PART 37

74 25 6
                                    

•Happy Reading•

1 Minggu telah berlalu dengan begitu cepatnya. Tepat pada hari ini juga, Visha sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumahnya. Gadis itu bernapas lega karena akhirnya ia akan kembali melakukan aktivitas-aktivitas seperti biasanya.

Visha dan Astrid sudah berkemas-kemas 30 menit yang lalu. Dan saat ini mereka sedang menunggu Ranung yang akan mengantarkan mereka untuk pulang ke rumah.

"Sudah dibereskan semua?" tanya Ranung yang baru saja masuk ke ruang rawat inap Visha.

Visha mengangguk, "Udah, Bang." jawabnya.

"Ayo pulang sekarang." balas Ranung seraya membatu membawakan barang-barang Visha.

Kini, mereka bertiga sudah berada di dalam mobil menuju tempat tinggal Visha.

"Bang Ranung," panggil Visha yang duduk disamping Astrid.

Ranung yang sedang fokus menyetir pun sejenak menoleh kebelakang, "Kenapa?"

"Makasih, ya." ucap Visha seraya tersenyum lebar.

"Makasih atas semua bantuan-bantuan yang Bang Ranung kasih selama aku di rumah sakit." lanjutnya.

Ranung mengangguk, "Sama-sama." sahutnya seraya melirik sekilas ke arah Visha.

Detik berikutnya suasana diantara mereka hening. Hanya terdengar suara musik yang terputar didalam mobil.

"Nak Ranung jangan sungkan-sungkan untuk datang ke rumah, ya? Nak Ranung boleh datang kapan saja jika mau. Pintu rumah kami terbuka lebar untuk Nak Ranung." ucap Astrid memecahkan keheningan.

Ranung tersenyum kikuk. Lalu ia mengangguk, "Iya, Bu."

***

Arzan menuruni anak tangga dengan cepat. Ia melangkah menuju sebuah ruangan yang berada di bagian belakang rumahnya. Tepat pada sisi kiri dapur kotor. Ia terus melangkah menuju sebuah gudang, tempat dimana barang-barang usang berada.

Kini, ia telah sampai didepan pintu gudang rumahnya. Ia perlahan membuka pintu itu. Saat pintu terbuka, Arzan langsung menyalakan senter ponselnya karena ruangan ini begitu gelap dan lampu LEDnya telah mati.

Ia melangkah menuju sebuah kotak berukuran cukup besar yang berada disudut ruangan. Dengan pencahayaan yang hanya bersumber dari senter ponselnya, ia berusaha keras untuk menemukan benda yang ia cari.

Tangan Arzan terhenti. Ia mengangkat benda yang saat ini ada di genggamannya. Keningnya mengkerut melihat benda itu.

"Buku tahunan sekolah?" gumamnya seraya menatap lekat buku tahunan yang sudah berdebu itu.

"Kok gue baru lihat ini?"

Arzan membersihkan debu-debu yang mengotori sampul buku tahunan itu, kemudian dengan perlahan ia mulai membukanya. Tepat dihalaman pertama, ia melihat foto hitam putih beberapa orang dengan seragam sekolah.

Setelah itu tangannya tergerak untuk membalik ke halaman selanjutnya. Di halaman kedua, ia melihat foto Rendra dan beberapa foto siswa lain. Termasuk foto Liza, almarhumah sang Mama.

Arzan terus menggerakkan tangannya untuk membalik halaman demi halaman buku tahunan itu. Sampai ketika ia sampai pada halaman terakhir buku tahunan itu.

Keningnya mengekrut melihat halaman terakhir. Sebab, halaman terakhir itu hanya berisi pesan dan kesan, namun ada yang sedikit mengganjal baginya. Ia mendapati ada satu foto berukuran sedang yang terselip disana.

Arzan mengambil foto itu. Kemudian menatap lekat tiga orang yang tersenyum lebar, dua orang perempuan yang berdiri bersebelahan dan seorang laki-laki yang berdiri disamping perempuan berambut pendek lurus itu. Sosok laki-laki itu adalah Rendra dan seorang perempuan berambut panjang bergelombang itu adalah Liza, almarhumah sang Mama. Lalu, siapa sosok perempuan berambut pendek lurus yang dirangkul oleh Rendra didalam foto itu?

Lantas (END)Where stories live. Discover now