu akan tetap sekolah disitu!" lanjutnya.

Tidak membalas perkataan sang Papa, Arzan malah pergi begitu saja meninggalkan Rendra yang berada di ruang tamu.

***

"IBU!" Seorang gadis berlari kecil menghampiri sosok wanita yang sedang duduk di teras rumah.

"Visha juara umum dan juara 1 di kelas lagi, Bu," ucapnya seraya memeluk sang Ibu.

Lantas (END)Where stories live. Discover now