PART 29

73 35 1
                                    

•Happy Reading•

Saat hendak menuju dapur, Arzan memberhentikan langkahnya tepat di depan kamar Rendra ketika samar-samar ia mendengar ada sebuah percakapan di dalam sana.

"Keadaan Visha gimana, Rid? Sudah baikan?"

"..."

"Kamu yang sabar, ya. Saya yakin sebentar lagi Visha akan kembali sadar."

"..."

"Kamu tenang aja. Saya yang akan bayar semua biaya perawatan Visha selama di rumah sakit."

"..."

"Jadi, tidak usah khawatir lagi, ya?"

"..."

"Kamu juga harus jaga kesehatan! Jangan sampai sakit! Saya tidak mau orang yang saya sayangi sakit."

"..."

"Ya sudah, saya akhiri dulu teleponnya."

Arzan menghembuskan nafasnya perlahan-lahan. "Anggap lo gak pernah denger itu, Zan," ucapnya berusaha menenangkan diri.

Saat berada di dapur, Arzan bersandar di wastafel pencuci piring. Pandangannya ia arahkan pada pintu kamar Rendra yang masih dapat ia lihat dari posisinya saat ini.

Ia melipat kedua tangannya di dada. "Kenapa Papa tega khianatin Mama?" ia bertanya pada dirinya sendiri sembari menggelengkan kepalanya karena tidak percaya dengan apa yang terjadi saat ini.

"Sampai kapanpun gak ada yang bisa gantiin posisi Mama di rumah ini. Baik itu Tante Astrid sendiri," ucapnya.

"Arzan gak akan rela. Bahkan sampai Arzan matipun!"

Setelah beberapa menit berlalu. Arzan beranjak dari dapur. Ia kembali melangkah menuju kamarnya.

Ceklek

Pintu kamar Rendra terbuka. Berpas-pasan dengan Arzan yang saat ini berada tepat dihadapan Rendra.

"Sudah belajar?" tanya Rendra.

Tidak menjawab pertanyaan sang Papa, Arzan malah menatap tajam kearahnya.

"Apa maksud tatapan kamu, Arzan?" tanya Rendra bingung.

Arzan memutarkan bola matanya malas. Kemudian ia kembali melangkah tanpa menghiraukan panggilan dari Rendra.

"Arzan."

"Zan, Papa manggil kamu!"

"Kamu tuli atau gimana, hah?"

"Dimana sopan santun kamu, Arzan?!"

Arzan masih terus melangkah dan membiarkan ucapan-ucapan Rendra berlalu begitu saja.

"KESALAHAN APA YANG SUDAH PAPA LAKUKAN DI KEHIDUPAN SEBELUMNYA, SAMPAI-SAMPAI DI KEHIDUPAN SEKARANG PAPA MEMILIKI ANAK KURANG AJAR SEPERTI KAMU!"

Langkah Arzan terhenti. Matanya memanas tat kala mendengar penuturan Rendra barusan. Hatinya terasa sakit seperti diiris-iris dengan pisau tajam.

"HARUSNYA PAPA GAK USAH NIKAH SAMA MAMA, BIAR ARZAN GAK USAH ADA DI DUNIA INI!" teriaknya dengan tangan yang terkepal kuat.

Setelah mengucapkan itu, satu bulir air mata jatuh membasahi pipinya. Entah mengapa ia merasa dirinya begitu lemah belakangan ini.

Arzan kembali melanjutkan langkahnya yang terhenti untuk beberapa detik.

Sesampainya di kamar, ia langsung menghempaskan pintu kamar dengan sangat keras. Ia menjatuhkan  tubuhnya di lantai ketika ia merasa kakinya tidak sanggup untuk menopang dirinya. 

Lantas (END)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن