PART 44

52 8 0
                                    

Happy Reading

"Dok, operasi atas nama pasien Ghisa Lestari akan dilaksanakan 30 menit lagi." seorang perawat menghampiri seorang wanita berambut panjang yang bekerja sebagai dokter di rumah sakit ternama di ibu kota.

Wanita itu mengangguk seraya tersenyum hangat, "Baik, terimakasih, ya," sahutnya.

Kemudian wanita itu berjalan menuju ruangannya. Ia duduk. Lalu pandangnya tertuju pada foto dirinya saat SMA dahulu yang sengaja ia letakkan di mejanya.

Cukup lama ia memandangi foto tersebut dengan pandangan sendu. Entah apa yang ia pikiran saat itu.

Wanita itu adalah Navisha Aqila Anastasia. Gadis cantik yang dahulu identik dengan rambut pendek itu kini telah tumbuh menjadi wanita dewasa. Dari segi penampilan, tidak banyak yang berubah darinya. Hanya model rambut saja yang berubah. Beberapa tahun belakangan ini ia lebih nyaman dengan rambut yang terurai panjang.

Visha tumbuh menjadi wanita dewasa dengan sangat baik. Kini ia bukan lagi gadis 17 tahun yang penuh rasa akan takut.  Perlahan-lahan ia sudah mulai berdamai dengan semua ketakutan-ketakutan itu. Lebih hebatnya, ia sudah tidak takut lagi akan kehilangan. Ia sudah benar-benar berdamai dengan yang namanya kehilangan. Dalam konteks apapun itu. Karena ia sadar bahwa semua yang ada di dunia ini tidak ada yang bersifat selamanya.

Drtt drtt

Lamunan Visha buyar ketika ponselnya bergetar. Ia menatap layar ponsel itu, tertera nama Ibu disana.

"Assalamualaikum, bu, ada apa?"

"Kamu pulang jam berapa, Nak?"

"Mungkin jam 3 Visha udah pulang, Bu. Kenapa?"

"Ibu mau main ke rumah kamu. Ibu kangen."

"Iya, Bu."

"Ya sudah, teleponnya ibu matikan, ya, Nak. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam, Bu."

Setelah itu Visha melirik kearah jam tangannya. Saat itu juga ia bangkit dari duduknya. Lalu mulai bergegas menuju ruang operasi.

***

3 jam telah berlalu. Operasi yang dilakukan Visha pun telah selesai 15 menit yang lalu. Kini ia sudah berada di dalam mobil untuk pulang.

Visha menyetir dengan santai, sesekali ia bersenandung kecil agar suasana didalam mobil tidak terlalu sepi. Ia melirik sekilas jam tangannya, saat ini jam baru menunjukkan pukul 2 siang. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke suatu tempat lebih dulu sebelum memutuskan untuk pulang ke rumahnya.

10 menit berlalu. Kini ia telah sampai ditempat tujuannya. Sebuah danau yang menyimpan banyak kenangan baginya. Ia duduk di sebuah kursi. Menatap lurus ke arah danau tenang itu.

Saat itu juga satu bulir air matanya menetes dengan sendirinya. Ia kembali teringat pada dirinya beberapa tahun lalu. Tepat di danau ini, ia menangis sejadi-jadinya. Hatinya benar-benar sakit ketika mengingat momen-momen kebersamaannya bersama laki-laki yang meninggalkannya tiba-tiba. Dalam benaknya, ia berpikir jika seandainya ia tidak terlalu berharap lebih kepada laki-laki itu, mungkin rasanya tidak akan terlalu sakit. Tapi, apalah daya. Semuanya telah berlalu.

Lantas (END)Where stories live. Discover now