PART 39

68 19 1
                                    

"Lepasin dia, dan gue izinin lo untuk tembak gue sepuasnya."

Detik itu juga Visha membuka matanya yang sedari tadi tertutup rapat. Gadis itu menggelengkan kepalanya kuat. Ia menatap lekat laki-laki yang saat ini berjarak sekitar kurang lebih 3 meter darinya. "Lo jangan gila, Zan!" ucap Visha seraya menahan tangisnya.

Arzan tersenyum kecil ke arahnya. Ia benar-benar ingin menyakinkan gadis itu jika semuanya akan baik-baik saja. "Tutup mata lo lagi, ya, Sha?" pinta Arzan dengan suara yang lembut. Namun, dibalas gelengan kepala oleh Visha.

"Sekali aja, tolong turutin apa yang gue bilang." ucapnya lagi dengan suara yang lebih halus.

"Gue mohon, tolong tutup rapat mata lo dan jangan buka sebelum gue yang suruh." lanjutnya.

Visha tetap menggelengkan kepalanya, "Gue gak mau!"

Saat itu juga Visha melirik sekilas ketika Rey semakin mendekatkan pistol itu ke kepalanya. Membuat jantungnya berdetak sangat kencang.

"Sha, percaya sama gue, ya? Lo gak akan kenapa-napa. Gue janji." ucap Arzan. Laki-laki itu tidak tahu akan berbuat apa selain memberikan kata-kata penenang untuk gadis yang sudah pucat pasih itu.

Perlahan tapi pasti akhirnya Visha menutup kembali matanya. Satu bulir air mata jatuh dipipinya ketika ia merasakan ujung pistol itu menyentuh pelipis kanannya. Ia benar-benar tidak bisa melakukan apapun, bahkan untuk bernapas saja susah sekali rasanya.

"Arzan munafik. Jangan pernah lo percaya sama semua omongan dia." Rey berbisik tepat dibelakang telinga Visha.

Kemudian Rey beralih menatap Arzan. Ia mengangkat kedua alisnya, "Hidup kalian ada ditangan gue sekarang, Zan." ucapnya angkuh.

Arzan menatap tajam pria itu, "Gue gak akan biarin lo hidup tenang kalau sampai dia kenapa-napa, Rey." peringat nya.

"Lo kira gue takut sama lo? Lo bukan siapa-siapa, Zan. Lo cuma secuil sampah di mata gue." balas Rey.

Mendengar itu napas Arzan semakin memburu. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat dengan rahangnya yang mengeras. Ia hendak melangkahkan kakinya, namun Lea lebih dulu mencekal tangannya.

Wanita itu berdiri di samping Arzan, "Sekarang lo pilih, lo mau selamatin dia—ucapnya dengan tangan yang menunjuk ke arah Visha.

"Atau lo mau selamatin wanita yang udah rebut bokap lo itu." lanjutnya beralih menunjuk Astrid yang masih belum sadarkan diri.

Arzan menutup matanya sejenak. Tidak henti-hentinya ia berdoa didalam hatinya agar tidak ada satupun yang terluka diantara mereka.

Laki-laki itu membuka matanya, kemudian ia berucap, "Sebenarnya apa yang kalian mau?" tanyanya dingin seraya menatap Lea dan Rey bergantian.

"Gue mau dia mati." jawab Lea spontan dengan tangan yang menunjuk Visha.

Arzan menyeringai kecil, "Dia gak pantas mati ditangan manusia licik kaya kalian." sahutnya seraya menggelengkan kepalanya.

"Dia—

Arzan memotong ucapannya, lalu ia berjalan dengan langkah lebar mendekat ke arah Rey. Membuat pria itu semakin menekankan pistol ke pelipis gadis itu.

"Gue akan tarik pelatuk pistolnya kalau lo mendekat selangkah lagi, Zan." peringat Rey dengan jari telunjuk yang sudah siap menarik pelatuknya.

Arzan tidak menghiraukan perkataan pria itu. Ia tetap melangkah hingga akhirnya ia berdiri tepat dihadapan Rey dan Visha.

"Dia perempuan baik. Jadi, lebih baik kalian lepasin dia sekarang!" ucap Arzan. Kemudian ia meraih tangan kanan Rey yang memegang pistol tersebut. Lalu ia mengarahkan tangan Rey untuk menodongkan pistol itu tepat ditengah-tengah dahinya.

Lantas (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang