PART 15

148 49 0
                                    

Visha tidak henti-hentinya berdoa di dalam hati agar Vina tidak kenapa-kenapa di dalam sana.

Ia mundur ketika Arzan menyuruhnya untuk mundur ketika ingin mendobrak pintu kamar Vina.

BRAKKK

Pintu terbuka.

Detik itu juga tubuhnya tumbang, ia menggelengkan kepalanya dengan kuat.

Kaki jenjang Vina menggantung. Itulah yang Visha lihat detik ini juga.

Dengan perlahan ia mendongakkan kepalanya, netra hitam milik gadis itu melihat jika wajah Vina sangat pucat dengan tali yang melingkari lehernya.

"Zan..."

Ia berusaha bangkit. Kemudian berjalan dengan gontai menghampiri Vina. Menghampiri Vina yang tergantung.

"Vina," lirih Visha.

"Ini mimpi, kan?"

"Tolong bangunin gue, Zan."

"BANGUNIN GUE, ZAN! GUE BENCI MIMPI INI!" ucap Visha seraya memukuli dadanya kuat-kuat.

"BANGUNIN GUE CEPETAN!" teriak Visha histeris.

Air matannya luruh tanpa henti membasahi pipinya. Dadanya sesak. Ia merasa seperti dunia telah berhenti berputar untuk beberapa saat.

"Vina, gue disini."

"Lo bercanda, kan? ayo turun."

"Kali ini bercandaan lo gak lucu, Vin," ucap Visha dengan tangis yang masih pecah.

"Gue gak suka kalau lo bercanda kaya gini."

"Berlebihan."

Rasanya seperti mimpi melihat sahabatnya pergi dengan cara seperti ini.

Berbanding terbalik dengan Visha, Arzan masih mematung didepan pintu sedari tadi.

Laki-laki itu masih diam. Tidak bergerak dan tidak mengeluarkan suara sama sekali.

"Zan, ini cuma mimpi, kan?" Visha bertanya sembari menatap Arzan yang hanya berdiam diri.

"Zan, jawab gue! Gue mau denger lo bilang kalau ini cuma mimpi. Gue mau denger lo bilang kalau Vina itu baik-baik aja," ucap Visha yang terus menerus menggelengkan kepalanya.

Arzan yang sedari tadi diam pun berjalan mendekati Visha.

Laki-laki itu menarik tangan Visha untuk mendekat. Lalu ia membawa Visha untuk ia dekap.

"Ini bukan mimpi, Sha," ucapnya seraya mengelus pelan punggung Visha.

"Vina, anak baik yang kita kenal udah pergi," lanjutnya.

Arzan dapat merasakan jika Visha masih menangis didalam dekapannya.

"Gue gagal jadi sahabat dia, Zan."

"Gue gak bisa jagain dia. Gue gak pantes disebut sebagai seorang sahabat, Zan..." lirih Visha didalam dekapan Arzan.

"Lo gak gagal, Sha," ucap Arzan berusaha menenangkan gadis itu.

"Lo itu sahabat terbaik yang Vina punya," lanjutnya.

"Apa gue pantes disebut sahabat? gak pantes, Zan!"

Lantas (END)Where stories live. Discover now